Setengah hari menjadi tamu VIP RI 1


Obrolan, Opini / Sunday, October 2nd, 2016

Lagi asik menikmati sarapan pecel, whats app saya berbunyi. Riesma, sahabat saya ingin memastikan alamat-alamat sosial media dan blog Saya. Katanya lagi ada yang hunting, kalau beruntung bisa diajak makan siang dengan Presiden Jokowi hari ini. Iseng saya jawab: “Wah, kasian amat… Presiden lagi gak punya temen makan siang, ya?!!” Hehehe..

Tak berapa lama, ponsel saya berbunyi. Seorang perempuan mengaku dari Tim Komunikasi Istana bertanya beberapa hal terkait kegiatan digital saya. Saya jawab dengan jujur, baik di blog ini maupun di Kompasiana, saya sering menulis tentang Pemerintah secara umum, meski tidak menyinggung Presiden secara khusus. Tidak ada tulisan yang menunjukkan saya ini “die hard” nya Jokowi, bahkan beberapa tulisan malah memberikan kritik bagi beliau. Telepon ditutup, saya tidak berharap banyak. Bener-bener gak ngarep. Siapalah gw ini…

Telepon berbunyi lagi 30 menit kemudian. “Mbak Vika, bisa ready di Istana pukul 11 siang?” kata suara di seberang sana. Saat itu waktu tengah menunjukkan pukul 09.40 WIB, artinya saya cuma punya waktu 1 jam lebih sedikit untuk tiba di Istana. Sarapan pecel saya sudah habis, sementara layar laptop masih menayangkan angka-angka yang harus dianalisis. Di sisi meja kerja, tergeletak beberapa pesanan buku Jam Weker yang harus ditandatangani.  Siangnya saya ada janji dengan Raim Laode (akan saya ceritakan ini di tulisan berbeda). Tiba-tiba saya terserang sesak nafas, mual dan panic attack! Saat itu juga saya langsung menghubungi Riesma: Bo, gw jalan ke Istana, sekarang!!

Buru-buru semua peralatan kerja saya bereskan.. Di luar hujan lumayan deras. Mas Adi, pramubakti kantor membantu saya mencari taksi menuju Sarinah tujuannya jelas buat cari baju, karena tidak mungkin pulang ke rumah di Bogor. Hari itu tidak ada janji meeting formal, saya berbusana casual; baju kaos dan celana semi jins. Sementara pihak Istana mewajibkan dresscode baju putih, tanpa celana jins dan tidak menggunakan sandal. Keputusan saya ambil degan cepat meski masih diliputi rasa kurang percaya. Ini serius? Beneran? Ah, mimpi kali….*cubit cubit pipi sendiri..

Taksi pun meluncur. Dalam perjalanan, saya batalkan seluruh janji hari itu. Beberapa kolega mengira saya bercanda, satu dua yang lain bilang; setelah kembali saya wajib lapor lengkap dengan foto. No Pic Hoax katanya! Saking sibuk dengan ponsel, saya tidak memperhatikan pak driver taksi mengambil jalur yang salah. Dari daerah Bendungan Hilir menuju Sarinah yang paling praktis melalui Sudirman-Bundaran HI malah lewat Pejompongan, muter dari Dukuh Atas yang macet parah. Mau marah sama driver-nya pun gak guna juga… Nyaris 20 menit kami masih stag di Depan Pemakaman Karet, saya cuma bisa ngedumel sendiri. Sampai di putaran Dukuh Atas, saya turun (meskipun masih gerimis), dan melanjutkan dengan ojek menuju Sarinah. Pas mau bayar, eh…ternyata uangnya gak cukup. Untung, mas mas ojek bersedia menunggu.

Waktu sudah di 10.35, bergegas saya menuju rak pakaian wanita. Tanpa banyak pilah pilih, saya ambil sepasang yang kira-kira paling pas, langsung diganti di kamar pas, gak nyoba-nyoba lagi dan hampir gak liat harganya! Hahahaa.. Untung ketika bayar di kasir, masih terjangkau sama dompet. Kurang dari 10 menit, semua selesai. Gilaaa..ini shopping tercepat dalam hidup gw! Setengah berlari saya menuju ATM. Mas ojek masih setia menunggu, saya bayar dan kemudian ganti moda taksi menuju istana. Masih dengan rasa nervous plus deg-deg-an, tempat pukul 10.55 saya tiba di Gerbang Sekretariat Negara.

img20160930123636
menunggu…

Wah, tiba-tiba Saya terserang dejavu! Saya pernah bekerja di lingkungan Istana selama 2,5 tahun di masa Presiden SBY. Lorong-lorong Istana dulu begitu akrab dengan deretan foto-foto Ibu Negara di hampir semua sisi. Pohon besar yang dibentuk bak payung masih berdiri tegak di depan Istana Negara. Kantin Istana yang dihiasi akuarium Ikan Arwana dan rawon terenak di Kantin Setneg membayangi pikiran saya.  Ruang pers sudah berbeda, toko souvenir sudah pindah posisi dan minimarket di parkiran motor sudah tidak ada. Terasa sekali kini banyak yang berubah.

Tiba di gedung utama, saya dan undangan lain sudah ditunggu panitia yang rapih berbaju batik. Mereka menyapa dengan ramah dan meminta kami mengisi daftar hadir. Kelihatan mereka serius sekali menyambut para tamu. Kami di-briefing hingga pukul 12.15 sambil menunggu Presiden selesai menunaikan sholat Jumat. Semua Dos and Donts diberi tahu di forum ini. Eitss… saat itu Saya baru sadar, ponsel saya dalam posisi lowbat. Sementara ponsel satu lagi ketinggalan lengkap dengan chargernya di kantor, karena buru-buru tadi. Panik dong!! Gimana ceritanya, gak ada ponsel, gak ada kamera. Untungnya ada Paspamres dan panitia yang berbaik hati meminjamkan charger ke Saya

Kami dikenalkan dengan koordinator media digital Jokowi. Ia menjelaskan bagaimana tim-nya secara acak mengundang peserta. Ada algoritma dan beberapa pertimbangan, yang memang tidak bisa dijelaskan secara gamblang. Ya sudah ya… anggap saja, saya dan undangan yang lain sedang beruntung. Hehehe. Saya juga sempat berkenalan dengan undangan-undangan lain, beberapa diantaranya bahkan datang dari luar Jawa. Jangan kalian kira mereka itu para buzzer dengan akun ribuan follower, banyak diantara mereka orang-orang biasa, yang terlacak pernah memberikan usulan kepada Presiden melalui akun-akun sosmed beliau.

Tepat pukul 12.35 kami dipersilakan masuk ke ruang utama. Semua tas dan gadget dititipkan pada Paspamres. Hemm, sebel gak bisa cari pokemon deh! … Rasanya gimana gitu, masuk ke ruang makan megah Istana dengan lampu-lampu kristal mewah dan di meja makannya sudah ada label nama kita masing-masing. Waktu masih kerja disana, saya ingat yang bisa dapat label nama seperti itu minimal Gubernur! Serius! Gak Boong! Ini beneran kayak mimpi!!

Tak berapa lama, Presiden memasuki ruangan. Tidak ada protokoler, tidak ada MC seperti acara resmi. Presiden -dengan baju putih dan celana hitam standarnya- dengan  ramah dan menanyakan kabar dan darimana domisili kita. Hebatnya, Presiden-lah yang mengelilingi kursi kita masing-masing, bukan kita yang antre salaman dengan beliau.

 blog4

Setelah sedikit beramah tamah, Presiden langsung mengajak makan siang. Meja panjang kecil tertata rapih di sudut ruangan. Menunya apaa yaa?! Ternyata bukan menu barat yang mewah. Ada goreng burung punai (konon ini masakan favorit beliau), gulai kepala kakap, sambel goreng ati, bakso, rebusan daun pepaya, beberapa jenis sambal dan emping. Tidak ada makanan penutup alias dessert. Bayangan makan siang penuh formalitas, seketika menguap, karena Presiden sangat santai. Ia mempersilakan kita mengambil makanan bersamaan dengannya, tidak perlu sungkan. Bahkan Ia rela antre di belakang tamu undangan. Sambil becanda, beliau bilang: boleh nambah dan boleh bungkus buat pulang 😀

***

Saat makan bersama, pembicaraan dan diskusi dibuka, dengan suasana yang begitu cair. Dari rencana awal ngobrol tentang sosmed, melebar kemana-mana. Mulai dari tax amnesty, HAM, masalah Papua, pariwisata, pendidikan hingga gaji pensiunan. Setiap peserta diberi kesempatan satu-satu untuk ngomong. Boleh saran, pertanyaan, kritik apapun dengan rambu-rambu yang sudah diberi tahu saat briefing. Berat? Gak kok, obrolan meja makan ini kerasa ringan banget. Sepertinya Presiden kita sudah cukup terlatih menjelaskan banyak hal dengan logika sederhana. Kalimatnya pun patah-patah dan berjeda agar kita bisa ikutan nimbrung. Beberapa hoax yang selama ini berhembus di masyarakat pun, dijelaskannya dengan santai. Ada beberapa isu yang coba diluruskan oleh Presiden seperti Freeport, full day school hingga utang luar negeri. Sebenarnya Saya sempat pengen nanya gini: Pak, bosen gak dengan sidang Jessica yang bertele-tele? Tapi takut dikeprok sama Paspamres.. Wakakkaka.

 

Sumber: Biro Setpres
Sumber: Biro Setpres

Setelah sesi makan siang selesai, tibalah saat sesi foto. Presiden begitu sabar  meladeni undangan yang sebagian besar pengen selfie. Fotografer istana kayaknya dilewatin aja.. Hehehe.. Kadang-kadang Paspamres memang sibuk dengan segala aturan. Tidak boleh terlalu dekat, tidak boleh lewat batas ini, batas itu. Tapi so far sih, Jokowi-nya sendiri gak protes! Aduhh..ini beda banget dengan pengalaman saya mengejar beliau di Car Free Day Bogor atau Cap Go Meh Festival di Bogor tahun lalu.  Lebih bahagia lagi, Saya bisa langsung memberikan kenang-kenangan Buku Jam Weker buat beliau. Semoga sempat dibaca ya, pak..

antre selfie
antre selfie

Saya tidak akan mengulas satu-satu isi diskusi siang itu. Akan saya bagi ke teman-teman nanti secara lisan saja. Namun yang jelas saya sangat sangat senang dan bangga bisa jadi sepersekian persen rakyat jelata yang diundang makan langsung dengan orang nomer satu di negeri ini. Tanpa sekat, tanpa jarak, tanpa banyak aturan protokoler. Saya tahu Jokowi kerap mengundang beberapa kelompok, profesi dari berbagai kalangan untuk makan siang di Istana. Sebuah kebiasaan yang nyaris tidak pernah dilakukan oleh Presiden-Presiden sebelumnya. Pencitraan? Politik memang citra (kata Presiden RI ke-6). Tapi sesuatu yang dikerjakan secara rutin hanya demi citra tanpa datang dari hati, pasti melelahkan. Dan…saya percaya, Pak Jokowi melakukan semua ini dari hati bukan hanya demi citra. Believe me..

blog3

Tidak pernah sedikit pun  pernah mimpi dan terlintas di kepala, bisa semeja makan dengan RI 1. Mimpi saya cuma satu; pengen banget bisa naik pesawat Kepresidenan. Halal kan kalau mimpi saja? Hmmm.. Siapa tahu ini jadi jalan untuk mewujudkan mimpi itu. Aaamin… Who knows? We never know, because life is so unpredictable!

 

 

 

 

 

Hits: 2642
Share

30 Replies to “Setengah hari menjadi tamu VIP RI 1”

  1. Ini kali pertamaku baca tulisanmu vik via blog.. Jadi ingat jaman sd kau mmg suka nulis dan cerdas dalam pengetahuan umum #ga nyambung ya vik.. Intinya aku bangga vik, jokowi idolaku dan kau bisa ketemu dia itu yg bikin tambah terharu.. #makin ga nyambung aja ya vik.. Haha!! Succes sis!!

  2. […] Bersama Pak Menteri, kami diajak berkeliling Ancol, melihat dari dekat berbagai perlombaan yang digelar. Bahkan beberapa kali Pak Menteri dengan asyik mengajak kita mengikuti beberapa lomba. Pak Menteri semangat banget mencoba hampir semur permainan. Salut saya dengan stamina beliau! Gak ada capeknya, bo! Cuaca mendung dan sedikit gerimis sama sekali bukan halangan. Dari naik perahu naga, mencoba permainan lempar bola ala Perancis, jalan kaki keliling Ecopark, main dengan Enggrang, mencoba lembar batu ala Polan hingga nonton pagelaran tari dari Jambi. Belum lagi melayani ratusan pengunjung yang mau selfie. Aduhhhh…..begitu toh kalo jadi menteri! *Siap siap kali aja besok-besok ditelpon Jokowi lagi. Hahahaha..  […]

  3. […] Dan pada sebuah hari yang mendung (namun tak berarti hujan), kami merencanakan bertemu setelah sholat Jumat di sebuah tempat di bilangan Jakarta Pusat. Pagi-pagi saya sudah kontak Raim untuk mengingatkan janji tersebut. Baru sekitar 20 menit rekonfirmasi dengan Raim, jreng..jreng..jreng, saya mendapat telepon dari Istana (beneran Istana Negara, bukan Istana Boneka) untuk makan siang bersama Jokowi. Ini Beneraann Joko Widodo  yang RI 1. Ini baca deh ceritanyaaa disini, jadi saya gak perlu cerita panjang lebar lagi. […]

  4. Ampun dah keren bgt. Gw udah lama sempat matikan twitter. Baru aktifkan kembali. Ternyata ketinggalan berita. Selamat ya Vika. Proud of you and Presiden Jokowi always

Leave a Reply to Vika Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *