Tahukah kamu bahwa kata “Kendari” berasal dari Kandai yang berarti dayung? Atau kota Manado, bermula dari ungkapan “tempat yang jauh”? Tahukah kamu bahwa Buton berasal dari nama benteng yang saat ini diklaim sebagai benteng terbesar di dunia?

****

Sempat menghabiskan masa kecil di Pulau Sulawesi, kadang-kadang memang membuat saya bertanya-tanya apa sih arti nama-nama kota di pulau ini. Berbeda dengan nama kota di Pulau Sumatera yang kebanyakan berasal dari Bahasa Melayu sebagai bahasa dasar orang Indonesia, nama kota di Pulau Sulawesi, cenderung tanpa clue. Bandingkan juga dengan nama-nama kota di Jawa Barat. Disini awalan “Ci” untuk nama daerah sudah sangat umum. Ci yang berarti air biasanya dirangkai dengan kata lain yang menjadi nama daerah tersebut. Sangat mudah ditebak, mengingat memang sebagian besar daerah Jawa Barat dilewati aliran sungai.

Setelah puluhan tahun berlalu, akhirnya saya jadi tahu arti nama kota-kota utama di Sulawesi. Saya bersama teman-teman Kamadigital.com dipercaya PT Balai Pustaka (Persero) untuk menulis ulang sebuah buku bertajuk Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi yang awalnya diterbitkan oleh Kementerina Pendidikan dan Kebudayaan.

Ternyata, Sulawesi yang memiliki cukup banyak kota pantai memiliki kisah uniknya masing-masing. Contohnya Kota Makassar berasal dari kata “mangkasarak” mengandung arti memiliki sifat besar (mulia) dan berterus terang (jujur). Nama ini kemudian menjadi nilai luhur yang dipegang teguh masyarakat kotanya hingga saat ini. Selain kisah tentang Makassar, ada kota yang namanya ternyata berasal dari kesalahpahaman orang lokal yang mencoba menjawab pertanyaan orang asing. Ada juga yang namanya terinspirasi dari nama tanaman bahkan mitologi penduduk setempat.

Nah, dalam buku yang kemudian kami ganti judulnya menjadi “Asal-usul Nama Kota Pantai di Sulawesi” ini, kita dapat mengetahui kisah asal-usul dari 17 nama kota pantai di Pulau Sulawesi. Tujuh belas kota tersebut merupakan perwakilan dari enam provinsi yang ada di Sulawesi. Baik kota yang sudah memiliki nama besar seperti Makassar, Manado, Mamuju, dan Kendari, hingga kota lain seperti, Kema, Bitung, Bantaeng, Majene, Buton dan masih banyak lagi.

Sejarah penamaan nama-nama kota di Sulawesi ini berpengaruh terhadap peadabannya hingga saat ini. Pulau Sulawesi sejak dulu memang dikenal memiliki sejarah paling kuat dari sisi maritim. Dunia maritim inilah yang menggerakkan berbagai sisi perekonomian penduduk pulau ini, berdampingan dengan kekayaan budaya dan kearifan lokal.

***

Buku ini sengaja dikemas dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami, dengan komposisi 70% tulisan dan 30% ilustrasi yang lucu dan menarik. Sasaran buku ini adalah pembaca anak-anak Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah yang mungkin menganggap sejarah adalah subyek yang membosankan dan tidak menarik. Harapannya, agar para generasi penerus bangsa tersebut mau melanjutkan semangat literasi dan pengetahuan sejarah bangsa ini tidak mati. Karena sesungguhnya sejarah adalah pondasi guna membangun pilar sejarah baru.

Sebelum kita membuat sejarah baru, ada baiknya kita mengerti sejarah tempo dulu yang mampu membuat bangsa kita menjadi seperti hari ini. agar kita tidak melupakan norma-norma yang diajarkan oleh nenek moyang.

Selamat membaca.

 

Hits: 1586

Beberapa tahun lalu seorang sahabat pernah bilang kepada Saya; “Jangan kotori tanganmu dengan balas dendam kepada orang-orang yang sudah menyakiti”.  Saat itu, saya dalam kondisi mental yang tidak terlalu baik karena satu kejadian yang membuat saya seperti menjadi orang apatis. Meski senang curhat kepada teman-teman dekat, sejatinya saya lebih banyak menyimpan semuanya sendiri. Pengalaman membuktikan, bercerita terlalu banyak dengan banyak orang bukan sebuah solusi yang baik. Menenangkan? Tidak juga, karena sifatnya semua sementara. Tidak mudah bersikap tenang, sabar dan ikhlas saat ada di posisi yang penuh dengan kemarahan, kebencian, kekecewaan dan sakit hati yang membuncah. Apalagi kalau kamu tidak punya Tuhan sebagai pegangan.

Saya masih ingat betul, ada teman yg berapi-api menasehati; “Tutup semua komunikasi dengan orang-orang yang membuat lo sakit hati”. Does it work? Yes, but it is temporarily and for me,  I didn’t do that and won’t do that!. Saya membiarkan semua berjalan seperti biasa. Menahan amarah, menahan caci maki dan menahan keinginan untuk berbuat yang sama jahatnya.  Saya percaya; the best revenge is life well. Dan pelan tapi pasti, itu terbukti. But, yes.. It takes time!

Hampir sewindu berlalu, hingga tiba suatu masa semua sakit itu sendirinya hilang termakan waktu. Menguap entah kemana. Memang, ibarat kaca yang sudah tergores, goresannya tidak akan pernah hilang sampai kaca itu ikut hancur berkeping-keping. Tapi guratannnya makin pudar, dikaburkan oleh sisi lain yang kian bersinar. Saya pernah bilang dengan orang yang menyakiti itu, “Suatu saat kamu akan melihat saya di satu tempat yang tinggi dan kamu akan merasa menyesal sekaligus bangga karena kamu pernah menjadi bagian dari hari-hari Saya”. Yah, itu memang Cuma kata-kata biasa, bukan sumpah, namun kini hal itu terbukti.

Di hidup baru saya saat ini, entah bagaimana ceritanya dia atau mereka tiba-tiba saja hadir. Bukan dalam sosok yang dulu, tapi sosok baru yang lebih bersahabat dan memberi banyak dukungan kepada hari-hari Saya. Tentu dengan konsep hubungan yang berbeda dari jaman dulu. Saya menerima semua dengan damai. Banyak teman yang berkomentar negatif, tapi buat saya itu justru salah satu cara menilai mental seseorang.  Saya akhirnya menyadari, di balik semua indikator kedewasaan, berdamai dengan masa lalu adalah salah satu yang paling berat. Dan Saya sekarang ada disana.

Sudahkah kamu sampai di titik itu?

 

 

Hits: 1069

Kadang-kadang reuni-an itu beda-beda tipis kayak kondangan. Pertanyaan gak jauh-jauh dari: Sudah punya anak berapa? Kerja dimana? Jadi apa? Suami/Istri kerja apa? dimana? Memang sih, reuni itu tujuannya silaturahim. Saya juga kalau dateng ke reuni, niatnya begitu plus sedikit nyari jaringan buat kepentingan nyari rejeki. Tapi ujungnya, reuni cuma jadi ajang bertemunya orang-orang yang saling kepo. Kok, gw kok kayaknya baper banget ya.. Hahaha.. Mungkin inilah derita jomblo ngenes,suka sensitif duluan kalau ditanya status. Hahahaha…

Soal pekerjaan apalagi. Paling males kalau ada yang menyodori pertanyaan yang tidak bisa dijawab dalam 1-2 kalimat pendek. Misal: Kerja dimana? Dan saya jawab: Oh, saya konsultan freelance untuk pengelolaan fasilitas publik (beuh…contoh kok ribet amat..). Si penanya pun mengernyitkan dahi tanda bingung. Jaman saya (apalagi sebelum saya) dan mungkin sebagian orang jaman sekarang, menjawab pertanyaan seperti itu dengan merek-merek keren seperti:  Saya kerja di Pertamini, Saya kerja di Bank Midun atau Saya kerja di Oil Company pasti akan keliatan lebih keren, mantep dan membuat derajat kita seolah naik tiga level. Masih sulit rasanya membuat wajah si penanya terkagum-kagum jika kita menjawab: “Saya sekarang punya bisnis online, jualan lewat instagram. Kesannya pasti lebih mewah jika dijawab: Saya sekarang dinas di Kementerian Keuangan. Uhuk.

Ujung-ujungnya reuni sering bahkan selalu berujung gengsi. Percaya deh, pasti banyak yang males, kalo setelah lebih dari sepuluh tahun terpisah, dan kita masih naik bajaj datang ke lokasi reuni. Reuni seolah menjadi ajang pembuktian kesuksesan yang diukur dari “penampilan” kita saat datang. Jadi bahan obrolan seru, jika si Udin yang dulu dekil, kumel, item dan jelek sekarang hanya 11-12 dengan bintang iklan televisi dan bergaya bak eksekutif muda. Lebih enak digosipin jika si Wati yang dulu tidak pernah dilirik cowok di kampus tetiba menjadi bintang reuni. Atau bahkan sebaliknya si Robert yang dulu keren, kini beda tipis dengan pencandu narkoba sama hebohnya jika si Bianca yang dulu bunga sekolah sekarang sudah menjanda tiga kali.

Memang, reuni itu niat utamanya silaturahim, apalagi menurut agama saya, silaturahmi adalah media untuk memperpanjang umur. Tapi saya pribadi lebih senang datang ke reuni-reuni kecil dengan teman-teman dekat yang memang sudah mengenal saya, plus masih sering kontak meskipun tidak intens. Saya paling males untuk “mempresentasikan” diri dalam  sebuah reuni. Kini kecanggihan teknologi membuat “reuni dunia maya” bisa dilakukan kapan saja. Di beberapa kejadian, saya malah sering kagok datang ke sebuah reuni besar sendirian. Bertemu orang-orang lama membuat kita butuh sedikit waktu untuk “menyesuaikan diri”. Namun adanya grup-grup chat di smartphone membuat rasa kagok itu sedikit berkurang.

Lucunya, selain alasan-alasan diatas ada hal lain yang membuat orang enggan datang ke reuni. CLBK! Yes, dari beberapa rubrik relationship, saya sering sekali membaca banyak perselingkuhan yang terjadi adalah buah dari reuni. Ini benar-benar patut diwaspadai oleh suami/istri yang pasangannya punya niat reuni. Serius! Mungkin dulu banyak cinta yang belum kesampean. Dan kini kita bertemu lagi sang mantan dalam rupa yang lebih kinclong dan lebih mengejutkan lagi, seperti Bianca diatas, dia sudah kembali single. Tiba-tiba anak istri di rumah pun terlupakan! Beware!

Hits: 1408