Kamu kamu penikmat kereta saat ini, mungkin kamu belum pernah ngerasain kereta jaman dulu. Iya, nggak dulu-dulu banget sih, sekitar 10-15 tahunan yang lalu (*ketauan tua banget ya, gw..). Saat itu, kalau naik kereta ekonomi dari Stasiun Pasar Senen dimungkinkan sekali kamu bisa satu gerbong dengan kangkung dan sayur mayur lainnya. Belum lagi banyak orang tidur di lorong. Selain nggak nyaman, Aduh, bener-bener malu-maluin kalau ada turis asing.

Beda banget dengan sepuluh tahun terakhir, kereta api Indonesia sungguh sungguh berbenah. Pelan tapi pasti semua stasiun dibenahi. Nyaman, aman dan hampir tidak ada lagi kesan kumuh khas negara terbelakang. Tidak ada lagi namanya kereta ekonomi yang jadi simbol kemiskinan. Kereta ekonomi pun sekarag bersih, ber AC dan nyaman. Apalagi sekarang bisa pesan online. Yes banget! Kalau dulu hanya bisa lewat web PT KAI, sekarang beberapa travel agen online pun sudah membuka penjulan tiket kereta online. Salah satunya Pegipegi. Com. Terus terang, dari dulu saya sering cari hotel di Pegipegi karena harganya lebih miring dari travel agent online lain. Silakan buktikan sendiri, deh.. Nah, pas tau tiket kereta api juga bisa dibeli melalui Pegipegi, rasanya komplit banget deh! Makin bangga kan jadi warga +62…

Oya… catatan nih, kalau mau naik kereta, usahakan jangan beli mendadak, karena ada komunitas pekerja Jakarta asal Yogya yang menamakan diri PJKA (Pergi Jumat Pulang Ahad), yang pasti memenuhi gerbong kereta di akhir pekan. 

Saya terakhir naik kereta jarak jauh ke Yogyakarta. Entah kenapa, Yogya adalah salah satu kota yang membuat saya merasa “hommey”. Entah mungkin karena saya memang numpang lahir disana atau karena Yogya selalu menawarkan kedamaian yang membuat waktu seolah berjalan perlahan.

Saya menumpang kereta malam dari Stasiun Gambir pukul 22.00 dan tiba di Stasiun Tugu pukul 04.00. Nggak berasa, karena kita bisa tidur dengan enak sepanjang perjalanan. Saat tiket pesawat mahal banget beberapa waktu belakangan, kereta benar-benar jadi alternatif yang tepat. Dihitung-hitung waktu ke bandara, menunggu boarding kurang lebih sama deh dengan perjalanan dengan kereta. Enaknya lagi, stasiun Tugu kan berada di pusat kota, jadi nggak perlu rempong cari kendaraan seperti jika kita mendarat di bandara Adi Sucipto.

Selepas menyimpan koper, tujuan pertama saya di Yogya adalah Malioboro. Saya memang doyan banget hunting batik  dan aksesori murah. Lumayan bisa dapet celana batik adem yang modis hanya 50 ribu saja. Setelah itu biasanya dilanjutkan dengan makan gudeg. Nah, kali terakhir saya ke Yogya, aktivitasnya bertambah, apalagi kalau bukan ngopi. Ini gara-gara tahun 2017, film Ada Apa dengan Cinta syuting di salah satu warung kopi di daerah Prawirotaman. Sellie Kopi namanya. Seingat saya kopi-nya masih di-brew manual, tepatnya agak sempit dengan pencahayaan yang diatur remang-remang. Pas buat ngobrol santai. Tidak disarankan kesini membawa gadget buat kerja, tempatnya memang buat bercengkerama.

Prawirotaman bisa dibilang pusatnya warung kopi di Yogya. Disini penginapannya juga murah-murah, makanan pun terjangkau, tempat nongkrong dekat-dekat. Nggak heran banyak bule backpacker betah berlama-lama disini.

Yang paling unik, saya sempat main ke Klinik Kopi. Tempatnya di daerah Kaliurang dan agak blusukan. Saya bolak-balik dengan abang ojek online, nyaris nggak ketemu. Uniknya, cara pesannya bukan dengan daftar menu, tetapi dengan memberi nomer antrian sebagai nomer konsultasi tentang kopi. Persis seperti klinik dokter. Meski tempatnya jauh dan nyarinya susah, ternyata antriannya ramai, gaes! Buat kamu yang sukanya kopi sachet yang manis dan creamy, siap-siap aja di klinik kopi kita “dipaksa” minum kopi hitam secara utuh yang memang terasa mirip wine.

Jadi sekarang Yogya bukan hanya wisata budaya, tapi sudah jadi wisata kopi. Ikutan dong kalau mau ke Yogya!

 

 

Hits: 1745

Sering sekali saya tulis di blog ini, bahwa Yogyakarta adalah salah satu kota yang membuat saya “feel hommy”. Mungkin karena Saya dilahirkan di kota ini, tapi tentu saja karena banyak hal lain. Atmosfer Yogyakarta yang nyaman dan bersahabat membuat siapa pun tidak enggan untuk berkali kali datang kemari. 

Enaknya, Yogya menawarkan semua jenis akomodasi, dari level backpacker hingga hotel berbintang. Dari makan di kali lima hingga makan gaya bintang lima. Apapun gaya liburan kamu, dijamin Yogyakarta menyediakan semua pilihan. Nah, beberapa waktu lalu, sekali kali dong mencoba gaya libur horang kayaah.  Saya menginap di Hotel Grand Aston Yogyakarta, hotel berbintang lima ini terletak di Jalan Urip Sumohardjo 37, Yogyakarta. Lokasinya sangat strategis, terletak di tengah dan dekat dengan berbagai obyek wisata. Ada 141 kamar termasuk suites yang disediakan pihak hotel, dan semuanya didesain dengan elegan. Sementara untuk tipe suites, hotel ini memberikan tiga tema unik yang berbeda yaitu tipe Jawa, Cina, dan Barat. 

674_453_astonyogyakarta_WesternSuiteMainRoom
source: aston-international.com

Seperti jaringan hotel Aston lainnya, fasilitas Grand Aston Yogyakarta pun tak kalah menarik. Saffron Restaurant, merupakan tempat makan utama, disini disajikan berbagai makanan nasional dan internasional. Uniknya di restoran ini pun disediakan penjual jamu tradisional. Bukan cuma botol-botol jamunya loh, ini si embok pedagang jamunya pun ikut melayani para tamu.

Kemana-mana, saya selalu ditemani laptop kecil saya. Pas banget, saat malam saya nongkrong di Vanilla Sky Bar yang berada di lantai 9. Tempat ini menyediakan minuman ringan seperti kopi plus makanan ringan sebagai teman ngopi dan menulis. Pada waktu-waktu tertentu, Vanilla Sky Bar juga menyediakan Live Music dan Live DJ sebagai hiburan bagi para tamu. Sayangnya, ketika Saya mampir, Live Music-nya sedang tidak main. Ada dua bagian di bar ini, yaitu indoor dan outdoor. Indoor keren, outdoor juga pastinya keren, karena kita bisa melihat pemandangan kota Yogyakarta di malam hari.

source: aston-international.com
source: aston-international.com

Seperti hotel bintang 5 pada umumnya, Grand Aston Yogyakarta juga dilengkapi kolam renang dengan tempat bersantai dan sundeck untuk berjemur. Setelah capek keliling Yogya, kita bisa santai disini atau menikmati layanan pijat tradisional Jawa dan Spa di Pejamata Spa.

Banyak lokasi-lokasi menarik dekat hotel ini diantaranya; Ambarrukmo Plaza. Pusat perbekanjaan setinggi tujuh lantai ini memiliki lebih dari 200 toko. Mulai dari toko buku, toko pakaian, kosmetik, dan juga terdapat pusat perawatan badan dan kecantikan. Di Plaza ini juga ada arena bermain anak, food court, plus bioskop pastinya. Gedungnya, meskipun memiliki design gaya Jawa klasik namun interior yang digunakan cukup modern dan mewah. 

Tidak jauh dari situ, apalagi kalau bukan Malioboro. Siapa sih yang tidak kenal jalan yang sudah jadi maskot Yogyakarta. Turis asing maupun lokal selalu menyempatkan untuk mendatangi jalan Malioboro. Sehingga rasanya tak lengkap jika berkunjung ke Yogyakarta tapi tak mengunjungi Jalan Malioboro. Jalan sepanjang 2,5 km tak pernah sepi dari wisatawan. Di sisi kanan dan kiri jalan bisa ditemukan berbagai macam penjual makanan, souvenir, pakaian, pelukis, dan banyak hal unik lainnya. Di Malioboro juga ada wisata sejarah Benteng Vredeburg; museum yang berisi berbagai macam benda peninggalan masa perjuangan.

Pokoknya, Malioboro adalah miniatur kehidupan Yogya. Batik, becak-becak tradisional dan makanan-makanan khas Yogya semua ada disini. Pastikan kalau pulang dari Malioboro, tidak lupa untuk membeli oleh-oleh khas Yogyakarta seperti batik, bakpia, yangko, geplak, gudeg kering, dan masih banyak lagi.!

soure: www.inditourist.com
soure: inditourist.com

Nah, ini dia tempat yang kaya nuansa seni bernilai tinggi. Kenal Affandi kan… Museum ini memiliki koleksi hasil karya pelukis tanah air yang sangat terkenal itu. Dilengkapi pula dengan karya pelukis-pelukis lainnya. Museum ini empat galeri, dua studio, dan Café yang bernama Café Loteng. Selain lukisan, disini juga terdapat barang barang berharga Affandi semasa hidupnya, seperti mobil yang dibentuk seperti ikan.

Museum Affandi Source: Pegipegi.com
Museum Affandi
Source: Pegipegi.com

Mumpung di Yogya, sempatkan juga berkunjung ke  Taman Pintar Yogyakarta yang memadukan antara rekreasi dan edukasi anak dalam saty tempat. Terdapat banyak arena bermain yang memiliki sarana edukasi yang baik. Selain edukasi, ada juga penjualan buku, theater empat dimensi, taman, dan juga museum. Taman Pintar ini sangat cocok bagi anak usia dini untuk memacu imajinasi dan meningkatkan ketertarikan kepada ilmu pengetahuan.

 

Source: www.reportaseharga.com
Source: reportaseharga.com

Itulah sedikit ulasan tentang Hotel Grand Aston Yogyakarta dan tempat-tempat menarik di sekitarnya. Kamu bisa pesan sekarang, mumpung liburan masih lama. Hotel ini rekomendasi banget buat yang liburan dengan keluarga, rasakan liburan yang mewah, nyaman dengan harga yang terjangkau. Dijamin, biarpun lelah keliling Yogya, setelah kembali ke hotel, kita pasti akan merasa lebih fresh dan siap kembali bekerja dengan ide-ide segar!

Hits: 1092

Ada dua kota yang membuat saya selalu feel hommy, Banda Aceh dan Yogyakarta. Banda Aceh, jangan ditanyalah, udah terlalu banyak tulisan tentang Aceh di blog ini. Nah, akhir minggu lalu, saya berkesempatan kembali mengunjungi Yogyakarta, walau kali ini kurang dari 20 jam saja. Sebenernya sih ini bukan kali pertama saya datang ke Yogyakarta tanpa bermalam. Tahun lalu, pulang pergi Yogya hanya dalam sehari beberapa kali saya jalani, tapi kala itu untuk tugas kantor sebagai seorang pejabat (baca: penjahat) negara. Hahahaha.. Oya, sst…bocorannya, saya juga (numpang) lahir di Yogya, loh!

C360_2015-06-06-21-18-41-359
Alone at Borobudur

Kali ini, ceritanya adik saya yang lama bermukim di Amerika Serikat, pulang kampung dan ngidam banget pengen ke Malioboro. Sementara saya, sebagai anak baru di sebuah bank, belum punya jatah cuti yang cukup untuk berlama-lama di Yogya. Jadilah kami berangkat Jumat malam sepulang jam kantor, tiba di tujuan Sabtu dini hari dan kembali ke Jakarta di malam harinya. Pyuihhh…bacanya aja capek kalii..! Eits, tapi jangan salah, waktu yang singkat itu ternyata cukup lumayan untuk meng-eksplore Yogya dengan kenangan yang tidak kalah manisnya seperti liburan kesini dua-tiga hari.

C360_2015-06-06-16-49-07-967
lovely family..
20150606_095303
the heritage of Yogya

Buat kalian yang gak punya waktu liburan banyak, sepertinya cara saya ini bisa dicontoh. Pertama, pilih naik kereta. Menurut saya sih ini lebih efisien, apalagi kereta eksekutif. Harganya lumayan bersaing, fasilitas nyaman dan paling penting sangat tepat waktu. Di perjalanan selama sekitar 7 jam kita bisa istirahat dan tidur, tau-tau kereta sudah tiba di Yogyakarta. Ada beberapa pilihan kereta jika berangkat dari Gambir, akan lebih murah jika memilih kelas bisnis yang berangkat dari Stasiun Pasar Senen. Enaknya, stasiun Tugu kan berada di pusat kota, jadi gak perlu rempong cari kendaraan seperti jika kita mendarat di bandara. Jika memilih naik pesawat bisa memakan waktu lebih lama karena jarak menuju Bandara Soetta, menunggu pesawat yang cukup lama atau tiba-tiba delay. Bandingin jika kita start dari stasiun Gambir yang ada di pusat kota Jakarta dan sampai juga langsung ke pusat Yogya. Oya, kalau mau naik kereta, usahakan jangan beli mendadak, karena ada komunitas pekerja Jakarta asal Yogya yang menamakan diri PJKA (Pergi Jumat Pulang Ahad), yang pasti memenuhi gerbong kereta di akhir pekan.

bule ngidam gudeg..
bule ngidam gudeg..

Setelah numpang mandi dan istirahat sebentar di sebuah hotel budget di kawasan Malioboro, ada tiga obyek yang bisa sekaligus dikunjungi. Benteng Vredeburg, Keraton Yogya dan sarapan di Gudeng Yu Jum yang letaknya tidak jauh dari Keraton. Itu pun, kami masih sempat mampir ke Malioboro, membeli sandal jepit khusus buat jalan-jalan hari itu. Setelah itu, sekita pukul 11 siang, kami tancap gas menuju Borobudur. Kali ini gak naik becak, tapi dijemput oleh dua orang sepupu saya. Sebelumnya, saya sudah googling, menuju Borobudur cukup waktunya jika menggunakan kendaraan umum sekalipun. Tiba di Borobudur, sekitar pukul 1 siang dan kami menghabiskan waktu disini hingga pukul 3 sore. Sebenernya bisa kurang dari itu sih, kalau sodara-sodara saya gak pada heboh belanja!

20150606_172647Lepas dari Borobudur, kami menyempatkan diri late lunch di sebuah restoran Rawon yang enak banget di kawasan Kaliurang. Sebenernya rekomendasi restoran ini didapatkan juga dari google. Meski karyawannya sedikit gak ramah, tapi makanannya enakkk banget dan dengan porsi makan berempat yang kelaparan banget, kami “cuma” membayar kurang dari Rp150 ribu.. Hemmm, harga yang cukup bersahabat bagi orang Jakarta.

Kembali ke Yogya, tujuan utama apalagi kalo bukan melanjutkan shopping. Surprise, ternyata harga-harga souvenir di pasar souvenir Boroubudur relatif lebih murah daripada di Malioboro. Pun menyaksikan keramaian Malioboro dan riuh rendah alun alun di malam minggu cukup seru sambil menunggu kembali ke Jakarta pada pukul 21.00. Kami juga masih sempat membeli gudeg dan beberapa makanan kecil buat oleh oleh…

Melelahkan memang, tapi kurang dari 20 jam ke Yogya, ternyata bisa loh..! Saya masih penasaran ingin ke Candi Boko dan beberapa tempat lain besok besok dan kemungkinan besar akan menggunakan metode ini juga!  See you next time, Yogya!

Hits: 1158

Sebelum bekerja di tempat yang sekarang, saya belum tahu bahwa sebenarnya negara ini punya enam istana kepresidenan. Ya, ada enam yang artinya pengelolaan dan perawatan istana-istana tersebut dilakukan oleh negara. Pertama dan kedua tentu saja Istana Merdeka dan Istana Negara yang berada dalam satu kompleks di Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Kedua, Istana Bogor di Bogor, ketiga Istana Cipanas di Cianjur Jawa Barat. Satu lagi ada di Bali, Istana Tampak Siring dan terakhir Istana Kepresidenan Yogyakarta yang lebih sering disebut Gedung Agung. Posisi istana ini tepat di ujung tusuk sate Jalan Malioboro yang menjadi pusat keramaian kota Yogya. Hanya selemparan batu dari jalan maskot Kota Yogya.

Semangat Indonesia...
Semangat Indonesia…
megahnya ruang utama
megahnya ruang utama
pilar kokoh peninggalan kolonial
pilar kokoh peninggalan kolonial

Beruntung banget, tahun lalu saya sempat berlama-lama di Istana Yogya sebagai panitia semua acara nasional yang diadakan kantor saya. Pekerjaan kami memang heboh dan repot, tapi saya sempatkan menikmati gedung bersejarah ini.

Konon istana ini sudah berdiri sejak 1823 sebagai kediaman seorang pimpinan Belanda. Meski sempat beberapa kali direnovasi, Gedung Agung tidak melupakan asal muasalnya sebagai saksi sejarah. Darah Eropa abad 17-19 sudah berpadu dengan ornamen khas Jawa dan bau bau mistisnya terasa sangat kental. Memang Gedung Agung tidak memiliki pergola besar seperti Istana Negara di Jakarta, tapi justru kesan mungilnya membuat istana ini istimewa. Meski tidak seluas Istana di Jakarta dan Bogor tetap saja, namanya istana. Kesan mewah, elegan dan berwibawa sangat kuat terasa. Bangga bisa mondar mandir disini selama acara berlangsung.

Gedung indah ini punya tiga ruang besar utama. Pertama adalah ruang di Gedung Utama yang khusus digunakan oleh Presiden. Sekeliling ruang utama dihiasi foto enam Presiden Indonesia mulai dari Bung Karno hingga Pak SBY. Lucunya, di salah satu dinding kosong sejajar dengan foto Ibu Megawati justru ada foto Ibu Kartini (loh…?) Hehehe.. Saya mikirnya positif saja, mungkin space itu nanti akan digunakan untuk memajang foto Presiden kita yang ke-7. Siapa yaaa?!

minum teh ala tamu negara
minum teh ala tamu negara

Disini juga ada kamar tidur pribadi Presiden dan Wapres jika berada di Yogya lengkap dengan ruang kerjanya. Terharu dehhh.., saya bisa ikutan masuk ke ruang pribadi itu, tapi Bapak Kepala Istana (Kais) sangat mewanti-wanti agar foto-foto ruang pribadi tidak dipublikasikan. Siap pak!!

Ruang lain yang paling sering digunakan untuk acara-acara nasional adalah Ruang Seni Sono dan Ruang Kesenian. Saya kurang paham juga sebenernya bedanya apa, namun kedua ruang tersebut seperti ruang rapat besar dengan panggung yang kuno yang sangat eksotis. Dulu, di jaman Belanda dua ruangan tersebut memang sering digunakan untuk pagelaran kesenian masyarakat Yogya. Bahkan di Ruang Kesenian masih ada beberapa gamelan tua dan perlengkapannya. Ruang Kesenian ini tersambung dengan ruang makan utama. Wah, kalau lewat sini siang-siang sendirian, bulu kuduk bisa ikutan merinding. Apalagi gorden yang membatasinya tipis, tranpasran dan mudah tertiup angin. Hiii…

perlengkapan mandi ala hotel berbintang
perlengkapan mandi ala hotel berbintang

Untuk menampung tamu-tamu, Gedung Agung dilengkapi dengan sekitar 20-an kamar. Kamar-kamar ini juga sebagian besar peninggalan Belanda. Saya dan teman-teman sebenarnya mendapat kesempatan bermalam disini. Beberapa teman sih, dengan senang hati menerima tawaran ini,  karena sekalian uji nyali katanya.. Hehehe.. Saya, sumpah masih takut…dan lebih memilih tidur di hotel di daerah Malioboro. Takut ketemu Noni Belanda.. Saya cuma sempat (eh..berani) leyeh leyeh siang di salah satu kamar (tapi tetep gak sendirian sih…). Hehehe..

Perabot kamar seluruhnya terbuat dari kayu jati yang sudah berumur puluhan tahun dan sungguh menguatkan kesan “spooky”. Ukiran-ukiran antik menghiasi warna cokelat tua yg mendominasi. AC Kamar juga masih dari model keluaran lama. Namun jangan tanya soal perawatannya, nyaris tidak setitik debu pun saya temui disini. Sangat bersih dan terawat ala hotel bintang 5.

mejeng bentar di halaman samping..
mejeng bentar di halaman samping..

Halaman Gedung Agung sangat luas, terawat dan rapih. Di beberapa sudut masih terlihat arca peninggalan candi (saya gak tau candi apa). Ada juga satu bagian kolam renang, namun sepertinya sudah tidak digunakan lagi. Sultan Yogya masih rutin menggunakan halaman gedung ini setiap tanggal 17 Agustus. Selebihnya, hanya acara-acara yang dihadiri Presiden dan Wakil Presiden-lah, Gedung ini digunakan.

Sayangnya, Gedung Agung setahu saya jarang dibuka buat umum. Tapi jangan kecewa dulu, kalau berkunjung ke Yogya, bisa kok foto-foto dari depan pagar-nya. Lumayan lah… Abis itu kita shopping deh di Malioboro., hehehe..

Hits: 1153