Minggu ini aku ketemu dua orang temen (cewek) di waktu yang berbeda dan berbincang tentang begitu banyak hal pribadi yang membuatku ternganga akan “keberanian” mereka mengungkap fakta yang mungkin bagi sebagian besar orang sangat tabu. Meskipun really, it’s a damn thing!!! Teman pertama sebutlah namanya Nancy bilang, dia pernah hidup serumah dengan “pacarnya”
sementara teman kedua sebutlah si Desy secara gamblang bercerita tentang sepak terjang kehidupan “bastard” –nya yang sejak masih kuliah pun pernah living together selama tiga tahun dengan lelaki yang bukan “siapa-siapa-nya. Pls don’t ask about “pernikahan disini”. Lalu cerita bergulir ke kehidupan mereka sekarang, dimana kebutuhan untuk “ditemani” itu meskipun bukan prioritas utama sudah menjadi salah satu bagian penting dari keseharian mereka. Nancy bercerita kini pun ia sudah menemukan pengganti lelaki yang pernah menemaninya selama tujuh tahun itu.
Ketika kutanya : “lu cinta sama dia ? sayang ?”
Dengan enteng dia berucap: “cinta? Emang perlu ?.,.. Gak tuh, gue merasa gue butuh sama dia, dia sebaliknya dan kita merasa nyaman..Why not.. Go ahead.
Aku bertanya kembali : “sejauh apa hubungan kalian ?”
Nancy : Vika…gue gak mau rugi dong, gila aja lu! Apa yang bisa gue dapetin ya..harus gue dapet!
Serupa tapi tak sama, Desy malah lebih ajaib lagi. Kini, ia “menjalin hubungan dengan seorang (maaf) laki –laki beristri yang juga punya affair dengan perempuan lain. Itulah kenapa ia lebih suka menyebut dirinya sebagai “partner in crime” dengan laki-laki itu;
Desy : Kenapa gue mo jalan sama dia, karena gue udah tau dia bangsat, dia brengsek. Jadi gue gak perlu repot-repot pake hati. Gue capek selalu pake hati dari dulu. It was a stupid thing! Sekarang hati gue udah gue deposit di bank, jadi yang gue pake ini hati serep (halah…emang ban dalem!!)





? Darimana tuh asalnya ? Setelah gue pikir-pikir, mungkin jaman dulu banget waktu yang namanya HP baru muncul, bunyinya dimana mana Bit..bit… Katro banget gak sih ?? Secara sekarang udah realphonic kaleee… masa harus balik lagi ke masa monoponic?? Ohh..God!!! Hahahhaha… Belum lagi si Vivi kena marah sama petugas bandara. Gara-gara waktu masukin barang di roda dengan deteksi XRay, Vivi ikut-ikutan masukin jaket dan tas kecilnya (persisi kayak di bandara Indo). Ternyata disana gak perlu.. Si petugasnya dengan tampang gak ramah sama sekali bilang : Tak paya-lah itu makcik…. Tak paya… (bingung gak loo ??)
embur untuk nyetak baru, tentu dengan tambahan biaya. Malem-malem, hujan dengan angin yang lumayan kenceng aku dan Pak ZZ menyambangi doi. Bujuk sana, bujuk sini. Dan dia pun mungkin melihat tampang gue yang nelongso, akhirnya nelpon jejaring sesama tukang cetak. Deal! Bisa, .. Tapi dengan syarat minta tambahan waktu 3 jam dari waktu awal kesepakatan penyerahan materi. Oh…Thank God!!