Menurut teori, long haul flight adalah penerbangan langsung (direct flight) dengan durasi minimal 10 jam. Dari hasil googling, saya menemukan bahwa direct flight terlama adalah Singapura-San Francisco dengan durasi sekitar 17 jam 15 menit, kemudian Jeddah-Los Angeles selama 16 jam 40 menit. Sekarang, dalam setahun, setidaknya saya menjalani 2 kali penerbangan dengan durasi minimal 12 jam. Karena belum mampu beli tiket bisnis apalagi first class (I wish I were Syahrini, heheheh…) mau nggak mau saya harus mencari tips agar tidak terlalu capek apalagi sakit. Mungkin beberapa resep di bawah ini, bisa teman-teman terapkan juga.

Pastikan badan dalam kondisi sehat

Perubahan tekanan yang drastis akan membuat banyak terjadi perubahan di metabolisme tubuh, belum lagi di tujuannya yang jauh, jetlag sudah pasti akan dialami. Beberapa tahun lalu, saya pernah menjalani penerbangan Jeddah-Los Angeles selama hampir 17 jam nonstop (dari total 37 jam perjalanan termasuk transit) dan setelah mendarat saya pun sukses mengalami diare. Memang sih, sebelum take off, badan sudah agak kurang sehat karena saya masih sempat lembur di kantor hingga jam 11 malam. Lalu diperparah kondisi di dalam pesawat yang kurang nyaman, jetlag serta cuaca yang kurang mendukung. Saya juga pernah terbang dari Kuala Lumpur ke Jepang selama 8 jam lanjut Jepang-Los Angeles selama 12 jam dengan kondisi flu berat! Alhasil, sampai di tujuan, saya terkapar kurang lebih seminggu. Jangan dianggap remeh deh, soal sakit-sakit yang kita pikir sepele ini. Gak lucu banget, kalau tujuannya liburan (apalagi kerja), tau-tau setiba di destinasi malah sakit. Bahkan untuk beberapa penyakit tertentu wajib berkonsultasi ke dokter sebelum berangkat. 

Duduk di Aisle Seat

Pilih duduk di lorong atau koridor. Lupakan sementara duduk santai di bangku sudut dekat jendela dan memandang langit yang indah. Percayalah, itu semua hanya indah saat perjalanan jarak dekat. Saat jarak jauh, jendela akan lebih sering harus ditutup, untuk menghindari kebingungan perputaran waktu yang cepat dan di luar biasanya cenderung gelap, karena pesawat ada di ketinggalan minimal 35000 kaki (atau sekitar 10 km) di atas permukaan laut. Duduk di lorong juga memudahkan mobilitas kita di pesawat dan mengurangi pegal karena lelah “terkurung”. Belum lagi kadang ada rasa sungkan dan repot harus membangunkan penumpang sebelah kita jika ingin ke lavatory (toilet)

Banyak Minum Air Putih, Hindari Soda

Biarpun sama sekali tidak akan terasa haus, air putih akan memperlancar metabolisme tubuh dan membuat tubuh tetap fit. Pramugari biasanya akan memberikan pilihan minuman bersoda, sebaiknya pilih jus buah, kopi dan teh (tapi jangan sering-sering) dan tentu saja air putih. Perut kembung bisa saja terjadi karena dampak tekanan udara, apalagi kalau ditambah minum soda. Takut sering pipis? Jangan khawatir, justru keinginan ke lavatory (toilet) yang bikin badan harus bergerak bisa membantu tubuh tidak cepat lelah.

Exercise Minimal 2 jam sekali

Duduk nonton film hingga berjudul-judul selama lebih dari 10 jam tidak akan menyenangkan lagi kalau kita terus menerus di posisi yang sama. Makanya, di penerbangan jarak jauh, sering banyak penumpang yang berolahraga ringan di lorong pesawat. Cuek saja! Badan akan terasa pegal  hingga hampir kehabisan posisi nyaman, jadi mau tidak mau sesekali kita harus berdiri melakukan peregangan. Selama penerbangan, sirkulasi darah juga akan melambat, duduk terus menerus malah bisa bikin kaki keram dan kondisi badan makin kurang sehat.

Bawa Obat-obatan Pribadi

Sebagai orang kampung(an), saya selalu siap tolak angin cair dan minyak kayu putih kalau naik pesawat jauh. Membantu banget buat jaga-jaga. Apalagi kadang-kadang makanan yang disajikan kurang sesuai dengan selera kita yang membuat daya tahan tubuh bisa turun. Karena bukan tipe pelor (nempel molor), kadang-kadang saya juga membawa antimo. Bukan takut mabuk, tapi agar bisa tidur dengan nyaman.

Pesan Moslem Meal (bagi yang muslim)

Kenapa ini saya masukkan salah satu tips?! Saya pernah tidak melakukan pemesanan moslem meal via internet, akibatnya saya tidak bisa makan makanan yang disajikan, dan perut terasa kembung. Saya hanya dapat menyantap roti plus mentega yang rasanya sangat “plain”, plus salad sebagai appetizer yang jumlahnya kira-kira hanya 2 sendok makan. Kebayang kan lapernyaa…. Umumnya sekarang pesawat-pesawat Eropa dan Amerika pun bisa menyajikan moslem meal, asal dipesan terlebih dahulu. Daripada di pesawat mules dan pas landing kurang sehat, mending deh pesan duluan. Ohya, beberapa pesawat (bukan dari negara dengan penduduk muslim) seperti Singapore Airlines selalu punya stok moslem meal, tanpa harus melakukan online order. Tapi jangan heran, menunya itu-itu saja (seperti nasi briyani dan makanan penuh rempah ala Timur Tengah) Hehehe..

Moslem Meal-United Airlines

Nah, sudah siap terbang jarak jauh? Safe Flight!

feature image: google.

Hits: 3322

Masih ada ya, produser dan sutradara yang mau memproduksi film seperti LIMA, begitu pikir saya setelah selesai menonton filmnya. Buat saya yang tidak terlalu paham masalah sinematografi, gambar-gambar film ini sungguh bercerita walau tanpa banyak dialog dan ekspresi aneh-aneh layaknya sinetron. Meskipun temanya idealis, film ini ditata apik yang tetap membuat kita betah menonton hingga selesai tanpa bosan. Karena ke-idealis-annya itu, film ini bisa jadi bukan film yang laku di pasaran.  Saya yakin produser dan sutradaranya pastilah mereka yang tidak saja cinta profesinya namun juga cinta dan peduli bangsa ini.

Minggu lalu, saya diajak PPM Manajemen menonton film tersebut. Jarang sekali ada perusahaan bahkan swasta yang begitu konsen dengan perayaan Hari Lahir Pancasila dan memeriahkannya dengan cara menonton bersama film yang terkait dengan Pancasila. Memang, upacara bendera wajib dilakukan di tanggal itu, tapi setelah itu, ya sudah, selesai. Semua memang cuma sebagai ritual belaka. Dulu memang, film G3O SPKI mungkin sempat jadi tontonan wajib anak sekolah, tapi sejatinya memaknai Hari Lahir Pancasila justru tidak kalah penting. Apalagi beberapa tahun terakhir, keberagaman seolah menjadi ancaman bagi negara, dan kita mungkin lupa bahwa ada Pancasila yang seharusnya mengingatkan negara ini memang dibangun karena keberagaman bukan oleh keseragaman.

 

Bagi PPM sendiri, menjaga keutuhan bangsa adalah panggilan. Mungkin itu yang kadang tidak kita sadari juga menjadi tugas kita. Sejak awal berdirinya, PPM Manajemen terus berupaya memastikan menjaga dan mempromosikan kebersamaan nasional dan kebhinekaan dalam pembangunan bangsa. Meski terlihat tujuannya serius dan “berat”, ternyata caranya bisa kok dalam bentuk yang fun tapi “mengena”. Seperti kata Pak Bramantyo Djohanputro, Direktur Eksekutif PPM yang menemani kami; beliau ingin insan PPM tidak hanya hapal sila per sila, tetapi juga mengerti cara penerapannya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam film ini, dikisahkan ada satu keluarga yang sangat majemuk. Berbeda keyakinan, berbeda konflik yang jika ditarik benang merah-nya, mewakili masing-masing sila pada Pancasila. Uniknya, semua masalahnya sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari dan realita yang akhir-akhir ini terjadi. Ibunda mereka beragama muslim yang taat, sementara tiga anaknya ada yang memeluk Islam mengikuti dirinya, ada juga yang mengikuti keyakinan Almarhum Ayah mereka. Konflik sehari-hari terbangun berkaitan dengan pekerjan dan pergaulan sehari-hari.

Fara, anak pertama yang seorang pelatih renang mengalami dilema untuk memilih anak latihnya berlaga di Asian Games. Di satu sisi yang berprestasi justru Kevin, perenang yang keturunan Tionghoa, sementara ada calon lain, asli Indonesia yang “dititipkan” oleh atasannya. Aryo, anak kedua mengalami masalah perbedaan pendapat dengan teman sekerjanya, yang membuatnya didepak tanpa musyarawah terlebih dahulu. Sementara Adi, si bungsu terbiasa hidup dalam bully-an yang membuatnya membatasi pergaulan. Ada tokoh-tokoh lain yang membuat film ini jadi lebih hidup. Meskipun memiliki problema masing-masing, namun film ini tetap terasa berada dalam satu kesatuan tidak menjadi sekuel. Sila tonton trailer-nya berikut ini.

Kita sebenarnya masih kurang media untuk merekatkan bangsa. Kita perlu media-media kreatif yang tidak hanya memberikan hiburan, tapi juga edukasi. Seperti film Lima ini. Sudah sepatutnya kita dukung, caranya sederhana, nonton dan ceritakan ke teman-teman. Yuk…

Pacific Ocean, 10 Juni 2018

Hits: 963

Menjadi Tuan Rumah perhelatan akbar olahraga Benua Asia, Asian Games 2018 seharusnya merupakan kebanggaan tersendiri bagi Indonesia. Bukan apa-apa, di tengah kondisi kita yang tengah membangun dimana-mana dan pelaksanaannya tepat di tahun politik, Pemerintah bernyali mengajukan diri dan terpilih sebagai Tuan Rumah menggantikan Vietnam. Ternyata, Indonesia sendiri pernah menjadi tuan rumah Asian Games pada tahun 1962, artinya sudah 56 tahun yang lalu! Kini, setelah sukses dengan Sea Games 2011 lalu, saatnya Indonesia unjuk gigi di ajang yang lebih bergengsi.

Sebagai masyarakat biasa, saya menyadari mau nggak mau, saya harus ikut berkontribusi. Minimal membantu gaung yang lebih luas terhadap pelaksanaan ajang olahraga terbesar di Asia ini. Dan, beruntung banget beberapa hari lalu saya bersama rombongan blogger, vlogger dan penggiat sosmed diajak Menteri Pemud & Olahraga RI, Bapak Imam Nahrawi melihat kesiapan atlet-atlet kita yang akan berlaga pada 18 Agustus-3 September 2o18 nanti. Pak Menpora sendiri yang menjadi guide dalam acara ini. Di perjalanan menuju lokasi, Pak Menteri menjelaskan, setidaknya ada 3 sukses dalam pelaksanaan Asian Games ini. Pertama, sukses penyelenggaraan, kedua, sukses ekonomi dan ketiga sukses prestasi. Nah, Kemenpora menjadi penjaga gawang untuk sukses prestasi,

Jadilah kami siang-siang panas dan sedang berpuasa hari itu mengunjungi atlet cabang panahan, atletik, akuatik dan terakhir bulu tangkis. Salut saya, di tengah panas terik Jakarta mereka sudah berlatih tidak dalam hitungan bulan saja, bahkan tahunan untuk menyiapkan diri bertarung atas nama bangsa. Beberapa cabang bahkan mendapat pengayaan berlatih di luar negeri. Seperti atletik ke Jepang, Korea Selatan dan ke Amerika Serikat dan panahan ke Turki. Kata Pak Menteri, mereka nggak mudik loh! Apapun kondisinya, latihan itu wajib hukumnya. Tim atletik menargetkan  2 medali emas. Tidak tanggung-tanggung mereka sudah dilatih secara khusus oleh pelatih dan konsultan atletik terbaik di dunia, Harry W Marra asal Amerika Serikat

Sementara itu, Pelatnas panahan menyiapkan 16 atlet putra dan putri.  Bulan April lalu, di Kejuaraan Dunia tahap pertama di Shanghai, China Indonesia membawa pulang medali perunggu dalam melalui tim recurve campuran. Kami bertemu langsung dengan Ibu Nur Fitriyana yang ikut menggembleng atlet panahan kita. Nur Fitriyana adalah satu dari 3 Srikandi yang menorehkan medali pertama bagi Indonesia di Olympiade 1988. Tidak salah, kalau Pak Menteri sangat optimis, regu panahan kita kali ini juga membawa pulang medali.

Kami juga diajak melihat arena olahraga air baru yang masih gress banget (kinclong abis) dan merupakan yang terbaik di Asia. Diberi nama Aquatic Stadium dan memiliki empat kolam yang akan digunakan untuk cabang olahraga renang, renang artistik, loncat indah, dan polo air.  Kolam renang indoor ini dilengkapi fasilitas bertaraf internasional. Oya, Pak Menteri juga mengajak Richard Sambera, perenang legendaris Indonesia yang merajai kompetisi-kompetisi di Asean dan Asia pada dekade 1990-2000an. Tempatnya keren banget, saya berniat nanti ingin menonton salah satu pertandingan kesini. Penasaran sih… 🙂

Nah, sebenarnya sebagai masyarakat biasa banyak loh yang bisa kita lakukan.Tidak saja memberi dukungan moril tapi bersiap-siap banyak yang akan berubah selama Asian Games berlangsung. Sebagai contoh, kemungkinan besar akses jalan akan diprioritaskan bagi para atlet. Mungkin kita harus mengalah dengan mengurangi berkendaraan pribadi. Selain itu, wajib turut menciptakan kondisi yang nyaman agar kesan Indonesia makin baik di mata para tamu. Terakhir, kita bikin ramai sosial media biar kita makin bangga bahwa event sebesar ini ada di negara kita. Secara tidak langsung, ini akan menarik para pemilik modal untuk berbisnis terkait event, tentu ini bisa membantu perputaran ekonomi kita.

Ayo Indonesia. Kita adalah bagian dari Asian Games 2018.

Foto-foto : Tim Humas Kemenpora

 

Hits: 910