Di Banda Aceh ada Taman Seribu Janji. Letaknya pas di tepi Sungai Krueng Raya yang melintas di tengah kota. Dinamakan Taman Seribu Janji, mungkin karena suasana disana memang romantis melankolis (apalagi di sore hari), sehingga banyak pasangan yang saling berjanji (baca: ngegombal) hingga seribu macam jenis janjinya. Tapi tidak usah jauh-jauh ke Banda Aceh kalau mau berjanji, main-mainlah ke Kota Tangerang yang kini setiap sudutnya penuh dengan taman. Bukan janjinya saja yang bisa sampai seribu macam, jumlah tamannya pun bisa disebut “seribu”. Beneran!
***
Apa yang terbayang di kepalamu ketika mendengar kata Tangerang? Kalau saya, hal pertama yang duluan muncul adalah : “panas”. Iya, soalnya saya sering melipir ke pinggiran Tangerang seperti Cikokol, Serpong, Ciputat dan daerah-daerah itu udaranya panas dan lumayan padat penduduk. Ada juga teman saya yang mengidentikkan Tangerang itu dengan mall-mall keren, kota satelit baru dan perumahan mewah. Ya, semua ada benarnya, tapi Tangerang itu luas loh, ada 3 daerah adminstratif didalamnya, yaitu; Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.
Hingga pada sebuah minggu pagi, saya bersama beberapa teman diajak mengeksplore taman-taman Kota Tangerang. Pemda Kota Tangerang sudah membangun 150 taman untuk memenuhi kota ini, 27 diantaranya adalah taman tematik. Kenapa tematik, karena setiap taman punya ciri khas masing-masing. Ada Taman Potret, Taman Kelinci dan Kupu Kupu, Taman Bambu, Taman Gadjah Tunggal dan yang sedang dalam proses adalah Taman Burung.
Kata Pak Walikota, pembuatan taman-taman cantik ini sebagai bagian dari upaya Tangerang untuk mewujudkan City Of Happiness. Tentu saja, taman-taman ini juga berfungsi sebagai paru-paru kota. Sungguh kota ini jauh dari kesan “panas” seperti yang saya pikirkan sebelumnya. Masuk ke pusat kota, kita sudah disuguhi pepohonan yang teduh dan jauh dari kesan gersang. Malah di beberapa sudut terlihat seperti Kota Bogor, ditambah ada Sungai Cisadane yang membelah kota, membuat kota ini memiliki keunikan sendiri.

Taman Potret
Di Taman Kelinci, benar-benar dipelihara kelinci yang sehat dan gendut-gendut. sementara di sebelahnya ada Taman Kupu Kupu. Memang, saat kami berkunjung, kupu-kupunya belum banyak, karena kubahnya saja baru dibangun. Konsepnya persis seperti Taman Kupu Kupu di Penang yang pernah saya kunjungi tahun lalu. Hanya ukurannya saja yang lebih kecil. Taman burung bentuknya seperti miniatur Taman Burung di TMII dan Singapura juga tengah dibangun. Tidak lama lagi, semuanya bisa dinikmati semua lapisan masyarakat secara gratis.

Taman Kupu Kupu
Mau main-main di taman dengan anak-anak? Gampang! Datang saja ke Taman Potret atau Taman Gadjah Tunggal. Disini disediakan arena bermain anak yang gratis, sementara orang dewasa bisa duduk-duduk nongkrong dengan pusat jajanan di sekelilingnya. Atau mau duduk-duduk santai mencari inspirasi? Saya pikir, Taman Bambu adalah lokasi yang paling tepat. Oya..beberapa taman sudah dilengkapi free wifi. Cocoklah buat nge-galau sambil nge-net gratisan. Hehehe..

Taman Bambu

Tahun lalu, di Melbourne saya takjub melihat masyarakatnya yang senang sekali menghabiskan waktu di taman bersama keluarga. Katanya, pemerintah Australia percaya kekerabatan keluarga akan tercipta di ruang terbuka hijau. Tidak heran kalau disana mall-mall tutup jam 6 sore. Komunikasi dalam keluarga dianggap sebagai fondasi terbaik untuk menjaga keutuhan bangsa. Makin sering kita berinteraksi di alam, maka makin baik kualitas generasinya. Artinya lagi, keluarga akan mencetak generasi-generasi yang madani yang siap memajukan bangsa.
Konsep “back to nature” ala Kota Tangerang ini patut dicontoh kota-kota lain. Alam mengajarkan banyak kearifan lokal, kekerabatan dan tentu saja mengurangi polusi.
Hmm, Jadi kapan kita main ke taman?
