Menantang alam di Curug Maung


Jalan Jalan / Wednesday, September 30th, 2015

Ketika tempat ini diliput oleh sebuah TV swasta nasional beberapa waktu lalu saya cuma berpikir : Oh, ada yaa tempat sebagus itu di Lahat  “kampung halaman saya”. Didorong rasa penasaran amat sangat, di kepulangan singkat saya minggu lalu, saya paksakan juga untuk mengunjungi air terjun ini.

Menurut keterangan beberapa teman dan kata Om Google, lokasinya tidak seberapa jauh dari rumah saya. Ya iyalah, secara Lahat itu kecil,.:p Dari kota Lahat, kami menuju arah Pagar Alam dan mengambil jalan arah kiri selepas Desa Selawi. Dari sini kita akan melewati jalan yang super mulus (maklum baru) dengan kontur perbukitan yang berliku dan berdampingan langsung dengan jurang-jurang. Ketika itu, yang paling kerasa (buruk) ada hutan-hutan yang terbakar (atau dibakar?). Meski demikian pemandangannya indah banget. Eitss…tapi jangan seneng dulu, itu baru perjalanan awal. Selanjutnya?. Hampir tidak ditemui pemukiman penduduk, so jangan harap ada tukang jajanan disini. Karena nyaris tidak ada papan penunjuk, setiap ada penduduk kami sempatkan untuk bertanya.  Dilala, penunjuk jalan menuju Curug Maug  justru sebuah papan bertuliskan “Bidan Desa”. Wakakakka..

jalan utama menuju lokasi
jalan utama menuju lokasi
20150927_113748
etape awal

Rasanya sudah hepi banget karena kata seorang penduduk, dari depan papan bidan desa tersebut “tinggal 15 menit menuju lokasi dan berjalan kaki hanya sekitar 50 meter”. Ternyata itu kebohongan besar, saudara-saudara!! Trip yang sesungguhnya justru dimulai setelah itu. Kami memarkirkan mobil sekitar 1-2 km setelah persimpangan bidan desa tersebut. Baru saja turun, kami disambut oleh tukang ojek yang menawarkan jasanya. Masih sekitar 2 km lagi menuju lokasi kata mereka. Oke, mengingat jalannya sempit dan takut mobil slip (plus males jalan kaki) maka kami pun memutuskan berojek ria.

Menuju lokasi kami melewati sawah dan kebun kopi serta pepohonan yang kalau liat fotonya berasa kayak bukan di Indonesia. Daun-daun tua berwarna cokelat yang kita injak membuat suasana makin terasa berbeda. Saya sudah hepi, saya pikir setelah turun ojek, air terjun indah itu sudah di depan mata. Ternyataaa… setelah itu, perjalanan yang sesungguhnya dimulai. Jreng..jreng..jreng.. Di depan masih ada ladang kopi yang harus kita lewati, mulanya sih datar, kita masih bisa jalan sambil cekikan. Selanjutnya mulai sangat terjal, berbatu dengan kemiringan nyaris 90 derajat. Tidak ada tempat berpegang kecuali dahan-dahan kopi yang sedikit terjulur. Itu pun harus super hati-hati karena medan yang cenderung licin. Sumpah saya gak nyangka medannya seperti ini, kaki yang gempor, jantung yang berdetak lebih kencang dikalahkan oleh rasa penasaran membuat saya tetap melanjutkan perjalanan.

Meski mulai banyak dikunjungi, jalanan setapak yang kita lalui tidah ubahnya jalan kebun dan hutan yang masih alami. Setelah berjuang sekitar 20 menit, kita sudah mulai mendengar suara air. Wow, pemandangannya indah sekali, karena ternyata diatas Curug Maung ada lagi curug kecil dengan kolam kecil dibawahnya yang membuat curug ini seperti bertingkat. Saya makin semangat.

curug maung di kejauhan
curug maung di kejauhan
IMG_20150928_214619
perlu minum vitamin nih…

Setelah terdengar suara air, bukan berarti makin dekat lohh.. Masih perlu lagi tenaga ekstra untuk etape terakhir dengan kontur jalan yang sama namun makin curam. Namun jangan khawatir, setelah tiba di lokasi, semua lelah tadi dijamin halal pasti hilang. Tidak ada yang perjuangan yang sia-sia memang… Saya ternganga. Menurut saya (yang sebenernya) lebih suka pantai ini, adalah air terjun terindah yang pernah saya lihat. Apalagi jika dibandingkan dengan banyak air terjun di Bogor yang sering saya kunjungi. Ada beberapa mata air dengan tinggi sekitar 80 meter. Uniknya airnya tidak jatuh di tebing, melainkan di tumbuh-tumbuhan yang tumbuh subur. Air sungai dibawah air terjun cukup deras tapi kita tetap bisa berenang. Suasan hutan tropis yang alami masih kental terasa. Sebuah acara TV mengatakan ini adalah salah satu air terjun terbaik di dunia. Puluhan tahun mengenal Lahat rasanya saya belum menemukan satu fenoma alam sebagus itu?! Saya sampai bingung sendiri, kok baru sekarang ketahuannya? Gue yang gak gaul atau gimana ? Eh..lucunya penduduk Lahat yang menetap pun banyak yang tahu baru baru ini saja. Selidik punya selidik ternyata tempat ini baru in setelah ditemukan oleh seorang pencinta trekking dan menyebar di kalangan blogger travel.  *kemudian duduk selonjoran sambil menikmati kupi Lahat…. *

C360_2015-09-29-17-48-20-812

Tidak seperti air terjun di Bogor yang sudah komersil, disini hampir tidak ada pedagang, hanya ada 1 ibu-ibu yang berjualan kopi dan mi instan hangat. Kopinya wajib dicoba, karena Lahat adalah salah satu penghasil kopi di Indonesia. Pun tidak ada toilet! Hanya ada terpal tertutup yang difungsikan sebagai toilet. Benar-benar masih perawan. Soal tarif masuk juga sebenarnya belum resmi. Hati-hati karena di persimpangan jalan sering ada yang meminta uang allias pungli. Tarif yang “setengah resmi” adalah saat masuk lokasi sebesar Rp3000/orang. Plus bayar parkir untuk mobil dan ojek per sekali jalan masing-masing Rp10 ribu. Kenapa setengah resmi? Karena tiket retribusi pun tak ada fisiknya. Nampaknya itu “cuma inisiatif” penduduk sekitar saja.  Pemerintah Lahat sepertinya punya PR besar sekali untuk menata wilayah ini. Terlihat memang sudah ada pembangunan jalan baru menuju lokasi. Tapi sebenernya di jalur menantang tadi, bisa dibangun anak-anak tangga sehingga wisatawan tidak perlu super berjuang untuk sampai disini. Soal retribusi, menurut saya sangat perlu dilakukan. Minimal untuk biaya kebersihan. Saya melihat banyak anak-anak muda membawa kertas berisi ungkapan perasaan untuk difoto, yang sangat dikhawatirkan menjadi sampah baru kekayaan alam yang bersih ini.

C360_2015-09-29-17-49-14-341

Buat kalian yang ingin kesini, Curug Maung terletak di Kecataman Gumay Ulu Kabupaten Lahat, Sumsel. Dari Palembang, ibukota provinsi sekitar 5 jam untuk tiba di Lahat. Kendaraan umum ke Lahat sebagian besar adalah mobil-mobil travel, bis dan kereta api (hanya 1-2 kali dalam 1 hari). Kayaknya sih belum ada open trip kesini, tapi kalau mau tanya-tanya lebih detail silakan email saya yah, kali aja saya bisa bantu…

Hits: 463
Share

4 Replies to “Menantang alam di Curug Maung”

Leave a Reply to Menantang alam di Curug Maung | Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *