Kalau ada benda yang paling berjasa bagi sebagian besar orang Jakarta, mungkin powerbank jadi jawabannya. Di tengah mobilitas manusia Ibukota yang tinggi, belum lagi macet dimana-mana sementara keterhubungan dengan dunia maya menjadi sesuatu yang hakiki.  Powerbank ibarat pahlawan bagi banyak penduduk Jakarta. yang sudah menjadi penghuni wajib tas dan ransel.

Walaupun saya akhir-akhir ini lebih sering bekerja di dalam ruangan, powerbank tetap menjadi teman setia saya. Kalau mendadak harus keluar kantor dan baterai ponsel dalam posisi lemah, mau tidak mau benda mungil ini menjadi andalan saya. Dulu,  saya sering membawa powerbank berkapasitas besar dalam perjalanan jauh, namun sejak kapasitas powerbank dibatasi naik pesawat, saya jadi harus pintar-pintar mensiasati agar tidak kekurangan daya ponsel saat berada di daerah yang cukup remote.

Namun, sebenarnya fungsi powerbank bukan hanya buat ponsel, lho.. Beberapa perusahaan besar salah satunya Vivan sudah mengeluarkan powerbank dengan kapasitas besar yang bisa digunakan untuk mengisi baterai laptop bahkan lampu emergency. Cocok banget untuk mereka yang suka camping atau small medium enterprise yang belum memiliki genset sendiri. Dua produk andalannya adalah Vivan Powerlite dan Vivan Big Bank.  Vivan Powerlite memililki kapasitas 20,800 mAh danVivan Big Bank berkapasitas 62,400 mAh. Gila kan, bener-bener gak nanggung!

Vivan Powerlite  memiliki Dimensi yang tidak terlalu besar, yaitu 6,3 x 2,57 x 2,6 inch,  Ada 1 Input Type C 5V/3A dan 3 Output dengan fitur QuickCharge serta sebuah Output 220V/85W (AC) yang dapat digunakan untuk menyalakan perlengkapan rumah tangga dengan maksimal arus 220V/85W seperti kipas angin, lampu belajar, lampu LED, Speaker Portable, Coffee Maker, hingga baterai Drone DJI.

Sementara Vivan Big Bank dengan kapasitas terbesar saat ini, yaitu 62,400 mAh dengan tipe baterai Lithium-Ion. dan infput 12-20V / 42W dengan empat jenis output.  Big Bank juga sudah dilengkapi dengan Intelligent Protection yang mampu mencegah over-charge, over-discharge, over-voltage, over-current, over-temperature, short-circuit dan recovery protection sehingga aman saat digunakan untuk peralatan elektronik. Anti panas deh! Fungsinya ? Sama dengan Powerlite tapi tentu saja kapasitasnya lebih lama. Oya, semua powerbank ini memiliki output yang multiple, jadi bisa ngecas barengan. Bisa ngirit waktu buat yang buru-buru.

Beruntung banget, saya minggu lalu diundang oleh Pricebook.id  yang bekerja sama dengan Vivan Indonesia melihat demo produk-produk diatas. Karena harganya lumayan mahal, ya lihat demo-nya dulu deh. Oya, Pricebook bukan online shop loh! Pricebook adalah satu-satunya situs perbandingan harga barang online di Indonesia. Selain telah bekerja sama dengan online-online shop terkemuka, Pricebook juga sudah menggandeng lebih dari 1000 toko offline di Jakarta, Bekasi, Depok, Bandung, dan Surabaya. Jadi dijamin, harganya realtime karena di-update setiap hari. So, gak merlu muterin mall buat beli barang dengan harga termurah kan?

 

by: raiyani.net

Diadakan di Terroir Coffee & Eats yang cozy dan nyaman, sejumlah blogger diajak berkenalan dengan Tim Pricebook dan Vivan. Mbak dan Mas yang keceh-keceh ini menjelaskan dengan runut bagaimana Pricebook bisa membantu kita berbelanja dengan efisien dan Tim Vivan memberikan demo powerbank-powerbank gila banget tadi dengan jelas dan bikin mupeng Yang jelas kolaborasi Vivan dan Pricebook ini bikin kita standby terus..Anti Mata gaya..

Senangnya lagi, bisa ketemu langsung dengan blogger-blogger keren yang selama ini hanya berinteraksi di dunia maya. Yang jelas, sabtu siang itu, meskipun hujan, tapi penuh kesan! Terim kasih Vivan & Pricebook!

by ariefpokto.com

 

Hits: 1050

Akhir-akhir ini saya kerap naik Angkutan Perbatasan Terintegrasi Bus TransJakarta (APTB) dibanding naik commuter line. Kenapa? Karena haltenya dari rumah lebih dekat daripada ke stasiun dan bisa turun pas di depan markas Kamadigital. Dulu, waktu masih bekerja di Bank Mandiri juga sama, tapi saya memilih APTB (yang sekarang disebut TransJabodetabek) jurusan Grogol dan turun pas di Semanggi. Bisnya nyaman sekali, jarang ada penumpang yang berdiri kecuali pada jam-jam sangat sibuk. Kaki bisa selonjoran, tidak seperti bis-bis reguler Mayasari atau Jakarta-Bogor lainnya yang tempat duduknya sempit dan bikin kaki kejepit dan turunnya keram.

Kabar baiknya, Transjabodetabek sekarang sudah ada yang premium, loh! Sedikit lebih mahal tapi fasilitasnya lebih oke, kursinya lebih luas, ada colokan dan wifi. Bener-bener gak bikin mati gaya di jalan.

Kebetulan minggu lalu saya diundang Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan menghadiri launching promo diskon 50% Transjabodetabek Bekasi-Jakarta di Bekasi. Kenapa mesti Bekasi yang duluan diskon? Tau sendiri-lah, Jakarta-Cikampek (yang melalui Bekasi) sejak adanya mega proyek LRT Cawang-Cikampek, macetnya nggak ketulungan. Bulan lalu, BPTJ meluncurkan paket kebijakan untuk mengurangi lalu lintas di tol Jakarta-Cikampek tersebut, seperti pengaturan jam operasional angkutan truk dan kontainer,memprioritaskan laju angkutan umum Bekasi-Jakarta pada jam-jam tertentu dan pembatasan mobil dengan skema ganjil genap.

Solusi Kemacetan Jakarta-Cikampek

Nah, atas kebijakan-kebijakan tersebut, BPTJ merasa berkewajiban menyediakan kendaraan umum yang lebih banyak dan layak untuk masyarakat Bekasi dan sekitarnya. Tapi tentu harus didukung keikhlasan kita (yang biasa naik mobil pribadi) untuk pelan-pelan membiasakan diri naik kendaraan umum. Perubahan perilaku harus dimulai dari sekarang karena ke depan sarana dan prasarana angkutan massal yang disiapkan pemerintah seperti KRL dan MRT akan segera selesai pembangunannya. “Siapa nanti yang akan naik KRL dan MRT kalau sampai hari ini kita tidak memulai merubah perilaku kita untuk beralih naik angkutan umum massal ?” kata Pak Bambang Prihartono, Kepala BPTJ.

Ini jadwalnya..

Jadwal Transjabodetabek Premium Bekasi
Jadwal Transjabodetabek Premium Bekasi

Hasilnya, ada trend positif pada peningkatan pengguna Bus Transjabodetabek Premium. Load factor-nya mulai menunjukkan kenaikan pada jam-jam sibuk. Namun untuk menjaga agar penumpangnya tetap stabil, dibuatlah promo-promo biar penumpang makin happy, salah satunya diskon 50% ini. Dari Rp 20 ribu menjadi Rp 10 ribu saja. Bukan itu saja, buat para pengendara pribadi bisa parkir di mall/pertokoan atau pool keberangkatan bisnya dengan tarif 5000 saja, all day long selama dapat menunjukkan tiket penumpang Transjabodetabek. Promo ini direncanakan hingga Juni 2018 atau bisa lebih panjang dengan melihat minat para penumpangnya

Saya sebagai pengguna setia kendaraan umum, tanpa diminta pun, akan dengan senang hati mengajak lebih banyak orang untuk naik kendaraan umum. Bertahun-tahun menjalani hidup Jakarta-Bogor, saya tahu betul bagaimana perubahan (baca: penambahan) kemacetan kota ini. Sepuluh tahun lalu, pemisah jalur Tol Jagorawi masih penuh tanaman dan taman kecil yang cantik. Namun kini nyaris hanya pada pembatas pagar baja, karena semakin tahun tol semakin diperlebar untuk menampung pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan penambahan luas jalan. Saya sadar banget yang bikin macet itu, adalah karena jumlah kendaraan pribadi yang terlalu banyak. Tidak usah bikin riset statistik yang canggih-canggih. Sesekali, saat macet lihat saja di kanan kiri kita kendaraan pribadi, rata-rata penumpangnya hanya 1 orang!

Riset membuktikan lebih dr Rp 100 triliun hilang setiap tahun akibat kemacetan di Jabodetabek. Sebuah artikel lain menyebutkan satu mobil pribadi menghasilkan 250 kg emisi CO2 per penumpang per 1000 km, sementara bus hanya menghasilkan 50 kg emisi CO2 per penumpang per 1000 km. Artinya dengan naik kendaraan umum, kita secara tidak langsung juga sudah menjaga lingkungan.

Jangan berharap hanya pemerintah beresin kemacetan, kalau kita sendiri tidak ikut berkontribusi. Memang, naik kendaraan umum tidak mungkin senyaman kendaraan pribadi (apalagi disupirin) tapi naik bus itu manfaat sosialnya banyak banget. Membantu mengurangi macet, mengurangi polusi dan membuat hidup kita pun makin berkualitas. Dulu kemapanan itu tersimbol dengan mengendarai mobil pribadi. Padahal jaman sudah berubah. Kini sejatinya “mapan” adalah mereka yg mau naik kendaraan umum. Keren kan naik, bus?

Kata seorang pakar; keadilan sosial dalam transportasi bermakna dimudahkannya akses bagi warga lintas kelas kepada moda yang paling banyak kapasitasnya: angkutan umum massal bukan kendaraan pribadi

Ngobrol Seru dengan Pak Menteri Perhubungan
Hits: 1696

“Loh, kok yang menyelamatkan Sayekti, malah calon ibu mertuanya?

Calon suaminya mana?”

“Gimana sih itu cowok..” Argghh..

Hahahaha..

Yah, namanya juga ludruk, namanya juga komedi, sah sah saja ceritanya mau gimana. Namun di akhir pertunjukan, akhirnya kita bisa mengambil hikmah, bahwa yang dilakukan si calon mertua sesungguhnya hanya untuk membahagiakan putranya yang akan menikahi Sayekti-calon istrinya yang diculik oleh bangsa jin. Kira-kira begitu sedikit sinopsis  Lakon Misteri Istana Songgoriti, pentas ludruk yang saya tonton minggu lalu.

****

Saya belum pernah nonton ludruk sebelumnya. Entah kenapa, yang terbayang di pikiran saya, pertunjukan seni daerah itu seringnya membosankan seperti nonton wayang semalam suntuk. Apalagi saya tidak paham Bahasa Jawa. Satu-satunya pertunjukan kolosal daerah yang pernah saya tonton adalah Tari Saman Massal beberapa waktu lalu. Tari Saman menjadi menarik, karena kita terpesona dengan gerakan kompak penarinya dan tidak ada dialog, jadi siapa pun bisa ikut menikmati.

bersama blogger-blogger kece
makan enak sebelum nonton..

Tapi, karena saya penggemar komedi, kita diajakin nonton ludruk saya oke-oke saja. Paling tidak wawasan saya tentang budaya negeri ini bertambah. Lagian, jarang-jarang ‘kan dapat kesempatan nonton seni tradisional yang dikemas ekslusif di Jakarta.

Dan…  Graha Bakti Budaya TIM hari minggu itu penuh. Nyaris 1200 kursi terisi semua. Saya gak nyangka juga, penggemar ludruk di Jakarta sebanyak ini, kirain yang menonton hanya alumni Malang saja, ternyata tidak juga..

Acara ini digagas oleh Paguyuban Genaro Ngalam, sekumpulan orang Malang, mantan siswa dan mahasiswa yang pernah belajar di Malang dan sekarang bermukim di Jakarta. Genaro Ngalam sendiri artinya Orang (dari) Malang, yang diambil dari bahasa Walikan yang biasa digunakan oleh orang-orang Malang dan sekitarnya. Jadi, orang-orang Malang memang suka membaca kata dari belakang. “Orang” jadi Genaro (muncul “e” karena ujung kata orang konsonan semua) dan Ngalam dari kata Malang. Buat saya sih, balik-balikin kata begini ribet. Tapi buat orang Malang sudah biasa, dan mereka bisa dengan cepat membaca dari kanan kiri. Hahahaha.

Opening yang keren

Dari judulnya saja “Ludruk Jaman Now”, setting panggung, wardrobe dan jalan cerita nya memang dikemas jaman “baheula”. Tapi dialog-nya sudah “jaman now” banget. Opening-nya saja dengan Ibu-ibu cantik berkebaya merah menyanyikan lagu Via Vallen. Pengen ikut nyanyi juga deh rasanya..

Sepanjang pertunjukan yang saya pikir kira sebelumnya akan membosankan- ternyata TIDAK sama sekali! Pentasnya sebagian besar menggunakan Bahasa Indonesia. Pantas, yang datang bukan cuma orang Jawa Timur. Dua jam pertunjukan menjadi tidak terasa, apalagi pemainnya banyak anggota Srimulat yang sudah punya nama seperti Tessy, Polo dan Kadir. Semua tampil all out. Memang sih ada sedikit bagian yang membosankan (mungkin karena saya tidak paham bahasanya sih, hehehe..) Tapi ini dimaklumi, karena sebagian besar pemain memang amatiran alias volunteer. Biarpun begitu, kerja keras mereka patut diacungi jempol. Tidak mudah loh, tampil di hadapan lebih dari 1000 orang di gedung pertunjukan begitu.

Saya seperti menemukan atmosfir Indonesia banget yang sudah lama hilang. Biasanya cuma nonton pertunjukan atau konser-konser artis luar dengan tata panggung high tech, sampai lupa kalau Indonesia juga punya seni pertunjukan yang menjual.

Saya juga baru tahu, biarpun formatnya komedi, ludruk sarat dengan makna dan filosofi hidup. Bahkan, di zaman penjajahan Jepang, ludruk digunakan warga pribumi untuk menyampaikan kode-kode rahasia dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Sayangnya, ini tidak banyak orang tahu, apalagi generasi muda masa kini.

Salut dengan Paguyuban Genaro Ngalam karena di tengah hiruk pikuk hedonisme ibukota, masih ada sekelompok orang yang serius mengangkat tradisi lokal begini. Ini merupakan kali kedua, setelah penyelenggaraan pertama dua tahun lalu. Berita baiknya, pentas ini menjadi pentas pertama yang menjadi agenda tahunan Taman Ismail Marzuki. Jadi tahun-tahun depan minimal kita bisa nonton ludruk yang dikemas megah setahun sekali di Ibukota.

Btw, Indonesia ini kan kaya budaya banget ya.. Semoga pentas ludruk Genaro Ngalam ini bisa membuka ide orang-orang daerah lain membawa seni lokal masing-masing ke pentas nasional.

Jangan heboh nonton konser Cold Play, doang!

Foto foto by Cerita Mata

Hits: 2654