Sejujurnya saya suka sirik kalo jalan jalan ke blog orang yang foto-fotonya banyak dan keren. Pengen rasa seperti mereka, tapi sayang ternyata itu bukan “takdir” saya. Pernah beberapa kali saya coba bikin postingan dengan heboh krasak krusuk cari foto yang bagus dan saya anggap bisa mewakili apa yang saya rasakan. Agaiiin…, sayangnya fotonya tetep aja gak keren, meski udah sekian banyak aplikasi iPad dari yang free sampai yang bayar saya gunakan.
Hiks..
Tapi sudahlah, memang spek orang beda-beda. Finally saya tau, kekuatan blog saya bukan di foto-foto yang terkadang malah memperlama proses loading situs kita, tapi justru di tulisan dan artikel yang saya tulis dengan pikiran dan perasaan sendiri. Loh, nulis pake perasaan toh? Yess!! Absolutely yess!! Menurut saya menulis itu pekerjaan hati. Mungkin blogger lain menyampaikan itu dengan bahasa gambar, tapi saya mencoba menyampaikan itu dengan bahasa tulisan. Saya percaya, kenapa penulis penulis kaliber tulisannya enak dibaca, karena mereka menulis dengan hati. Hati manusia kan bahannya sama, jadi stimulus apapun yang diberikan (termasuk bahasa tulisan) akan pula berdampak sama.
Saya pun percaya, apapun yang dibuat dengan hati, maka tersampaikannya juga melalui hati.
Menulis pada dasarnya bukan pekerjaan teknikal yang bisa didesak desak oleh deadline. Hmm..susah-susah gampang sih, ya… Kalau penulis profesional pasti sudah sangat tahu bagaimana caranya memunculkan mood dan menghilangkan rintangan agar ketika mereka bekerja hati dan perasaan juga terbawa dalam tulisan.
Bagaimana dengan tulisan ilmiah? Hemm.. sama aja sih, sama-sama memerlukan hati untuk menyelesaikannya, tapi kalo yang ini lebih capek lagi.. tambahin hati dan niat untuk baca jurnal dan referensi. Hahahahah..
*senin sore tanpa makna*
