Jumat lalu,  bersama seorang teman, gw nongkrong di sebuah coffee shop di Plasa Senayan. Gak ada yang istimewa sih, acara seperti ini cukup rutin kami lakukan. Isinya apalagi kalau bukan curhat dan chit chat dari masalah penting sampai gak penting. Hitung-hitung untuk menghilangkan kepenatan kerja.

http://www.bazaardesigns.com

Sekitar sebulan atau dua bulan yang lalu, sahabat saya ini  ini masih dalam status “patah hati berat”  Namun di pertemuan kemarin ternyata ia punya “kisah” baru yang mengingatkanku akan cerita cerita serupa dengan teman-teman lain.  Jadi, belum lama ini, Bunga (sebut saja namanya begitu), pergi melancong ke Malaysia setelah memenangkan sebuah tiket doorprize PP ke negeri Jiran itu. Ini pengalaman pertama Bunga pergi ke luar negeri.   Disana tanpa dinyana ia berkenalan dengan seorang cowok berkebangsaan Bangladesh dengan cerita pertemuan yang  nyaris seperti skenario sinetron.  Laki laki itu sebuah pemilik toko di daerah Bukit Bintang tempat Bunga bersama temannya menginap. *Wah, mirip mirip Film ngetop Notting Hill yaa.. *  Ia beberapa kali melewati toko lelaki itu, tapi sama sekali tidak tergerak untuk masuk. Sementara si cowok tampaknya memang sudah  mengamati sejak pertama si Bunga melintas di depan tokonya.

Tak disangka di malam terakhir disana, Bunga harus membeli sesuatu dan tersisa toko si cowok yang masih  buka.  Tampang si cowok sungguh sumringah, belakangan baru ketauan ia yakin sekali bahwa Bunga suatu saat akan kembali setelah beberapa kali hanya numpang lewat. Singkat cerita mereka pun berkenalan meski saat itu sudah pukul 11 malam.  Bunga begitu saja percaya pada cowok yang baru dikenalnya itu dan mau diajak ngobrol di tengah malam  di sebuah café.  Dalam waktu pertemuan singkat yang kurang dari dua jam tersebut, si cowok menyatakan tertarik dan berniat menikahi Bunga.  *Hemmm, buat gw ini asli agak masygul*  Kok bisa  bisa-nya begitu??  Beneran ya love at first sight itu ada?  Esoknya Bunga kembali ke Jakarta, si cowok pun turut mengantar. Namun kebodohan terjadi, mereka hanya sempat bertukar email dan ID Facebook tanpa sempat bertukar nomor telepon. Gubrak banget kan…  Parahnya lagi, setiba di Indonesia, baru ketauan kalau ada kesalahan “teknis” dengan ID dan email tersebut yang akhirnya membuat mereka tidak terhubung selama beberapa saat.

Read More

Hits: 6776
http://remaja.suaramerdeka.com

Ini curcol soal kejenuhan dengan seseorang. Kejenuhan itu ternyata efeknya buruk banget saudara-saudara.. Hemm…cerita darimana ya, yang gak berkesan alay, drama atoo “gampangan’? Oke. Gini deh, punya temen dekat dengan yang terpisah jarak geografis itu ternyata membuat jenuh. Kita beriteraksi melalui telepon dan sms setiap hari. Hampir tidak ada bagian dari hari-hari masing-masing yang luput dari obrolan-obrolan kita. Awalnya sih baik baik saja, karena memang pertemuan alias copy darat memang belum bisa dijadwalkan dalam waktu dekat. Sungguh sulit. Namun seminggu terakhir, kebosananku sudah sampai di ubun-ubun, dan dampak dari situ jelek banget. Kangen kali sebenernya asal muasalnya. Aku menjadi sangat sensitif, emosional, curigaan dan gak pernah nyaman dengan apapun yang ia lakukan. Bodoh sekali ya.. Tapi kenyataannya memang begitu.. Hiks..

Tiba-tiba saja hal yang sebelumnya bukan masalah pun menjadi masalah dan tiba tiba juga aku jadi sangat capek sama semua ini. Aku sebenarnya juga terganggu dengan sikapku sendiri, apalagi dia!! Awalnya dia berusaha santai dan semua dibawa becanda, tapi aku gak puas dengan respon begitu dan akhirnya bersikap seperti mengintimidasi.  Akhirnya jadi ribut karena semua jadi emosi. Gak tau deh, kalo ditinjau dari sisi psikologis ini masih masuk kategori normal apa gak.

Cuman yang jelas aku belajar dari sini, sebuah hubungan apapun nama dan bentuknya tapi terpisah karena jarak itu sangat tidak mudah. Komunikasi yang katanya jadi kunci semua interaksi manusia ternyata tidak selalu mempan digunakan pada semua kondisi. Pantas saja, Islam mewajibkan ada silaturahmi secara langsung. Kata hadits, silaturahmi itu memperpanjang umur. Dan emang bener, mau dibawa santai, digampangin atau gak dipikirin sekalipun, jarak itu merupakan satu kendala yang besar.  Kalo stress karena ini, emang bakal bikin cepet mati! Tidak ada yang lebih berharga dari pertemuan fisik. Semua tips yang sering didengungkan di artikel, media komunikasi dengan teknologi tinggi sekalipun tidak bisa menggantikan arti nyata kehadiran seseorang.

Dan aku nyaris menyerah untuk ini..

Hits: 635

Sebenernya gue agak anti nulis yang berbau-bau moral. Secara katanya batas moral-immoral, dosa -gak dosa itu makin absurd. Takut salah, berkesan sok suci, sok alim ato malah ntar dicap mo bikin aliran baru. Hahahaha.  Karena isinya agak-agak sensi, buat kalian yang gak setuju, tinggal bilang aja: emang urusan lo?  Suka suka gw dong..kan gak mengganggu hidup lo.. Prettt..Terserah elo dah, Gakpapa kok! Intinya ini cuma tulisan perempuan yang (lagi) labil tentang fenomena dosa gak bukan dosa yang makin absurd ajah. Terserah gw juga, kan.. blog..blog gw.. dan gak usah khawatir semuanya anonim kok.. :p

http://www.squidoo.com

Gue abis blog walking ke blog seorang wanita karir hebat di Jakarta, masih muda tapi sudah punya posisi cukup keren di sebuah perusahaan bergengsi. Gw pikir gak perlu gw kasih link-nya. Males bener kan, promosiin blog orang. Hahahahaha.. Secara blog model begini berhamburan di dunia maya. Jadi si cewek ini, sangat gamblang bercerita soal seks. Tentu saja dengan polesan dan gaya menulis seorang perempuan berpendidikan, cerdas, mature dan mapan. Jadi bikin gw atau temen temen gw yang “agak bodoh” bisa tertarik bahkan setuju dengan pendapatnya.  Untung gw masih lumayan pinter (ehmmm), untuk bisa berpikir dengan cara gw sendiri. Komen di blognya pun macem-macem. Dari yang sok bicara soal moral, agama, pake hadits, dsb, dsb.. sampe yang mendukung dengan ceria. :D. Lucunya dia sempat menjawab sebuah komen dengan bilang : ‘saya muslim, sedang menamatkan Al-Quran dan berencana naik haji. Gubrakk..

Lanjut cerita berikutnya ini seorang temen gw, yang “tiba tiba” hamil sebelum menikah. No Wonder sih, secara dia emang hidupnya memang terbiasa bebas ria “berpasangan” tanpa ikatan  pernikahan. Hebatnya dia bangga loooo..sama kehamilan di luar pernikahan itu, bahkan sempet nyindir temen lain yang sudah lama menikah tetapi belum hamil-hamil juga, kalo dia dan pasangannya “lebih tokcer”.  Kalo liat “penampakannya” di depan umum sih, waduh..sangat religius banget. Kata-kata menyangkut Tuhan selalu terselip dalam omongan dan tulisannya.  Ambigu.

Tunggu, jangan protes dulu! gak ada yang salah.. Gw sangat mahfum, kehidupan kota besar Jakarta ini sudah banyak mengubah pola pikir dan perilaku manusia akan soal empat huruf yang jaman nenek moyang kita dulu hal sangat tabu untuk dibicarakan di muka umum.  Gue yakin dua contoh,  diatas orang baik baik di lingkungannya yang pasti dicintai para kerabatnya. Gw sendiri tetap harus obyektif menilai orang tidak dari satu sisi dan menghargai apapun “pilihan” jalan hidup orang.

Tapi sebagai blogger yang nyinyir… *cengengesan* Gimana ya, mau komennya..asli gw takut salah. Gw gak bilang gw ini suci. Ampun Tuhan.. gw juga masih punya tabungan banyak dosa. Yang bikin gw bingung adalah ternyata dosa pun sekarang definisinya bergeser.  Pendapat si eksekutif muda bahwa seks bukan hal tabu untuk dibicarakan, karena pada dasarnya seks juga perlu edukasi: gw setuju banget.  Tapi kok gw kurang setuju dengan status dia yang single dia dengan gamblang menceritakan kehidupan seks dia? Pasti diantara yang baca ini akan jawab: “lebih baik gitu dong, daripada munafik.. keliatan di depannya “alim” tapi dalemnya lebih “garang”. Oh, jadi makna munafik juga sudah berubah yah? Cckckck..  Silakan cari definisi munafik di KBBI ato kalo kalian yang muslim, buka buku pelajaran Agama Islam SMP tentang definisi munafik.  Nah buat kasus kedua, yaa kurang lebih sama deh. Lebih parah malah yang satu ini. Karena dia berhasil mengecoh orang dengan tampilan religius dia. Hahahhah.. Emang sih, jaman sekarang pendalaman agama sama tingkah laku orang gak berbanding lurus. Buktinya.. eh, katanyaaa.. masih ada aja pemuka agama yang berbuat tidak pantas. Katanya looh…katanyaaa.. *takut disomasi*

Tapi dasarnya gw masih orang yg primitif untuk menanggapi dua kasus diatas dan Thank God..Alhamdulillah gw masih ada disana. Semoga ini Alhamdulillah yang “sesuatu yah” alias yang bener bener Alhamdulillah. Buat gw seks itu bukan hal tabu. Yang tabu dan perlu dipikirkan adalah tempat untuk membicarakannya, siapa yang membicarakannya dan kapan saat yang tepat untuk diperbincangkan. Dan sama sekali tidak penting untuk mengumbar kehidupan seks pra nikah di muka publik. Masih ada kosa kata “malu” yang harusnya kita miliki.

Sekali lagi bukan gw sok suci, sama aja dosa mah..dimana-mana ada ajah *nyengir* Dengan posisi status yang single gw merasa sangat tidak pantas untuk membicarakan hal tersebut di forum umum apalagi “membanggakannya”. Silakan kalian men-judge gw munafik. Gak bisa gw pungkiri, urusan yang berbau moral dan dosa sekarang ini warnanya macem-macem tergantung penafsiran masing-masing orang. Dan itu sejatinya tidak ada yang bisa disalahkan. Tapi buat gw -yang orang kampung masuk kota ini- masih ada yang mutlak ini Dosa dan itu Bukan Dosa.  Masih ada yang saklek hitam putih, bukan abu-abu. Jadi ketika kita “tergelincir” melakukan itu, ya tobatlah.. insyaf.. bukan malah dibanggain dan diceritain sama semua orang. Dan seks menurut gw masuk ke kategori itu. Kalo yang jelas jelas tidak pada tempatnya dan kita tau itu  DENGAN PASTI bukan hal yang pantas (baca: dosa) masih juga kita berargumen untuk mendebatkannya hemm.. enak banget jadi manusia ya, gak perlu pertanggungjawaban horizontal.

Hehehehe..just a small thought dari orang yang masih banyak dosa.   Kalo ada yang salah-salah maaf ya, saya ini lugu, naif, labil dan suka gak jelas.  Semoga ntar gak ada yang ngebandingin sama dosa korupsi yang banyak dilakukan orang penting negeri ini dan ngeles dengan dalil; mending begitu daripada korupsi yang merugikan negara. Atoo komen yang bilang: gakpapa dong, yang penting gw bertanggung jawab. Upss gw setuju banget tuh dengan kata-kata tanggung jawab, tapi gw yakin kalian yang hidup dengan budaya Timur ini pasti menentang hati nurani kalian sendiri. Ato sudah gak juga? *salaman deh kita kalo gitu…. 😀

Hits: 1084
http://www.zazzle.com

Gak tau kenapa, bawaannya kalo nelpon operator yang satu ini, mau marah aja..  Sebenernya  cerita di bawah ini sudah terjadi kurang lebih setahun yang lalu, sempat saya kirim ke Surat Pembaca di DetikCom, tapi entah kenapa gak dimuat.  Karena barusan terjadi lagi kejadian yang nyaris serupa, saya inget lagi deh, surat ini, iseng posting aja ke blog sendiri.

——

Sejujurnya kalau tidak terlanjur benar-benar kesal dengan pelayanan Telkomsel, saya tidak akan menulis surat ini, apalagi saya sudah menggunakan Telkomsel (Kartu Halo) sejak 2004. Terhitung sejak Mei/Juni 2010 saya tidak menerima tagihan Telkomsel. Tapi waktu itu saya belum komplain, karena saya pikir terlambat 1-2 bulan masih wajar. Hingga Agustus belum juga ada tagihan, saya disarankan untuk mengganti ke sistem e-bill.  Namun sayangnya tidak terkirim juga hingga September, padahal saya sudah melakukan registrasi via sms. Setelah dicek, kata CS Telkomsel belum terdaftar. Maka saya pun melakukan registrasi ulang.  Namun anehnya hingga Oktober juga belum dikirim.

Saya sudah berkali kali menelpon 111, dan menanyakan status pengiriman bill tsb. Petugas mengatakan belum ada status dari kurir, menurut saya ini aneh sekali  kurir macam apa yang dipake Telkomsel sampe kiriman 3 bulan sebelumnya kok belum ada status ?!! Sekitar bulan September-Oktober 2010, saya sempat ke GRAPARI Bogor. Saya diberi tahu status tagihan yang tidak sampai (periode Mei-Juli 2010) ternyata menurut Telkomsel udah diterima tapi oleh pihak/orang yang menerima sama sekali tidak saya kenal (alias bukan penghuni rumah saya)

Saya juga SELALU dijanjikan untuk dikirimkan ulang hardcopy-nya (by kurir) untuk tagihan tagihan yang belum saya terima sebelum ebill berjalan. Mulai dijanjikan dari waktu 3 hari, 7 hari hingga 1 bulan, tapi belum juga diterima.  Tentang e-bill yang belum saya terima pun, CS 111 pernah menjanjikan hal yang sama dari pengiriman 1×24 jam, 3 hari kerja hingga 7 hari kerja. Semuanya tidak ada realisasinya. Ketika saya tanyakan apakah ebill tsb bisa dikirim manual alias sendiri-sendiri per pelanggan diluar batas billing cycle-nya, -khusus untuk pelanggan yg belum menerima tagihan spt saya-? Jawabannya pun berbeda-beda.  Pada Sept-Oktober 2010, CS 111 menyatakan BISA. CATAT BISA! ! Sementara pada Nopember 2010, petugas yang lain mengantakan TIDAK BISA, harus menunggu periode pengirimannya alias gelondongan dengan pelanggan lain.  Gak jelas banget!!

Saya sangat sudah bosan dengan pernyataan CS Telkomsel yang selalu mengatakan; AKAN DILAPORKAN ke pihak TERKAIT, akan dilakukan pengecekan, akan dilakukan tindak lanjut, mohon bersabar…bla..bla..bla..

Ya, kalo masih 1-2 bulan saya rasa wajar, tapi kalo hampur 6 bulan? Saya pikir Telkomsel TIDAK SERIUS dalam hal ini. Saya mengerti, Telkomsel sebagai market leader di industri Telekomunikasi di Indonesia mempunya jutaan pelanggan yang harus di-maintain satu perasatu. Tapi apa begini caranya??? Jangan “membodohi” pelanggan dengan alasan perbaikan pada sistem, ingat pelanggan juga bisa mengerti soal sistem. Ini masalah manajemen kerja Anda.

Akhirnya kasus saya ini selesai di Desember 2010, saya mulai rutin menerima tagihan. Tapi anehnya di rumah saya hampir tiap bulan ada tagihan untuk penghuni rumah ini sebelumnya, tanpa ditanya dulu apa benar ybs masih berdomisili disana. Tidak heran juga kalau banyak tagihan tidak sampai, karena kurir melempar begitu saja tagihan ke teras atau halaman rumah, yang sering kena panas dan hujan apalagi saat penghuni rumah tidak ditempat, bukan memasukkan baik baik di bawah pintu saat penghuninya tidak ada. Jadi wajar kalo pada kasus saya diatas, nama yang dikonfirmasi oleh kurir ke Telkomsel tidak saya kenal sama sekali, karena itu memang dikarang-karang saja oleh kurirnya.

Semoga Telkomsel lebih SERIUS melayani pelanggannya!

 

Hits: 699