Jadi, mungkin kalian sudah banyak yang tahu bahwa Australia negara yang tak seberapa jauh dari kita itu adalah salah satu negara dengan biaya hidup termahal. Karena saya seringnya ke Amrik (numpang sombong dikit), saya berani bilang biaya hidup di Amrik dan Australia kurang lebih sama. Misal buat makan di USA paling ngirit deh sekitar 7 dollar USA (sekitar Rp90 ribuan), kalau mau murah sih emang sarapan di IKEA dengan makanan lumayan setingkat di atas fast food dan harganya di kisaran 3-5 dollar saja. Di Aussie, satu kali makan sekitar 5-10 dollar AUS. Tengah-tengah deh, ambil di kisaran 7 dollar  atau sekitar Rp70 ribuan. 

hostel1
Pintu Masuk YHA Melbourne

Nah, karena komponen jalan-jalan itu yang paling mahal biasanya makan dan penginapan, makanya dua item tersebut kalo bisa dihemat dengan tetap mengedepankan konsep kesejahteraan rakyat (alias gak susah-susah amat). Di Australia, salah satu cara menghemat adalah nginep di hostel. Wah, buat kalian yang biasa bobo di hotel yang nyaman dan penuh privasi, jangan khawatir…nginep di hostel di Australia sama sekali jauhhh dari kesan kumuh dan “miskin”. Sebagai perbandingan, saya pernah juga nge-hostel di Singapura dan Hongkong beberapa tahun lalu, dan menurut saya, fasilitas hostel di Australia, gak jauh beda dengan hotel bintang 3 di Singapura. Mungkin lebih. Hemmm..

hostel4

 

Dari tiga kota yang saya singgahi di Aussie (Sydney, Brisbane dan Melbourne), Desember 2016, tiga-tiganya saya dan teman-teman nginep di hostel. Hasil riset dan hunting kecil-kecilan, kita putuskan dengan beberapa pertimbangan seperti di bawah ini. Simak cerita dan tips-nya!

Lebih Efisien

Saya tidak tidak bilang lebih murah loh, tapi lokasi apartemen yang ada di pusat kota (down town) harus dipertimbangkan. Di Sydney dan Melbourne, saya menginap di YHA Hostel, sementara di Brisbane saya tidur manja di Brisbane Embassy. Posisi ketiganya hanya beberapa ratus meter dari Central Station. Moda transportasi yang paling nyaman, efektif dan efisien di tiga kota tersebut adalah kereta, dan memilih tempat menginap di tengah-tengah kota artinya menjangkau banyak stasiun. 

hostel2

Fasilitas Oke

Kebayang tidur di dormitori yang kumuh, berdesak-desakan dan bau? Yang saya temui di tiga kota di Australia tadi, jauh dari kesan itu. YHA Hostel tempat kami menginap di Sydney dan Melbourne adalah jaringan hostel internasional yang cabangnya tersebar hampir di seluruh dunia. Ada pantry yang bersih dan buat yang tinggal lama, bisa masak dan menyimpan stok makanan di kulkas-kulkas besar yang sudah tersedia. Kalau butuh, ya tinggal dimasak atau dipanasi di microwave. Ruang makannya juga nyaman bahkan ada tempat ngopi santai lengkap dengan balkon yang sangat cozy. Kamar mandi nya juga -meski di luar kamar-, kebersihannya sangat terawat. Air panas lancar dan hampir tidak ada antrian, karena di setiap lantai ada beberapa kamar mandi lengkap dengan toilet dan kaca-kaca besar untuk dandan :p. Plus ada kolam renang loh! Semua itu gratis! Wifi yang menjadi nyawa para traveler pun tersedia. Memang kalau di kamar, ada biaya tambahan. Tapi di ruang-ruang publik di hostel biasanya free.

hostel3
Lobby Nyaman
hostel5
ruang makan

Harga Bersaing

Yang ini nih, paling penting. Hasil googling, memang menunjukkan banyak hotel murah di Australia. Namun biasanya yang murah, punya nama beken dan pelayananannya standar, lokasinya agak jauh di pusat kota. Di dormitori yang saya sebutkan diatas, harga per malam per orang dalam 1 kamar dengan 4 bunk beds sekitar Rp400-500/ribu per orang. Mahal? Ah, gak juga. Kita memang bisa dapat yang lebih murah dan bentuknya hotel, tapi ya itu…posisinya rata-rata agak di pinggiran kota. Silakan saja pilih yang mana. Kalau saya sih tetap pilih di dormitori dengan fasilitas hotel tapi letaknya di tengah kota- yang artinya sangat menghemat biaya transportasi plus tentu saja waktu. Kenapa begitu? Yaa, sebagai orang kampung masuk kota, tempat-tempat eksotik nan instagram-able di Australia kebanyakan memang di seputaran kota. Lagian kita memang akan lebih banyak menghabiskan waktu di luar penginapan kan? Kalau memang ada rencana ke tempat wisata di pinggir atau luar kota, tetap mudah mendapatkan akses karena pusat kota adalah pusat transportasi. Gitu.

Desain yang Cozy

Awalnya saya berpikir, hostel umumnya akan minimal dari desain dan interior tak ubahnya seperti kamar kos atau paviliun. Ternyata gak loh.. Dari semua yang sempat saya singgahi, menurut saya yang desainnya paling oke adalah YHA Melbourne. Interiornya didandani dengan sangat kekinian dengan warna-warna cerah yang jauh dari kesan murahan. Para pencinta instagram pasti akan senang mendapatkan banyak sudut-sudut yang layak unggah begini. Kamarnya pun dibuat warna-warni. Pokoknya menyenangkan, inspiring dan bikin gak bosen! Note: ini beneran bukan iklan berbayar apalagi iklan layanan masyarakat.

desain toilet
desain toilet

hostel1

Tetap ada privasi

Mungkin ini yang jadi pertimbangan banyak orang, kenapa enggan tinggal di dormitori. Yes, kita akan ketemu banyak orang baru dari berbagai negara dengan culture dan kebiasaan yang berbeda. Kita gak bisa ketawa ngakak di kamar, atau kalau yang gabung dengan lawan jenis, kita gak bisa pake baju tidur yang seksi. Tapi menurut saya sih tidak demikian. Justru dengan tinggal di hostel, kita jadi belajar banyak cara menghargai privasi orang lain dan (mudah-mudahan) dengan bersikap baik, orang lain pun akan menghargai privasi kita. Nilai plusnya, disini kita bisa kenal teman baru dari berbagai negara dengan berbagai budaya dan kebiasaan yang harus kita maklumi. Kalau mau lebih nyaman, ya pergilah rame-rame bersama teman-teman dan semuanya nginap satu kamar.

Okay, kalau mau ke Aussie, ajak-ajak saya ya! Happy holiday!

Hits: 1194

Ada rencana ke Sydney? Bingung mau bikin itinerary? Berikut saya rekomendasikan beberapa agenda yang bisa dilakukan di Sydney. Tenang, semuanya bisa dilakukan cukup dengan jalan kaki saja di pusat kota Sydney. Ngapain aja? Yukk, cekidot…!

1. Tour Gedung Antik hingga Opera House

Yah, kalau ini mah gak usah dibilangin sih sebenernya. Opera House memang sudah jadi maskot alias landmark Kota Sydney. Kalau mau kesini, lebih baik naik kereta dan turun di Central Station lalu lanjut jalan kaki. Agak jauh memang sekitar 2 km, tapi sepanjang jalan banyak obyek foto yang menarik. Banyak gedung-gedung bergaya Mediterania yang sangat instagram-able.

opera
must taken!

Contohnya; museum, taman, perpustakaan, gedung pemerintahan bahkan disinilah lokasi Gereja Saint Mary yang sangat megah dan indah. Siapa pun boleh masuk loh melihat-lihat dalamnya. Saya aja yang pake kerudung, masuk dengan santai kok! Asal tetap tidak mengganggu yang sedang beribadah yah..

perpus1
National Library
gereja
Saint Mary

Kan asyik, satu tujuan tapi bisa dapat beberapa obyek. Sekalian juga bisa melihat lalu lintas dan kehidupan kota Sydney.

2. Eksplore Sydney Harbour Bridge

Deuh, segitu banget ya.. pake kata “berlayar”. Hehehehe. Harbour Bridge sebenarnya satu pandangan mata dengan Opera House. Pilih port Circular Quay sebagai titik awal untuk menjelajah Harbour Bridge. Dari atas ferry melihat sisi lain Sydney dari lautan, foto dengan latar belakang Harbour Bridge dari atas ferry pasti keren banget. Rebutan ambil posisi di geladak kapal. Saya sarankan kesini pada pagi hari sebelum pukul 12 siang, agar pencahayaan fotonya tidak backlight.

bridge
Harbour Bridge

Sepanjang perjalanan dengan feri ini ada beberapa poin-poin menarik yang bisa dikunjungi, seperti Luna Park, Sydney Aquarium, Maritime Museum atau sekedar foto-foto di Pyrmonth Bay Wharf.

Luna Park
Luna Park
pantai apaa...lupa namanya, heheheh..
pantai apaa…lupa namanya, heheheh..

Oya, sempatkan hari minggu saja keliling Sydney. Kenapa?? Karena hari minggu kita cukup mengeluarkan AUSD 2 saja untuk menggunakan seluruh moda transporartasi, tanpa batasan. Mau naik trem, bis, atau ferry berkali kali selama di hari minggu, ongkos cuma dua dollar saja, dipotong saat perjalanan pertama menggunakan kartu transportasi yang namanya Opal Card. 

3. Nonton Kembang Api di Harbour Darling

Pernah nonton kembang api di Hongkong? Kurang lebih di Sydney sama deh dengan disana. Pertunjukan ini ada setiap malam minggu di tepian Harbour Darling. Disini juga ada deretan café lengkap dengan mall. Cuma memang makanan disini agak lebih mahal, kalau mau irit kita bisa membawa cemilan sendiri dari rumah, atau beli di tempat lain dan dinikmati di tepi darmaga sembari memandang kerlap kerlip lampu-lampu kota. Eh, sayangnya waktu saya kesana…sedang ada renovasi jadi untuk sementara show kembang api tidak berlangsung. Tapi duduk-duduk di tepi port, memandang gemerlap lampu-lampu gedung di Sydney sudah sangat menyenangkan kok! 

darling

4. Berfoto di Gedung Sydney University

Entah kenapa saya suka banget bangunan ini. Gedung kuno yang mirip Istana Harry Porter ini ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 2 km dari Central Station yang berlawanan arah dengan Opera House. Aduh, sampai disini saya terkagum-kagum sendiri. Rumputnya hijau seperti karpet, bangunannya megah seperti di film film. Gedung indah itu dibangun pada 1850 dan dinobatkan sebagai salah satu kampus tercantik di dunia. Menuju kesini juga ada taman yang luas dan bagus. Benar-benar seperti back to past! Saat saya kesana, sedang gerimis mengundang tapi sama sekali tidak menghalangi niat saya untuk berfoto. Ternyata tempat ini memang sering jadi lokasi foto, bahkan ada sepasang calon pengantin yang tengah melakukan foto prewedding.

blog1

blog2

Saya juga sempat masuk ke dalam gedung, bagus banget. Speechless deh! Sempat kepikiran, kalau saja dulu saya pinteran dikit, pasti bisa deh kuliah disini. Hehehehe

5. Ngopi ngopi cantik!

Seperti biasa, kalau ke luar negeri, titipan yang paling sering saya terima adalah aksesoris Starbucks. Mulai dari mug sampau membercard. Thank God! di Sydney ternyata Starbucks-nya gak sebanyak di Amerika (Ya iyalah, kan Amerika emang asalnya….), jadi saya gak repot nyari titipan. Tapi sebagai gantinya, setiap sudut Sydney punya warung kopi yang autentik! Meski kedai-kedainya, tidak mengusung merek mahal, tapi kopinya dijamin mantep surantep! Mengingatkan saya dengan Aceh Lon Sayang. #uhuk

ngopi3

Saya sempat menjajal beberapa kedai kopi dan semuanya memuaskan. Di Jakarta atau Bogor, saya sering coba-coba warung kopi yang baru dibuka. Hasilnya sih lebih sering mengecewakan, sampai akhirnya saya hanya punya satu dua tempat ngopi langganan. Tapi di Sydney semua warung kopi asyik buat berlama-lama dan kopinya bikin saya -yang pencinta kopi ini-, sakau! Bahkan di ferry harbour bridge, saya sempat iseng membeli secangkir kopi di cafeteria yang posisinya agak nyempil deket toilet. Kirain akan dikasih kopi instan, ternyata di kapal pun, kopinya di-grill di tempat itu juga! Luar biasa!! Harga secangkir latte atau cappuccino rata-rata AUSD 3, sekitar 30 ribuan Standarlah yaa… gak jauh beda dengan kopi enak di tempat kita.

ngopi1

Oya, kalau mau pesan makanan samping/cemilan di kedai kopi, jangan kaget kalau porsinya geudee banget. Memang hampir semua makanan di Australia porsinya besar-besar. Jadi kalau sama teman, mending beli seporsi dan bagi dua. Hehehhe.. (irit ala anak kost)

6. Belanja di Paddys Market

Ini dia nih…liburan ala orang Indonesia. Belanja, belenjong, shopping dan ngabisin duit! Kebetulan banget, hostel saya menginap hanya beberapa blok dari Paddys, jadi deh saya belanja (seadanya) di Paddys juga. *Maklum horang kayahh…* Hehehe.. Pasar yang serupa hanggar besar dengan lapak-lapak ini, menjual berbagai barang mulai dari pernak pernik, souvenir, baju kaos, sepatu hingga kosmetik. Catat, Paddys hanya buka dari hari Rabu hingga Minggu. Kalau di Sydney, Paddys memang rekomendasi utama untuk membeli oleh-oleh. Tapi jangan terkecoh, untuk dapat harga murah lebih baik muter dulu seluruh bagian, cari perbandingan harga baru belanja, karena para pedagang disana tidak memiliki standar harga untuk satu barang.

Di Melbourne, ada Queen Victoria Market yang harganya lumayan lebih murah dari Paddys. Jadi, kalau masih mau ke Melbourne setelah dari Sydney, tahan tahan dulu deh belanjanya.

paddys1

Di lantai atas gedung yang sama dengan Paddys, ada mall yang tidak seberapa besar. Serunya, disini ada beberapa Factory Outlet baju dan sepatu merek-merek terkenal disini. Kalau punya uang lebih, silakan mampir. Lumayan bisa dapat kaos branded seharga 5 dollar alias 50 ribu saja.

paddys2

Oya, yang kangen makanan Indonesia, ada restoran bernama Podomoro, jalan sedikit sekitar 100 meter dari seberang Paddys. Tapi porsinya tetep gede, seperti porsi orang Australia pada umumnya. Biar aman (dan irit) pesen seporsi buat berdua aja (kan jadi romantis tuh…).

7. Nongkrong di Taman Kota

Enaknya di kota maju yang tetap mengutamakan kenyamanan penghuninya, adalah tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Begitu juga di Sydney, banyak sekali taman-taman yang bisa jadi tempat mencari inspirasi saat galau (hmmm…). Asyiknya, taman-taman ini ada di pusat kota, yang bisa dijangkau dengan mudah karena transportasi yang memadai bahkan bisa cukup dengan jalan kaki.

taman1

Emmm.. tapi, kalau saya sih senang liburan yang gak too rush alias buru-buru kayak harus ngabsen di kantor. Saya lebih senang liburan yang santai dan bisa dinikmati. Bisa berlama-lama di satu tempat, mengamati lingkungan, melihat tingkah polah penduduknya dan belajar dari banyak hal baru di sekeliling kita. Saya gak mau jadi turis check list. Itu loh, yang datang ke suatu tempat cuma buat sekedar udah sampe disana dan cekrek foto sekali, lalu berlalu.

taman3

Nah, karena itulah kalau kalian liburan yang tidak dikejar deadline, bawa buku, cemilan dan segelas kopi (dalam paper cup), di taman, pasti akan jadi sangat menyenangkan.

Hits: 1241

Hayo, kapan terakhir kali kamu piknik? Iyaa, piknik! Makan dan bercengkerama di alam terbuka, duduk santai di atas tikar dan menikmati makanan yang dibawa dari rumah. Saya sih, kalau tidak salah sekitar satu setengah tahun lalu bersama beberapa orang teman dari Bogor menuju Gunung Padang di Cianjur. Di tengah perjalanan, kami singgah tepat di tepi kebun teh, menikmati nasi goreng berbumbu Aceh yang dibawa dari rumah. Nikmat banget! Lupa deh sama makanan mall.

Nah, ceritanya minggu lalu saya menyempatkan piknik di alam terbuka. Tidak tanggung-tanggung, kali ini pikniknya di Melbourne, Australia. Jauh banget yaaa!! Setelah nonton Coldplay, muter-muter di Melbourne (yang ini akan saya tulis terpisah), seorang teman mengusulkan untuk piknik di sebuah taman di tepi danau bernama Lysterfield Park, sekitar 45 menit dari pusat kota Melbourne. Jadilah sore itu kami membeli kebutuhan piknik termasuk daging halal di sebuah toko produk-produk Timur Tengah. Niatnya pengen barbeque (bbq) di tengah rimbun pepohonan sembari memandang danau.

blog4

Disana disediakan meja-meja persegi yang besar lengkap dengan bangku yang melingkar sehingga kita tidak perlu gelar tikar lagi. Hebatnya, di beberapa bagian sudah disediakan perlengkapan bbq yang lengkap dan kita tinggal pakai. Wow! Kirain harus bawa perlengkapan dari rumah (kali aja rempong kudu bawa arang segala…)

blog20

Kami memilih satu meja yang paling dekat dengan sebuah tungku bbq.  Ternyata yang piknik, bukan hanya saya dan teman-teman. Di samping kami, berkumpul satu keluarga lengkap dari nenek hingga cucu yang tengah bertukar kado. Di sisi lain, sekumpulan anak muda yang nampaknya sedang reuni, asyik dalam gurau canda. Di ujung sana masih ada satu keluarga dengan dua anak balita. Ramai memang, tapi tetap tenang dan masing-masing kelompok memiliki privacy.

Di sekeliling taman, terdapat jogging track, terlihat beberapa orang sedang berolahraga, walau suhu saat itu hanya sekitar 15 derajat celcius saja. Tepat di depan mata terbentang danau buatan, yang membuat pemandangan makin cantik. Selain untuk estetika, ternyata danau itu juga merupakan sumber pembangkit listrik.

blog11

Di arah berlawanan dengan danau, ada tanah lapang dan hutan yang masih alami dan itulah habitat asli kanguru. Disini kanguru dibiarkan hidup bebas, loncat loncatan kesana kemari. Sedang asyik ngobrol, tau-tau seeokor melintas di depan kami. Cepat-cepat saya ambil kamera. Sayang, loncatannya lebih cepat daripada bidikan kamera Saya. Hahaha..

blog5
kanguru yang kabur

Tempat ini memang disediakan oleh Pemerintah Melbourne. Tidak hanya Ruang Terbuka Hijau (RTH) semua fasilitas seperti meja dan kursi taman, tempat bersantai, tungku bbq dan toilet yang bersih. Bahkan disediakan perahu-perahu untuk berkeliling danau yang sangat friendly terhadap para disable.

blog7

blog1
fasilitas toilet

Sambil bbq-an, Doddy teman kami yang memang menetap di Melbourne bercerita tentang dukungan pemerintah Australia terhadap keharmonisan keluarga.  Australia menerapkan prinsip Triple delapan (888), yaitu delapan jam bekerja, delapan jam istirahat dan delapan jam pleasure. Sangat jarang ada karyawan overtime alias lembur, karena bayar tenaga kerja untuk lembur muahaalll banget. Tiba-tiba teringat para karyawan bank yang senangnya lembur dan kalau gak lembur, berasa gak kerja. Heheheh..

blog2
rombongan piknik

blog10

Di Brisbane dan Sydney -mall yang tutup jam 6 sore saja- sudah cukup bikin saya shock! Di Jakarta, biasanya jam 7 malem baru nongkrong di mall. Lebih parah lagi di Melbourne, toko-toko rata-rata tutup jam 4 sore! Jadi hampir tidak ada istilah anak mall disini. Belum lagi, transportasi yang mapan membuat tidak ada kamus nongkrong di mall, sembari menunggu macet berakhir. Setelah bekerja selama delapan jam, pilihannya ya cuma satu: pulang berkumpul dengan keluarga.

Kata Doddy, semuanya merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memenuhi prinsip triple 8 tadi. Pemerintah konsisten mendukung komunikasi dan interaksi keluarga, salah satunya dengan tidak ada lembur dan tidak banyak keramaian yang buka sampai malam.

blog11

Saya salut, di tengah maju dan canggihnya fasilitas negara ini, pemerintah “masih percaya” bahwa keluarga adalah pondasi utama majunya bangsa  dan meyakini piknik sebagai salah satu cara mendekatkan hubungan keluarga. Komunikasi dalam keluarga didukung oleh aturan jam kerja dan fasilitas yang memadai. Bener sih, kata sebuah riset, berinteraksi di alam terbuka akan membuat kekerabatan makin baik.

Bahkan pemerintah Australia setiap tahun memberikan dua kali voucher gratis jalan-jalan domestik bagi setiap keluarga. Sambil bercanda, Doddy bilang; kalau ada pasangan yang mau pisah, coba pindah deh ke Melbourne, dijamin bisa baikan lagi.  Tidak heran angka perceraian disini cukup rendah.

blog12

Herannya kok kesadaran begini malah banyak di negara maju ya… Di Jakarta (baca: maskot Indonesia), ruang terbuka hijau tidak banyak, boro-boro deh yang lengkap dengan alat bbq, yang bisa digunakan untuk berkumpul saja sangat jarang. Kita yang dalam kenyataannya “lebih tradisional” malah lebih senang berkumpul di café-café ber-AC dan pusat perbelanjaan. Rasanya bangga kalau bisa nongkrong di café mahal, padahal disana pun seringnya masing-masing sibuk dengan gadget masing-masing.

blog13

Kalau saja Jakarta lebih banyak RTH dan masyarakatnya suka menikmati alam, artinya keluarga makin harmonis. Artinya lagi,keluarga akan mencetak generasi-generasi yang madani yang siap memajukan bangsa. Wah, panjang ya, dampaknya. Ternyata duduk-duduk di taman bersama keluarga bukan cuma menghabiskan waktu, tapi cara kita menjaga keutuhan bangsa.

Bagaimana, kapan kita piknik?

Hits: 1934