Blogging : antara materi dan idealisme :)


Obrolan, Opini / Thursday, June 16th, 2016

“Haa? Lo dapet duit dari ngeblog?”  

Seorang teman kayaknya cukup kaget mendengar penuturan saya, setelah saya mentraktirmya menikmati secangkir cappucino hangat yang nikmat. Beberapa tahun yang lalu saya juga agak kaget ketika ada yang mengontak saya, menanyakan rate sponsorship di blog ini. Karena saat itu saya belum tahu apa-apa tentang hal ini, dilala saya malah balik bertanya apa alasannya memilih blog saya. Lalu si sponsor memberi gambaran nilai rupiah berdasarkan beberapa indikator seperti Page Authority, Page Rating, Alexa Rating dan lain lain. Loh, loh..ini bikin saya bengong lagi.. Lah, hewan apa tuh? Sumpah saya mah nulis ya nulis aja! Sama sekali belum terpikir, kalau tulisan kita bisa dipantau dan dianggap berprospek oleh pemasang iklan.

Tapi itu cerita dulu. Hehehe.. Dari sana saya mulai tertarik mengikuti perkembangan dunia blogging. Ikut komunitas blogger dan sedikit demi sedikit mulai belajar tentang SEO (Search Engine Optimization). Kalau dulu nulis juga asal-asalan, makin kesini makin belajar menulis yang menarik, tanpa menghilangkan style saya menulis Saya. Tapi itu semua saya lakukan bukan semata karena mengejar uang. loh! Memang..so far, dari blog ini saya sudah bisa dapet uang buat ngopi-ngopi sambil nulis. Belum apa-apa sih, di luar sana, banyak blogger profesional yang bisa menghasilkan uang jutaan dari blog. Namun saya belajar, ternyata hobi saya ini juga bisa menghasilkan uang asal tahu caranya.

Sebuah majalah Pemasaran yang terbit di Jakarta, beberapa bulan lalu menyebutkan bahwa kini format blogging cenderung dinilai lebih powerful dibanding iklan biasa. Pemasang iklan mulai melirik blogger untuk memasarkan produknya. Tidak melulu harus dagang, popularitas sebuah website juga bisa dikatrol oleh blog. Oleh karena itulah, eebsite-website e-commerce dan non e-commerce berebut tampil di halaman pertama Google. Caranya gimana? Dengan memperbanyak penempatan link pada blog-blog yang setema dengan produk mereka.

Tidak itu saja, maraknya trend jalan-jalan, selfie dan kemudian diposting di sosial media, membuat blogger makin dilirik oleh pelaku pariwisata. Mulai jamak, pemerintah maupun swasta mengundang sejumlah blogger untuk menulis tentang daerahnya. Sejumlah blogger diajak jalan-jalan dengan biaya yang ditanggung oleh panitia. Sebagai imbalannya mereka harus menulis tentang daerah wisata yang dikunjunginya dan memposting foto, status atau sejenisnya di sosial media. Makin banyak dibicarakan viral, makin besar peluang wisatawan untuk berkunjung. Menarik sih, apalagi buat saya yang memang seneng jalan-jalan gratis. Hehehe.. Bahkan saat ini, beberapa perusahaan pemerintah dan swasta yang dulunya terkesan kaku dan old school, makin melek menggunakan jasa blogger untuk mengkomunikasikan produk atau menguatkan branding-nya di masyarakat.

Perubahan yang sangat dinamis itu akhir-akhir ini justru banyak menggeser arti blogging itu sendiri. Banyak blogger yang mulai menjadikan tulisannya menjadi sebuah advetorial, lupa dengan review dan persepsi pribadi.  “Enak, ya.. lo masih bisa nulis dengan cara lo sendiri, tidak melulu ada titipan merek.  Kata seorang rekan yang juga blogger dan redaktur senior di sebuah majalah digital kepada saya. Padahal bedanya blogger dengan advetorial  salah satunya blogger harus mampu menghasilkan tulisan dengan persepsi sendiri dengan review yang jujur apa adanya. Saya sering menolak tawaran review produk-produk yang belum pernah saya gunakan. Sumpah, saya pernah ditawarin review lingerie dan pakaian bayi! Ini kok menghina jomblo banget yaa ? Untuk travel blogger, kini banyak bermunculan travel blogger profesional yang bayarannya sekali jalan-jalan bisa ngalahin gaji rata-rata bulanan manajer di perusahaan swasta!

Semua memang sah sah saja. Tapi tetap tidak boleh lupa, blogging pada dasarnya bukan reportase dan advetorial. Beri tempat masing-masing pada posisinya, jangan dicampur aduk. Tetap upayakan agar pembaca blog kita mendapat informasi sesuai porsinya. Tetap kritis, menginspirasi dan memberi kebahagian kepada pembacanya. Happy Blogging!

Hits: 295
Share

4 Replies to “Blogging : antara materi dan idealisme :)”

  1. Tahun 2016 ambil paid review makin nyesek kak.. Da Pa jadi prasyarat..tapi harga malah g seusai rangking..
    Belum lagi masalah lainnya.. Hiks

    Tp saya setuju.. Semuanya kembali ke.kita sebagai blogger dan mau bawa kemana itu blog

Leave a Reply to Vika Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *