source: http://blogalwafa.blogspot.com/

Lima tahun lalu, dalam sebuah interview pekerjaan saya ditanya : what would you be in next five years? Kala itu saya perlu berpikir 20 detik sebelum akhirnya menjawab: saya ingin jadi manajer.  Beberapa hari lalu saya ditanyakan hal yang sama dan tanpa berpikir panjang saya jawab : I wanna be a mom yang kemudian saya tegaskan menjadi  “a working mom”  yang disambut dengan tertawa oleh para interviewer. So far, saya belum mencapai sepenuhnya jawaban saya lima tahun lalu, tapi Alhamdulillah saya pernah dan sedang duduk di posisi manajerial, meski gak tinggi tinggi amat dan masih banyak ruang yang bisa saya perjuangkan, tapi saya sudah bersyukur.

Mungkin saya gak sekonsisten Andrea Hirata yang sejak kecil memang sudah bercita cita kuliah di Sorbonne, Perancis atau gak segigih Iwan Setyawan penulis Nine Summer Ten Autumns yang cuman punya satu cita cita yaitu punya kamar tidur pribadi hingga ia mencapai posisi Direktur di sebuah perusahaan kelas dunia di New York.  Tapi buat saya perubahan itu wajar termasuk perubahan cita cita. Waktu masih kecil cita cita saya malah ingin jadi dokter hewan karena keluarga saya, pencinta binatang yang memelihara banyak hewan di rumah Lulus SMA lucunya malah saya nyaris tidak punya cita cita dan terdampar di Fakultas Perikanan, IPB.

Jawaban terakhir tadi, mungkin dipicu  saya yang sudah mulai bosan dengan ambisi pekerja kantoran pergi pagi, pulang malem demi eksistensi diri. Saya sudah tidak punya banyak keinginan untuk jadi manajer besar apalagi direktur.  Saya masih perempuan biasa yang tidak  ingin kebablasan dengan istilah emansipasi. Masih pengen jadi Ibu, ngurus suami, anak-anak, mencoba resep ini-itu, sibuk dengan belanja bulanan  dan harga sembako yang terus naik dan ngomel ngomel sama suami yang pulang telat. 😀  Biar begitu, saya masih selalu ingat pesan Ibu saya bertahun-tahun lalu bahwa apapun alasannya,  seorang perempuan, ibu, istri harus tetap bekerja produktif yang menghasilkan uang. Ada fungsi “jaga jaga”  disini, kita tidak bisa memastikan masa depan rumah tangga dari sisi ekonomi salah satunya jika suami kehilangan penghasilan utama. Kalau bukan istri yang menopang, siapa lagi?!  Ini kejadian di keluarga saya, ayah meninggal dunia di usian 40an saat kami anak-anaknya masih dalam usia sekolah yang butuh biaya banyak, sementara keluarga tidak punya tabungan apalagi asuransi yang cukup.

Sekarang buat saya, mengamalkan, menggunakan dan menyebarluaskan ilmu yang saya punya untuk kepentingan banyak orang itu sudah luar biasa. Malah kepikir kalau sudah lebih mapan secara ekonomi saya ingin punya kegiatan sosial yang membantu anak anak putus sekolah. Kasian di jalan masih banyak anak-anak yang “dipaksa” mencari nafkah di jam-jam yang harusnya mereka duduk manis mendengarkan gurunya.  Semoga yang ini akan tercapai dalam lima tahun ke depan, Amin. Sumpah, ini bukan cita cita sok  idealis,..tapi masih sungkan dan malu aja kalo diomongin di sebuah interview kerjaan. Pun kata orang, kalo ada niat baik, katanya pamali belom apa apa sudah bilang kemana mana. *loh..kok ditulis di blog?* Hehehehe

Apapun itu, semoga lima tahun ke depan saya menjadi manusia yang berguna buat orang lain. Amin..

Hits: 652

Hahahhaha..baca judulnya, pasti banyak yang ngetawain gue. Kasiaannn deh loo.. Tapi entah kenapa tiba tiba aja gue kepikir gimana rasanya tinggal dalam jangka waktu lama di gedung bertingkat tinggi banget itu. Mungkin juga dipicu faktor kebutuhan suasana baru setelah bertahun tahun menjalani Jakarta Bogor yang menyenangkan (baca: membosankan). Ditambah lagi setiap hari melihat kepungan gedung gedung tinggi di Jakarta, rasanya lucu juga tuh kalo menetap disana. Trus kayaknya nih gaya orang Indonesia, kalo tinggal di apartemen itu udah gaya banget, masuk kelas up up alias high high gitu deh.. Wajar sih, secara harga apartemen di Jakarta mahal beinjett, meskipun sekarang sudah banyak juga apartemen yang menyasar golongan middle. Padahal konon di luar negeri yang tinggal di apartemen (sebutan lain buat flat) justru mereka yang gak mampu beli rumah berhalaman seperti umumnya dimiliki orang Indonesia. Hihihihihi..

sumber: http://www.randomclipart.com/217-cartoon-house-with-solar-panel/

Ya udah deh, selama belum mampu gimana kalo kita nge-kost aja? Katanya kost kost-an di Jakarta sudah banyak juga yang mempunyai fasilitas layaknya apartemen tapi toh..harganya gak jauh beda. Ok, kalo gitu biar mirip mirip tinggal di gedung bertingkat gimana kalo kita coba pindah ke Rusun? Ini gak deh, soalnya pengalaman temanku , lift di rusunnya hanya beroperasi hingga jam 9 malam. Jadi lewat jam itu, kita harus naek tangga. Huaaa.. ,mabok dong kalo kamar gue di lantai 8! Gak cocok banget buat gue yang pulang rata-rata jam 10 malem. Gempor duluan tiap hari. Belum lagi kalo perlu apa apa kudu olahraga naik turun tangga yang lumayan berat itu.

Dipikir pikir yaaa, emang lebih baik kita kembali ke rumah yang menyentuh tanah, punya halaman, punya tetangga yang bisa selalu bisa berinteraksi, tidak tergantung sama AC, bisa nunggu abang sayur, abang somay dan abang bakso lewat dan satu lagi kita bisa piara ayam!! Di rumah sering kan sering ada nasi tersisa. Kalo dibuang sayang,.. jaman dulu sih nenek saya dikasih sama ayamnya.. Nah, kalau tradisi ini kita teruskan selain menjaga daya dukung lingkungan (carrying capacity) juga bisa mendukung siklus mata rantai kehidupan yang lebih baik.

Apartemen memang keren, deket pusat kota, nyaman dan symbol prestisius kondisi ekonomi seseorang, tapi lihat deh, sudah berapa banyak kerusakan lingkungan akibat pembangunan yang tidak terkontrol. Mari kita dukung dengan kembali ke rumah kita yang sebenarnya.

Hits: 854
source: http://fetihabsari.blogspot.com

Gue sebenernya gak terlalu percaya ada persahabatan yang murni benar benar persahabatan antara SATU orang cewek dan SATU orang cowok. Bedanya tipis dan absurd banget.  Sahabat itu istilah yang sedikit lebih tinggi dari sekedar teman, tapi kalau tidak di-“maintain” dengan hati-hati, hati hati!! hati manusia tidak terbuat dari batu, perasaan itu lembut seperti awan, perlakuan yang biasa yang dilakukan secara konstan dan terus menerus mudah sekali memelencengkan hati *maap, gak nemu kata lain*  Hubungan pertemanan yang sangat dekat selalu melahirkan rasa ingin memiliki dan rasa tidak ingin kehilangan yang bisa berdampak lain terhadap arti persahabatan.

Gue yakin banyak yang gak setuju dengan pendapat gw, dengan beralih: “Ah, gw punya tuh sahabat cowok/cewek, baik baik aja.. bahkan sudah jadi kayak saudara!” Nah disinilah bedanya,.. Kalo sudah jadi saudara, cara kita me-maintain hubungan itu pasti beda. Hemm.. Gimana ya..agak sulit jelasinnya. Kita pake contoh aja mungkin lebih baik. Misal, sahabat itu menurut gue gak telponan atau sms-an, dll tiap hari, gak selalu ingin tau atau memberi tahu kegiatannya setiap hari ke sahabatnya. Gak juga punya acara rutin buat ketemuan atau curhatan. Lebih lagi, sahabat gak boleh marah (a.k.a) kecewa kalo sahabatnya tidak bisa memenuhi satu keinginan. Kepada sahabat kita bebas bercerita tentang gebetan kita, kencan kita atau kisah kisah patah hati kita.. Kala hubungan itu naik jabatan menjadi lebih dari sekedar sahabat, kita akan sungkan bercerita tentang “orang ketiga” yang tanpa kita sadari sebenernya mengindikasikan gak mau dia kecewa atau kita gak pengen dia ninggalin kita karena kita punya “orang lain”. Iya kan? Hayo ngaku..

Dengan sahabat umumnya kita bisa tampil apa adanya seperti kita, tapi dengan orang yang  (akan) naik pangkatnya menjadi lebih dari sahabat, pasti kita sering ingin terlihat lebih sempurna. Apalagi disaat-saat awal perubahan hubungan. Misalnya lagi kalau kita punya gank sahabat yang terdiri dari beberapa orang cewek dan cowok. Kalau dari salah dua diantaranya mulai tercium aroma naik pangkat ini, pasti mereka sering memisahkan diri alias sering bikin acara berdua saja, tapi belum tentu berarti menjauh dari kelompoknya.

Selanjutnya, saat  sebuah hubungan persahabatan bergeser, misal perhatian yang mulai lebih, komunikasi yang lebih intens, intonasi dan cara bicara kita ke dia yang berubah, kita pasti akan mulai berpikir ada yang berbeda. Ada yang segera menyadari dan mulai mencoba membalikkan kondisi seperti sebelumnya alias meng-ignore semua itu. Tapi gak sedikit juga yang cepat menyadari bahwa ada “sesuatu” yang mungkin bernama “cinta” dan tidak menghindari hal tersebut bahkan mencoba memperjelas hubungan dari “temen jadi demen” ini.

Kata orang bijak cinta itu bisa datang ke siapa saja dan kapan saja tidak terkecuali ke sahabat kita sendiri. Doel Sumbang dalam satu lagunya malah bilang:

Jangan berkata tidak, bila kau jatuh cinta,

Terus terang sajalah buat apa berdusta.

Cinta itu anugerah maka berbahagialah, sebab kita sengsara bila tak punya cinta…

(Arti Kehidupan)

 

 Kata Band Zigas gak  jauh beda :

Tak bisa hatiku merapikan cinta

Karena cinta tersirat bukan tersurat

Meski bibirku terus berkata tidak

Mataku terus pancarkan sinarnya

(Sahabat Jadi Cinta)

Hits: 948

Penggunaan kata banci beberapa tahun belakangan ini memang mengalami pergeseran makna. Secara hakiki, banci adalah sebutan untuk kaum laki laki yang berkelakuan atau menyerupai perempuan. Tapi sekarang banci jadi sebutan “gaul” untuk orang yang maniak terhadap sesuatu atau terus menerus melakukan satu hal. Eh, maaf ini definisi saya saja yah.. Kalo salah mohon dikoreksi.

sumber : http://capcipcus.com/page/13

Seingat saya, dulu ungkapan banci sering sekali ditempelkan dengan kata foto jadinya banci foto yang ditujukan kepada sebuah mahluk yang kerjanya doyan foto-foto. Dimana-mana foto dia, mau tampang jelek  dan sama sekali tidak fotogenik juga gak peduli, pokoknya doyan berfoto-ria meskipun hanya sebagai latar belakang. Lalu ada lagi istilah banci tampil. Ini lebih eksis lagi dibanding hanya sekedar banci foto. Gak malu tampil ke panggung, percaya diri di depan orang banyak dan selalu eksis di setiap kegiatan. Itulah cirri ciri banci tampil. Berkembangnya sosial media, juga menimpulkan istilah baru salah satunya banci debat. Nah, ciri ciri orang yang satu ini demen mengomentari segala macam twitter orang pasti dari sisi yang berbeda dengan tulisan aslinya. Aktivitas reply dan retweet-nya dipastikan selalu tinggi setiap harinya.

Masih nyambung nyambung ke teknologi, menurut saya yang sekarang paling in adalah banci kabel. Bukan kabel listrik di rumah ya, tapi ini kabel yang berhubungan sama charger. Meski sudah ada charger wireless tetap fungsi benda berkabel ini belum tergantikan secara utuh. Perhatiin deh kalo keluar rumah,saya yakin minimal di tas kamu ada satu buah charger misalnya charger handphone. Buat mereka yang tinggal di Jakarta dan tua di jalan, gak mungkin cukup hanya dengan satu kali nge-charge di rumah, beterei gadget cukup menemani sehari penuh hingga larut malam. Mau gak mau deh tuh kabel diajak, termasuk diantaranya charger untuk di mobil.  Selain handphone – yang minimal satu unit dan sering beda merek (berarti beda charger)- pasti ada charger laptop. Belum lagi sekarang marak PC Tablet, charger iPad, GalaxyTab semua juga akhirnya ikut piknik bersama. Rempong ya, bokk.. Jaman dulu keluar rumah cukup bawa dompet, sekarang boro boro, benda benda yang disinyalir berdampak buruk terhadap lingkungan ini, sudah menjadi must item to bring buat hampir semua orang. Bahkan menurut sebuah survei, banyak orang yang lebih khawatir ketinggalan handphone (baca:kabel) daripada ketinggalan dompet. Ckckckckck… I know you are one of them 😀

Oya, temennya banci kabel ini namanya banci colokan. Kemana mana merasa lebih aman di tempat yang ada colokannya. Nyari tempat duduk di kafe dekat colokan sampe ke karaoke pun tetep pengen colokan (Eh, yang terakhir ini mah sayah.. hihihihih)

Bayangkan, handphone mati sebentar saja, seolah-olah sudah merasa hidup dalam di pengasingan. Padahal belum tentu juga tuh handphone dipake buat kegiatan produktif, paling banyak untuk cek timeline, status update dan baca email (yang belum tentu urgent). Heheheheheh. Saya sendiri kalau keluar rumah minimal bawa satu charger, buat blackberry yang emang cepet habis batereinya.  Saya juga selalu membawa kabel data yang lebih ringan dan bisa menggantikan fungsi charger. Handphone kedua, saya pilih yang agak katro yang hemat energy dengan fungsi cukup buat sms dan telpon saja. Ini buat jaga jaga untuk kondisi dimana smartphone sejenis BB tau tau batereinya habis, tidak ada colokan dan sangat perlu berkomunikasi dengan orang. Kita tentu semua tahu, berbagai macam aplikasi online berkekuatan tinggi untuk menghapiskan energi semua perangkat elektronil. Jaman memang sudah berubah, kita tidak mungkin kembali menggantungkan komunikasi dengan telepon rumah apalagi telepon umum koin. Kondisi ini adalah konsekuensi semua itu. Saya berharap nantinya ada satu charger dan satu jenis input saja untuk semua gadget. Dari laptop, handphone, iPad, iPod hingga kamera digital. Amin

 

 

 

Hits: 2052

Setelah melakukan perenungan dengan seksama dan mendalam (sambil menghela nafas) saya pikir satu satunya mahluk di dunia yang paling konsisten dan selalu tepat waktu selain beduk/azan sholat adalah jam weker, ada juga yang menyebutnya jam beker. Sekarang sih, sudah lebih umum orang menggunakan alarm di telepon selular untuk menggantikan fungsi weker ini.

source: http://hendrik-online.blogspot.com/2011/04/alarm-clock.html

Coba bayangin, dia tidak pernah telat bekerja dengan berbunyi nyaring di setiap waktu yang dikehendaki oleh si empunya. Meski yang punya lebih sering mematikan lalu tidur lagi (bahkan kadang dengan marah marah), ia tidak kecewa apalagi putus asa. Besoknya di jam yang sama ia kembali melakukan aktivitas itu. Pada beberapa handphone, alarm ini bisa tetap menjerit jerit meski  waktu berbunyinya sudah habis selama pemiliknya belum memencet pilihan “dismiss”. Filosofinya, jam weker memang tidak pernah menyerah dalam bekerja, meski sudah ditolak berkali kali bahkan dimaki maki, ia tetap datang dan selalu datang. Pun tanpa disadari ia sangat dibutuhkan oleh jutaan manusia (apalagi yang tidurnya kayak kebo). Walau sering dibenci, weker ternyata juga sangat dicintai. Banyak sekali orang yang kebablasan tidurnya dan melewatkan berbagai kesempatan penting gara gara gak ada yg bangunin atau wekernya mogok (karena batereinya habis).

Ngomong ngomong soal jam weker, ketika saya masih kecil, hadiah paling berkesan yang diberikan (alm) ayah saya adalah sebuah jam weker kecil berwarna biru berbentuk rumah lengkap dengan cerobong asapnya. Jam ini tidak menggunakan baterei, tapi masih dengan sistem di-engkol (yang gitu deh, diputer puter sampe mentok puterannya). Minimal dua hari sekali harus diengkol agar mesinnnya tetap berjalan dan bekerja dengan optimal. Duh, sayang saya gak sempet mengabadikan si weker biru ini. Weker ini bahkan menemani saya hingga lulus kuliah di IPB. Jangan ditanya bunyinya, satu kost bahkan tetangga kost bisa bangun semua saking nyaringnya. Karena sudah tua, jam weker ini sudah lama pensiun dan wafat. Menyesal rasanya, karena saya tidak menyimpan jasadnya. Hiks

Mungkin sekarang penggunaan jam weker sudah sulit ditemukan. Manusia manusia modern sudah menggunakan alarm digital pada handphone-atau berbagai gadget lainnya sebagai reminder. Tapi apapun wujudnya, sejatinya mereka bersaudara. Saudara yang sama sama berjasa. Bukan hanya untuk menggantikan kokok ayam jantan (jadul dan sangat berbau pedesaan), tetapi juga mengingatkan hal hal penting dalam hidup kita yang kadang tidak semua cukup ditampung di memori otak manusia yang (semakin) terbatas. Mulai dari alarm bangun tidur, meeting, janji kencan hingga tanggal tanggal penting seperti ulang tahun sahabat, keluarga pacar atau tanggal pernikahan. Bahkan saya pernah menghadiahkan sebuah jam weker untuk seseorang yang sempat istimewa, dengan harapan kalau si weker pagi pagi bunyi, dia selalu ingat saya. Hihihhi.. Maaf, bagian ini memang agak alay. 😀

Wajar saja, kalau jam weker sebenernya bisa jadi salah satu penemuan paling penting dalam sejarah hidup manusia. Kita semua berhutang budi kepada penemunya.

 

 

Hits: 1358

Munculnya bermacam macam sosial media harus diakui memang membuat hidup menjadi lebih mudah, terutama dalam soal informasi.  Hanya dengan meng-RT satu pesan di twitter berita kecil jadi terasa sangat penting dan mendapat sorotan tajam. Belum lagi banyak orang orang yang mendadak menjadi selebriti di dunia maya cuman karena tulisan pendek sepanjang 140 karakter di twitter.

http://www.penn-olson.com/2009/10/18/20-hilarious-twitter-comic-strips/

Tapi saya bukan mau bahas itu, udah bejibun tulisan yang mengomentari soal fenomena sosial media.  Buat saya sendiri, dengan sosmed saya jadi tau terlalu banyak tentang seseorang atau orang lain diluar yang orang itu pikir. Wah gimana tuh? Kalo bahasa kerennya saya sering jadi “stalker” alias menyelidiki seseorang melalui jaringan sosialnya. Kalau jaman dulu, media curhat mungkin hanya buku harian yang disimpan rapat rapat di lemari dan nyaris jadi barang dengan tingkat confidential yang sangat tinggi, kini hampir semua orang doyan curhat di internet. Banyak yang mengungkapkan ide, gagasan dan pemikiran tapi lebih banyak lagi yang mengumbar masalah pribadi yang akhirnya jadi tidak pribadi lagi. Wah, ini sasaran empuk banget buat tahu “dapur” seseorang bagi detektif cap kacang buncis seperti saya.

Sebagai contoh, beberapa bulan yang lalu ada karyawan baru di kantor saya, gayanya sih oke, percaya diri dan keliatan cukup cerdas. Eh, siapa nyana gak sampai dua minggu ia pamit pulang ke kampungnya di Medan sampai batas waktu yang belum ditentukan dengan alasan masalah orang tuanya yang sangat mendesak.  Lucunya ia juga tidak mengajukan surat pengunduran diri, dengan alasan jika sudah selesai ia akan kembali aktif. Ini pasti alasannya karena gak enak “baru dua minggu”. Membaca gelagat yang kurang enak, saya yang ada bakat dikit jadi paranormal KW 5, iseng meng-googling namanya berharap ketemu facebook, twitter atau sejenisnya untuk tahu bagaimana anak baru itu sebenernya. Dan ternyata, kebohongan besar terungkap, saya menemukan akun twitternya yang sejak seminggu sebelum ia keluar sudah sesumbar akan pindah kerja. Malah pake embel embel, “enak banget dapet tawaran kerja di dua tempat sekaligus”.. Bego-nya lagi, ia “lupa” atau gak ngerti sehingga map location-nya terlihat di timeline-nya. Jreng jreng…daan ia masih ada di Jakarta!!  Manajer HRD kantorku seperti kebakaran jenggot. Kalo saya sih mikirnya, duh..gw jangan sampe deh dikadalin sama anak kemaren sore. Lucunya  lagi ketika dikonfirmasi, ia bilang, akun tersebut di-hack seseorang. Sesuatu yang sangat mustahil mengingat dalam satu minggu terakhir hingga pagi harinya ia terus menerus bicara tentang kepindahan kerjanya itu. Kadung ketahuan, besoknya saya cek lagi, akun itu sudah gak ada.. Hahahahahaha.. *ketawa penuh kemenangan*

Contoh yang jelek bukan?  Makanya hati hati deh, meski di list follower, kamu yakin gak ada orang yang berhubungan dengan “rahasia”-mu, inget.Mbah Google itu luar biasa jago dan banyak orang yang lebih cerdas dari kamu di luar sana. Kecuali kalo kamu memang pengen eksis dan ngetop sih, beda perkara tuh..

“Fungsi” lain lagi (ini sebenernya gak baik diikuti), saya pribadi beberapa kali mem-follow seseorang bahkan dua atau tiga orang untuk mendapatkan info tentang orang yang lain lagi 😀 Hihihihihi. Sasaran utamanya biasanya bukan orang yang sangat aktif di internet, so untuk tau lebih banyak tentang dia, bisa dengan mengamati timeline lingkungan sekitarnya yang sangat membantu (sekali lagi: hihihihi…). Memang sih, apa yang dituangkan dalam 140 karakter itu gak selalu bisa menggambarkan isi hati atau kondisi penulisnya, tapi paling tidak ..banyak sekali yang bisa diraba dari sana, tinggal bagaimana kita secara cerdas bisa mengolah informasi itu (ceilee..berat bener bahasanya..) Bukan itu saja, dengan mem-follow satu orang kita bisa menjumpai orang orang lain disekitarnya yang pasti ada hubunganya dengan sasaran kita. Kan pada dasarnya dunia setiap orang itu seperti lingkaran, udah kemana mana ujungnya tetap di sana sana juga. Oya, tips dari saya, kalau semua info sudah terkumpul, lebih baik kamu stop mem-follow atau me-remove orang tersebut. Yah, jangan sampe ketauan dong, kita mata-matain Hihihihi..

Pada dasarnya relatif mudah mengetahui seseorang dengan internet. Akun twitter terkenal seperti @poconggg yang pemiliknya sempat membuat penasaran jagad twitter akhirnya terkuak juga berkat kejelian para stalker stalker ini. Diri kita sendiri tentu tidak luput dari “bahaya laten” seperti ini. Oleh karena itu lebih baik berhati hati jika memang ada hal hal yang tidak perlu diketahui orang. Terkadang kita memang merasa itu bukan hal penting tapi kepentingan masing-masing orang di sekitar kita berbeda beda, bisa aja hal hal tidak penting bagi kita jadi informasi yang sangat penting bagi orang lain.

Hits: 858