Jetlag di Hollywood (USAJourney Part 1)


Jalan Jalan / Wednesday, October 8th, 2014

Setelah melalui perjalanan panjang yang (cukup) membosankan selama hampir 24 jam akhirnya 6 Oktober 2014 lalu, saya sukses mendarat di LA. Ini serius Los Angeles,bukan Lenteng Agung yang lurahnya Ibu Susan, loh! Setiba di Amerika, sebagai orang kampung yang sukses noraknya, saya merasa takjub, karena ini adalah bagian dari mimpi-mimpi saya. Lebay sih, apalagi Amerika konon adalah sarang antek asing yang makin ngetop sejak masa Pemilu dan Pilpres lalu.

IMG_20141006_074315
mampir ketemu kangkung dan tempe disini…

Tiba di LA sekitar pukul 03.00 sore, setelah menempuh perjalanan sekitar 11 jam dari Seoul, Korea Selatan. Lucunya, kami berangkat meninggalkan bandara Incheon pukul 08.00 malam, tapi tiba di tanah Amerika pukul 03.00 sore hari sebelumnya. Waktu mundur sekitar 12 jam dari waktu Korea atau sekitar 14 jam dari WIB. Selama dalam perjalanan ke LA, saya tidak henti-hentinya menatap layar monitor di depan kursi yang menunjukkan sisa waktu perjalanan. Rasanya waktu berjalan sangat perlahan, atau saya curiga monitor itu rusak.  Ini akibat penyakit saya yang susah banget tidur di jalan, kecuali kalau minum Antimo yang saat itu sayangnya tidak dibawa.  Hehehe.. Tiba di LA rasanya kayak gak percaya, ada loh mimpi yang jadi kenyataan. Alhamdulillah antrian imigrasi pun cepat dan tidak bertele-tele. Namun, sayangnya Ibu saya sebagai pemegang Visa Imigran harus mengikuti antrian khusus yang cukup menyebalkan. Bukan karena antrian yang panjang, tapi dua orang petugasnya yaitu bapak-bapak berumur sekitar 60 tahun lebih sibuk ngobrol daripada menyelesaikan tugasnya. Haduhh.. Kebayang antrian yang kurang dari 10 orang diselesaikan dalam waktu 1,5 jam saja, saudara saudara!

Setelah melepas kangen dengan keluarga yang sudah tidak bertemu lima tahun lamanya, kami menuju sebuah restoran Indonesia bertajuk Simpang Asia di salah satu sudut kota LA. Lucu aja rasanya, jauh-jauh dari Jakarta ke Amerika ketemunya tumis kangkung dan oseng-oseng tempe lagi. Konon restoran ini cukup tenar di kalangan warga Asia kota ini. Rasanya? Yah, lumayan sih..meski kata gue, lebih enak kalau masak sendiri di rumah. Hehehe. Disamping restoran ini, terdapat satu toko yang khusus menjual makanan kemasan khas Indonesia. Cukup kaget ketika Indomie dihargai USD 2,5 dollar (atau sekitar Rp 30 ribu) per 5 bungkusnya.

Tujuan saya ke Amerika sebenarnya adalah menghabiskan waktu liburan pengangguran saya di Maricopa, sebuah kota kecil berjarak sekitar 6 jam perjalanan darat dari LA yang terletak di negara bagian Arizona. Namun, biar merasakan gegap gempita Amerika, kami memilih landing di LA agar bisa melihat kota terkenal ini, kemudian mampir ke Hollywood agar sedikit merasakan pergaulan artis dunia, Hahahaha. Hollywood hanya berjarak 1 jam dari LA, dan masih masuk dalam negara bagian California.

Malamnya kami sempat melihat-lihat sebentar di Japan Town sebelum beristirahat di sebuah hotel. Karena sangat lelah saya pun tertidur cukup lelap, sayangnya sekitar pukul dua dini hari waktu LA saya terbangun, lapar dan tidak bisa tidur lagi. Waduh, ini mungkin namanya jetlag. Jika dihitung, saat itu WIB menunjukkan pukul 4 sore, yang artinya waktu ngopi dan makan snack. Hahaha.. Saya paksakan untuk lelap pun tidak mudah, akhirnya saya sukses melek hingga jam 8 pagi. Saat bersiap-siap menuju Hollywood, kantuk menyerang sangat dahsyat. Saya mencoba tetap bertahan karena tidak mau melewatkan perjalanan yang belum tentu besok besok saya temukan lagi.

IMG_20141006_104511

Taraaaa..kami pun tiba di Hollywood. Di sepanjang jalan terlihat rumah rumah pesohor dunia yang keren keren bangett! Sampe kepikir mau nyari rumah Michael Jackson atau Kim Kardasian. Wakakkaa.. Untuk menuju landmark tulisan HOLLYWOOD di puncak bukit ternyata lumayan jugaaa loh. Untungnya kami naik mobil, kalau jalan kaki kebayang sangat gempor karena jalan yang mendaki dan meliuk-liuk. Saudara saya menggunakan GPS dan papan penunjuk arah sebagai patokan. Huaaa.. kalo di Jakarta, GPS suka gak tepat, ini akurasi GPS-nya 100% tepat dan jalannya paling pendek   Bukit ini memang bagus..dari atasnya kita bisa melihat pemandangan kota LA. Namun tulisan HOLLYWOOD menjadi sangat monumental karena keeksisan kota ini sebagai pusat perfilman dunia.

Setelah puas berfoto, kami menuju Hollywood Bouleverd untuk makan, berfoto di walk of fame artis-artis dunia dan melihat lalu lalang turis yang tidak ada habis-habisnya. Bisa dibilang, bulan Oktober adalah masa sepi untuk pariwisata Hollywood. Jadi lumayan sih, gak terlalu sesak. Bocorannya, tiket dari Indonesia ke Amerika pun terhitung murah di bulan ini.  Di sepanjang jalan ini banyak terdapat café-café terkenal, atraksi pertunjukan hingga museum seperti Ripley’s dan Madamme Tussaud. Demi menjaga kelangsungan kocek mengingat saya masih ingin mengunjungi beberapa negara bagian lain, berfoto di depannya pun sudah cukup bagi saya. Hahaha..

IMG_20141006_112247
Hey Mbak Berry!

Disini, saya sempat kaget juga ketika ada dua orang embak-embak berjilbab yang heboh banget dengan Bahasa Jakarta yang kental. Duh, dimana-mana emang orang Indonesia eksis ya, bo. Ternyata mereka adalah bagian rombongan desainer muslimah kondang Dian Pelangi, yang baru saja mengakhiri lawatannya di Amerika untuk acara New York Fashion Week. Ya, karena gak ketemu Angelina Jolie atau Brad Pitt, saya cukup bahagia sudah bisa berfoto dengan Mbak Dian Pelangi-nya. Thank you Dian, sukses selalu.

ketemu Dian Pelangi
ketemu Dian Pelangi

Setelah puas berfoto-foto, belanja souvenir (yang lumayan mahal), kami pun  mengkahiri perjalanan singkat ini. Hollywood mungkin hanya sebagian mimpi, tapi itu mimpi yang besar. Saya masih punya banyak  mimpi-mimpi lain (yang mungkin lebih kecil) untuk keliling Indonesia. Jadi teringat, tahun lalu pada saat umroh, saya berkali kali berdoa di depan ka’bah mohon kepada Allah agar bisa sampai di Amerika. Tentu saja masih banyak doa-doa lain ya.. Setahun berlalu, saya sudah hampir lupa permintaan itu, hingga akhirnya terkabul dengan scenario yang di luar dugaan saya. Tiba-tiba terpikirkan, harusnya saat itu juga berdoa: Ya, Allah saya pengen ke Raja Ampat dan Komodo dengan tiket diskon (Ngelunjak dotcom). Hahahaha..

bye Hollywood
bye Hollywood

Sampai jumpa di tulisan USAJourney berikutnya!

Hits: 1124
Share

6 Replies to “Jetlag di Hollywood (USAJourney Part 1)”

  1. Woooww dah 5thn yang lalu ja y lisa dateng…time flies.
    knp ga jd k rumah sodara eike (baca: kim K)?? Kan dah dkasih alamat jelasna…pokona ancer2: setelah warung n sebelum warnet.
    olrait dtunggu crita USAjourney berikutna y

  2. hahaahha, mungkin pas umroh 2015 ntr, aku jg perlu berdoa spy bisa kliling dunia :D.. udh sampe sana ga sekalian nyobain rollercoasternya yg paling erem itu mba?? tp aku lupa sih tepatnya di negara bagian mana.. aku mah kalo ke amrik cuma pgn naikin rollercoasternya.. ^o^ gilaaaa, pgnnnnn bgttttt..suka aku ama smua wahana yg naikin adrenalin gitu 😉

Leave a Reply to Ada yang belum selesai di New York (USA Journey Part 2) – Jus Semangka Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *