Penggunaan kata banci beberapa tahun belakangan ini memang mengalami pergeseran makna. Secara hakiki, banci adalah sebutan untuk kaum laki laki yang berkelakuan atau menyerupai perempuan. Tapi sekarang banci jadi sebutan “gaul” untuk orang yang maniak terhadap sesuatu atau terus menerus melakukan satu hal. Eh, maaf ini definisi saya saja yah.. Kalo salah mohon dikoreksi.

sumber : http://capcipcus.com/page/13

Seingat saya, dulu ungkapan banci sering sekali ditempelkan dengan kata foto jadinya banci foto yang ditujukan kepada sebuah mahluk yang kerjanya doyan foto-foto. Dimana-mana foto dia, mau tampang jelek  dan sama sekali tidak fotogenik juga gak peduli, pokoknya doyan berfoto-ria meskipun hanya sebagai latar belakang. Lalu ada lagi istilah banci tampil. Ini lebih eksis lagi dibanding hanya sekedar banci foto. Gak malu tampil ke panggung, percaya diri di depan orang banyak dan selalu eksis di setiap kegiatan. Itulah cirri ciri banci tampil. Berkembangnya sosial media, juga menimpulkan istilah baru salah satunya banci debat. Nah, ciri ciri orang yang satu ini demen mengomentari segala macam twitter orang pasti dari sisi yang berbeda dengan tulisan aslinya. Aktivitas reply dan retweet-nya dipastikan selalu tinggi setiap harinya.

Masih nyambung nyambung ke teknologi, menurut saya yang sekarang paling in adalah banci kabel. Bukan kabel listrik di rumah ya, tapi ini kabel yang berhubungan sama charger. Meski sudah ada charger wireless tetap fungsi benda berkabel ini belum tergantikan secara utuh. Perhatiin deh kalo keluar rumah,saya yakin minimal di tas kamu ada satu buah charger misalnya charger handphone. Buat mereka yang tinggal di Jakarta dan tua di jalan, gak mungkin cukup hanya dengan satu kali nge-charge di rumah, beterei gadget cukup menemani sehari penuh hingga larut malam. Mau gak mau deh tuh kabel diajak, termasuk diantaranya charger untuk di mobil.  Selain handphone – yang minimal satu unit dan sering beda merek (berarti beda charger)- pasti ada charger laptop. Belum lagi sekarang marak PC Tablet, charger iPad, GalaxyTab semua juga akhirnya ikut piknik bersama. Rempong ya, bokk.. Jaman dulu keluar rumah cukup bawa dompet, sekarang boro boro, benda benda yang disinyalir berdampak buruk terhadap lingkungan ini, sudah menjadi must item to bring buat hampir semua orang. Bahkan menurut sebuah survei, banyak orang yang lebih khawatir ketinggalan handphone (baca:kabel) daripada ketinggalan dompet. Ckckckckck… I know you are one of them 😀

Oya, temennya banci kabel ini namanya banci colokan. Kemana mana merasa lebih aman di tempat yang ada colokannya. Nyari tempat duduk di kafe dekat colokan sampe ke karaoke pun tetep pengen colokan (Eh, yang terakhir ini mah sayah.. hihihihih)

Bayangkan, handphone mati sebentar saja, seolah-olah sudah merasa hidup dalam di pengasingan. Padahal belum tentu juga tuh handphone dipake buat kegiatan produktif, paling banyak untuk cek timeline, status update dan baca email (yang belum tentu urgent). Heheheheheh. Saya sendiri kalau keluar rumah minimal bawa satu charger, buat blackberry yang emang cepet habis batereinya.  Saya juga selalu membawa kabel data yang lebih ringan dan bisa menggantikan fungsi charger. Handphone kedua, saya pilih yang agak katro yang hemat energy dengan fungsi cukup buat sms dan telpon saja. Ini buat jaga jaga untuk kondisi dimana smartphone sejenis BB tau tau batereinya habis, tidak ada colokan dan sangat perlu berkomunikasi dengan orang. Kita tentu semua tahu, berbagai macam aplikasi online berkekuatan tinggi untuk menghapiskan energi semua perangkat elektronil. Jaman memang sudah berubah, kita tidak mungkin kembali menggantungkan komunikasi dengan telepon rumah apalagi telepon umum koin. Kondisi ini adalah konsekuensi semua itu. Saya berharap nantinya ada satu charger dan satu jenis input saja untuk semua gadget. Dari laptop, handphone, iPad, iPod hingga kamera digital. Amin

 

 

 

Hits: 2052

Setelah melakukan perenungan dengan seksama dan mendalam (sambil menghela nafas) saya pikir satu satunya mahluk di dunia yang paling konsisten dan selalu tepat waktu selain beduk/azan sholat adalah jam weker, ada juga yang menyebutnya jam beker. Sekarang sih, sudah lebih umum orang menggunakan alarm di telepon selular untuk menggantikan fungsi weker ini.

source: http://hendrik-online.blogspot.com/2011/04/alarm-clock.html

Coba bayangin, dia tidak pernah telat bekerja dengan berbunyi nyaring di setiap waktu yang dikehendaki oleh si empunya. Meski yang punya lebih sering mematikan lalu tidur lagi (bahkan kadang dengan marah marah), ia tidak kecewa apalagi putus asa. Besoknya di jam yang sama ia kembali melakukan aktivitas itu. Pada beberapa handphone, alarm ini bisa tetap menjerit jerit meski  waktu berbunyinya sudah habis selama pemiliknya belum memencet pilihan “dismiss”. Filosofinya, jam weker memang tidak pernah menyerah dalam bekerja, meski sudah ditolak berkali kali bahkan dimaki maki, ia tetap datang dan selalu datang. Pun tanpa disadari ia sangat dibutuhkan oleh jutaan manusia (apalagi yang tidurnya kayak kebo). Walau sering dibenci, weker ternyata juga sangat dicintai. Banyak sekali orang yang kebablasan tidurnya dan melewatkan berbagai kesempatan penting gara gara gak ada yg bangunin atau wekernya mogok (karena batereinya habis).

Ngomong ngomong soal jam weker, ketika saya masih kecil, hadiah paling berkesan yang diberikan (alm) ayah saya adalah sebuah jam weker kecil berwarna biru berbentuk rumah lengkap dengan cerobong asapnya. Jam ini tidak menggunakan baterei, tapi masih dengan sistem di-engkol (yang gitu deh, diputer puter sampe mentok puterannya). Minimal dua hari sekali harus diengkol agar mesinnnya tetap berjalan dan bekerja dengan optimal. Duh, sayang saya gak sempet mengabadikan si weker biru ini. Weker ini bahkan menemani saya hingga lulus kuliah di IPB. Jangan ditanya bunyinya, satu kost bahkan tetangga kost bisa bangun semua saking nyaringnya. Karena sudah tua, jam weker ini sudah lama pensiun dan wafat. Menyesal rasanya, karena saya tidak menyimpan jasadnya. Hiks

Mungkin sekarang penggunaan jam weker sudah sulit ditemukan. Manusia manusia modern sudah menggunakan alarm digital pada handphone-atau berbagai gadget lainnya sebagai reminder. Tapi apapun wujudnya, sejatinya mereka bersaudara. Saudara yang sama sama berjasa. Bukan hanya untuk menggantikan kokok ayam jantan (jadul dan sangat berbau pedesaan), tetapi juga mengingatkan hal hal penting dalam hidup kita yang kadang tidak semua cukup ditampung di memori otak manusia yang (semakin) terbatas. Mulai dari alarm bangun tidur, meeting, janji kencan hingga tanggal tanggal penting seperti ulang tahun sahabat, keluarga pacar atau tanggal pernikahan. Bahkan saya pernah menghadiahkan sebuah jam weker untuk seseorang yang sempat istimewa, dengan harapan kalau si weker pagi pagi bunyi, dia selalu ingat saya. Hihihhi.. Maaf, bagian ini memang agak alay. 😀

Wajar saja, kalau jam weker sebenernya bisa jadi salah satu penemuan paling penting dalam sejarah hidup manusia. Kita semua berhutang budi kepada penemunya.

 

 

Hits: 1358

Munculnya bermacam macam sosial media harus diakui memang membuat hidup menjadi lebih mudah, terutama dalam soal informasi.  Hanya dengan meng-RT satu pesan di twitter berita kecil jadi terasa sangat penting dan mendapat sorotan tajam. Belum lagi banyak orang orang yang mendadak menjadi selebriti di dunia maya cuman karena tulisan pendek sepanjang 140 karakter di twitter.

http://www.penn-olson.com/2009/10/18/20-hilarious-twitter-comic-strips/

Tapi saya bukan mau bahas itu, udah bejibun tulisan yang mengomentari soal fenomena sosial media.  Buat saya sendiri, dengan sosmed saya jadi tau terlalu banyak tentang seseorang atau orang lain diluar yang orang itu pikir. Wah gimana tuh? Kalo bahasa kerennya saya sering jadi “stalker” alias menyelidiki seseorang melalui jaringan sosialnya. Kalau jaman dulu, media curhat mungkin hanya buku harian yang disimpan rapat rapat di lemari dan nyaris jadi barang dengan tingkat confidential yang sangat tinggi, kini hampir semua orang doyan curhat di internet. Banyak yang mengungkapkan ide, gagasan dan pemikiran tapi lebih banyak lagi yang mengumbar masalah pribadi yang akhirnya jadi tidak pribadi lagi. Wah, ini sasaran empuk banget buat tahu “dapur” seseorang bagi detektif cap kacang buncis seperti saya.

Sebagai contoh, beberapa bulan yang lalu ada karyawan baru di kantor saya, gayanya sih oke, percaya diri dan keliatan cukup cerdas. Eh, siapa nyana gak sampai dua minggu ia pamit pulang ke kampungnya di Medan sampai batas waktu yang belum ditentukan dengan alasan masalah orang tuanya yang sangat mendesak.  Lucunya ia juga tidak mengajukan surat pengunduran diri, dengan alasan jika sudah selesai ia akan kembali aktif. Ini pasti alasannya karena gak enak “baru dua minggu”. Membaca gelagat yang kurang enak, saya yang ada bakat dikit jadi paranormal KW 5, iseng meng-googling namanya berharap ketemu facebook, twitter atau sejenisnya untuk tahu bagaimana anak baru itu sebenernya. Dan ternyata, kebohongan besar terungkap, saya menemukan akun twitternya yang sejak seminggu sebelum ia keluar sudah sesumbar akan pindah kerja. Malah pake embel embel, “enak banget dapet tawaran kerja di dua tempat sekaligus”.. Bego-nya lagi, ia “lupa” atau gak ngerti sehingga map location-nya terlihat di timeline-nya. Jreng jreng…daan ia masih ada di Jakarta!!  Manajer HRD kantorku seperti kebakaran jenggot. Kalo saya sih mikirnya, duh..gw jangan sampe deh dikadalin sama anak kemaren sore. Lucunya  lagi ketika dikonfirmasi, ia bilang, akun tersebut di-hack seseorang. Sesuatu yang sangat mustahil mengingat dalam satu minggu terakhir hingga pagi harinya ia terus menerus bicara tentang kepindahan kerjanya itu. Kadung ketahuan, besoknya saya cek lagi, akun itu sudah gak ada.. Hahahahahaha.. *ketawa penuh kemenangan*

Contoh yang jelek bukan?  Makanya hati hati deh, meski di list follower, kamu yakin gak ada orang yang berhubungan dengan “rahasia”-mu, inget.Mbah Google itu luar biasa jago dan banyak orang yang lebih cerdas dari kamu di luar sana. Kecuali kalo kamu memang pengen eksis dan ngetop sih, beda perkara tuh..

“Fungsi” lain lagi (ini sebenernya gak baik diikuti), saya pribadi beberapa kali mem-follow seseorang bahkan dua atau tiga orang untuk mendapatkan info tentang orang yang lain lagi 😀 Hihihihihi. Sasaran utamanya biasanya bukan orang yang sangat aktif di internet, so untuk tau lebih banyak tentang dia, bisa dengan mengamati timeline lingkungan sekitarnya yang sangat membantu (sekali lagi: hihihihi…). Memang sih, apa yang dituangkan dalam 140 karakter itu gak selalu bisa menggambarkan isi hati atau kondisi penulisnya, tapi paling tidak ..banyak sekali yang bisa diraba dari sana, tinggal bagaimana kita secara cerdas bisa mengolah informasi itu (ceilee..berat bener bahasanya..) Bukan itu saja, dengan mem-follow satu orang kita bisa menjumpai orang orang lain disekitarnya yang pasti ada hubunganya dengan sasaran kita. Kan pada dasarnya dunia setiap orang itu seperti lingkaran, udah kemana mana ujungnya tetap di sana sana juga. Oya, tips dari saya, kalau semua info sudah terkumpul, lebih baik kamu stop mem-follow atau me-remove orang tersebut. Yah, jangan sampe ketauan dong, kita mata-matain Hihihihi..

Pada dasarnya relatif mudah mengetahui seseorang dengan internet. Akun twitter terkenal seperti @poconggg yang pemiliknya sempat membuat penasaran jagad twitter akhirnya terkuak juga berkat kejelian para stalker stalker ini. Diri kita sendiri tentu tidak luput dari “bahaya laten” seperti ini. Oleh karena itu lebih baik berhati hati jika memang ada hal hal yang tidak perlu diketahui orang. Terkadang kita memang merasa itu bukan hal penting tapi kepentingan masing-masing orang di sekitar kita berbeda beda, bisa aja hal hal tidak penting bagi kita jadi informasi yang sangat penting bagi orang lain.

Hits: 858

Saya lupa deh, apa pernah membaca buku penulis yang satu ini. Mungkin yang Parasit Lajang saya punya, tapi mungkin karena saya tidak sealiran dengan gaya penulisan dia, jadi tidak ada kesan yang mendalam setelah membaca buku itu.  Saya tau Ayu Utami bukan dari buku-bukunya tapi dari berbagai statement-nya di media massa  (seperti diungkap di bukunya itu) yang mati matian mengatakan: “Saya Tidak Akan Menikah”.

Ini ada beberapa kutipan hasil googling saya tentang pernyataan Ayu:

“Saya tidak mau menikah”, itu prinsip yang kini saya pegang. Di buku Parasit Lajang, saya menuliskan 10 alasan untuk untuk menikah. Salah satunya yang penting bagi saya, menikah itu selalu menjadi tekanan bagi perempuan. Meskipun kita selalu bilang bahwa menikah adalah pilihan, tapi dalam kenyataannya menikah itu jadi satu satunya pilihan. Karena, kalau tidak menikah, perempuan akan diejek sebagai perawan tua, dan sebagainya. Yang pada akhirnya, membuat si perempuan jadi berada di bawah tekanan.

Nah, saya ingin menghimbau atau mengajak atau sebetulnya bilang kepada orang lain, kenapa sih kita harus menikah? Tapi kalau ajakan itu hanya sekadar kata-kata saya, apa artinya. Makanya, saya harus konsekuen juga dengan ajakan tersebut Saya menunjukkan bahwa tanpa pernikahan pun saya bisa bahagia. Di satu pihak saya juga ingin menyadarkan masyarakat akan dua hal. Pertama, bahwa dalam realitanya hubungan seks itu bukan hanya ada dalam pernikahan. Yang kedua, hubungan seks dalam pernikahan sendiri bukan berarti lebih baik dari hubungan seks di luar itu.

Tentunya, sewaktu saya memutuskan untuk tidak menikah, keluarga saya, terutama ibu, sempat merasa sedih. Sampai sekarang-ibu tetap ber- harap suatu saat saya akan menikah. Sebaliknya, di luar perkiraan saya, bapak malah menerima keputusan ini dengan enteng. Buktinya, sewaktu kakak saya menikah, dia bilang ke para tamu kalau ini pestanya yang terakhir. “Karena anak bungsu saya enggak akan kawin,” itu kira-kira omongan bapak ke para tamu.

Untuk jadi seorang ibu? Saya juga tidak memiliki keinginan. Ngapain lagi bikin anak, toh pen- duduk Indonesia seka- rang sudah padat seka li. Makanya, saya suka bingung kalau melihat teman-teman saya yang anaknya banyak. Di benak saya akan muncul satu pertanyaan. Apa mereka enggak pusing ya mengurus anak sebanyak itu? 

Tiba tiba pertengahan Agustus ini merebak kabar dari twitter dan fesbuk, ternyata si Parasit Lajang ini, baru saja melangsungkan pernikahan. Wahhh.. tentu saja kalo saya kenal Mbak Ayu, saya pasti akan mengucapkan selamat duluan. Tapi dasar saya emang kerjanya suka ngusilin orang saya coba cari tau, apakah Ayu sudah melanggar “sumpahnya”?  Yukk.. Ternyata saya temukan jawabannya di twitter beliau dengan akun @BilanginFu sebagai berikut :

@BilanganFu Ayu Utami 

Waktunya memperjuangkan agar perempuan dihargai di dlm maupun di luar perkawinan.

20 Aug 

@BilanganFu Ayu Utami 

Sblm ini, sy mprjuangkan agar prmp bebas dr rasa takut tidak menikah, jd perawan tua/ tdk perawan sblm nikah. 

20 Aug 

@BilanganFu Ayu Utami 

Ketidakmenikahan sy adl tindakan politik. Kemenikahan sy adl tindakan iman

20 Aug 

@BilanganFu Ayu Utami 

Jika sy tidak menikah, itu adl ajakan spy peremp tak takut utk sendiri. Jgn takut jadi perawan tua atau jadi tidak perawan.

20 Aug 

Yaah..gak ada yang salah sih dari semua pendapat dia, bener banget.. Tapi pasti semua orang bertanya tanya, mana bukti dari apa yang dia dengung dengungkan selama ini?? Duh, kata temenku Mbak Ayu kayaknya lupa.. semua yang dia bilang sebelumnya itu keputusan dia.. Ada Tuhan loh yang Maha menggerakkan dan merubah hati dan keputusan manusia semudah manusia membalikkan telapak tangannya. Tidak menikah pun sekarang sudah bergeser menjadi fenomena “biasa” di sebagain lapisan masyarakat di kota besar. Tapi mbak.. tetep looo gak boleh lupa, salah satu kodrat alias cetakan manusia dari sononya itu salah satunya menikah. Hanya salah satu looo… tapi bisa jadi salah satu yang paling besar.

Dah segitu aja, Mbak Ayu.. hanya sebuah pemikiran kecil.. Happy Life ya, Mbak.. Salam buat suami.

Hits: 1225

Lima tahun yang lalu mungkin kita semua belum tau ada istilah Sosmed alias sosial media, tapi sekarang “hewan” yang satu ini seakan sudah jadi bagian hidup manusia mau yang di desa apalagi di kota. Ibarat udah jadi kebutuhan primer, facebook dan twitter sudah jadi media komunikasi baru yang mungkin dulu bisa jadi tidak pernah diduga oleh penemu internet. Gak buka fesbuk, gak twitteran sehari kayak makan gak pake sambel.  Belum habis demam dua sosmed itu, sekarang muncul lagi macem macem sampe gw sendiri gak hapal. Mulai dari Tumblr, Heello, Google+ belum yang fungsinya spesifik dan dikembangkan dari yang sebelumnya pernah ada seperti Linked atau Multiply. Sempet juga ada MySpace, Plurk ato beberapa jenis temen-temennya Friendster. Tambah lagi sekarang hampir semua aplikasi bisa di-link ke sekian banyak merek merek yang disebutin barusan. Gara gara sekian aplikasi itu, orang jadi sulit berbohong lagi ngapain, lagi dimana dan sama siapa semua terlacak. Bahkan terkadang sosmed bisa membuat kita tau kepribadian seseorang dengan baik tanpa harus mengenal dia lebih jauh.

Udah banyak banyak begitu, apa kita juga kudu bikin akun di semua aplikasi? Kalo yang saya liat sih, anak anak muda khususnya ABG Labil rata-rata pasti punya akun di minimal dua sosmed.  Gak gaul dan gak alay banget kalo sampe gak update di sekian banyak sosmed. Lah, trus tujuannya apa? Buat nambah temen? Buat gaya dan tambah eksis atau biar gak ketinggalan jaman doang? Beda umur, beda pergaulan pasti beda tujuan.

Kalau tujuannya hanya untuk gaul, biar gak ketinggalan jaman, pesen saya sih gak perlu deh buka sekian banyak akun sosmed. Selain repot ngurusinnya, ngabisin waktu, pasti ngisinya juga gak optimal. Namun ada beberapa alasan kenapa kita harus aktif di sosmed yang jika dimanfaatkan dengan baik, keuntungannya banyak sekali selain sebagai tempat untuk mengememukakan pendapat, uneg uneg atau sekedar iseng

 

Gak perlu deh bikin akun di semua sosmed, kita bisa pilih pilih sesuai pertimbangan seperti di bawah ini;

  1. Sarana komunikasi. Yang pasti manfaat utama SosMed itu untuk menjalin silaturahmi. Inget..silaturahmi itu ibadah dan berpahala lo. Kadang saat menunggu sesuatu, lagi jenuh kita bisa iseng ber-say Hi ke teman teman atau keluarga  yang jauh via sosmed. Cari sosmed yang paling banyak digunakan oleh kerabat dan handai taulan kita.
  2. Sarana promosi. Sekarang sudah banyak perusahaan perusahaan besar yang menggunakan sosmed untuk sarana promosi produk mereka atau untuk menjalin komunikasi dengan customernya. Kenapa kita yang individu gak? Gak mesti produk jualan lo.. bisa jadi promosi kegiatan, promosi tulisan kita di blog atau yang lain lain sejenis. Bicara marketing di Sosmed, sepertinya di google banyak banget tuh.. monggo googling ajah..
  3. Sarana Kebutuhan Khusus. Pilih Sosmed yang sesuai kebutuhan. Saat ini twitter emang paling oke untuk menyebarkan informasi yang cepat dalam sekejap. Semantara itu Linked sangat baik digunakan untuk promosi diri untuk pekerjaan profesional. Sudah semakin banyak HRD yang mencari calon kandidatnya melalui sosmed ini. Buat jualan sekarang multiply sudah diperbaharui khusus untuk online shopping. Yang demen fotografi  posterous dan tumblr boleh dicoba.
  4. Sarana Jajak Pendapat. Maanfatin sosmed untuk survei, penelitian dan jajak pendapat. Kalau dulu untuk tau pendapat orang lain atau masyarakat mungkin kita perlu waktu berminggu-minggu. Kini melalui sosmed, dalam sekejap kita bisa tau respon masyarakat terhadap satu hal yang trend atau memang sedang menuju trend. Nih buat kamu kamu yang perlu data beginian, sosmed ampuh banget deh..
  5. Sarana Beramal. Membantu orang via Sosmed. Ini sekarang lagi trend. Mulai dari mencari orang hilang, penggalangan dana anak cacat sampe bantuin kemanusiaan bencana alam.

Asyikk kan.. jadinya twitter dan teman temannya itu gak buat tempat curhat doang…

Hits: 663


Yihaaaa.. Ini beneran gak bermaksud pamer dan saya juga sama sekali gak pernah ditunjuk jadi brand ambassador-nya Apple. Agak ketinggalan juga kali yee..tapi seneng buanget..karena Ssstt…dan bocorannya ini juga gratisan.. Hahahaha.. Jadi itu lebih membuat bahagia. Sutralah, gak penting asal usulnya.. yang penting sekarang berasa makin eksis aja dengan iPad2 keren bersarung warna hejo ini.

 

 

Karena stok iPad 2, 3G lagi kosong dimana-mana dan setelah dipikir pikir aku tidak terlalu perlu online di iPad tiap saat, aku pilih yang Wifi saja. Toh, hidup saya lebih banyak di kantor yang pasti ada wifi-nya. Yah, emang sih kalo di kantor atau di kampus pasti ketemu wifi. Nah, gimana ngakalinnya biar tetep bisa konek saat berada di lokasi tanpa wifi? Tentu saja adaa.. saya beli Modem 3G wifi yang sekaligus berfungsi sebagai router. Produknya kecil mungil dan bisa dikantongin.

Produk ini sih emang masih baru, tapi kalo diitung itung beli iPad wifi plus modem 3G tadi jatuhnya malah lebih murah dibanding beli iPad 3G. Saya juga punya pertimbangan lain, yaitu pengiritan biaya internet. Saya sudah terbiasa menggunakan modem USB biasa dengan 1 kartu selular unlimited untuk internet. Kalo saya pakai iPad 3G, itu berarti saya butuh 2 kartu, karena menjadi tidak praktis kalau harus mindah-mindahin kartu dari iPad ke Laptop. Apalagi simcard buat iPad itu harus dipotong dari ukuran aslinya (micro chip).  Dengan modem ini juga kita tetap bisa konek via laptop (bye bye modem USB), bahkan bisa dipake hingga 5 user..

Niatnya sih, kalo punya iPad lebih rajin baca Ebook, cari informasi yang berguna buat kerjaan dan kuliah. Eh, ternyata gak tuh.. dalam seminggu ini, aku sangat sibuk mengunduh berbagai macam game dan macem macem aplikasi sosial media. Wah, gak bener nih.. tapi emang sih pada dasarnya iPad tidak bisa menggantikan fungsi laptop, akhirnya seperti juga sekian juta umat Indonesia, iPad ini Cuma bagian dari life style. Yaah, bahasa kerennya buat gaya-gayaan doang. Toh gw (masih) males tuh cari artikel serius dengan iPad. Baca email juga seadanya. Aku masih berprinsip, yang serius serius itu dikerjainnya depan laptop, iPad apalagi BB itu hanya fungsi komplementer saja.

Hadoohh..sekarang saya mendadak sibuk ngajarin Mama maen angry bird dan make Skype buat liat cucunya di Amerika..

 

Hits: 750

Alhamdulillah..senengnya, dalam dua minggu terakhir dapet banyak kebahagian dan penghargaan atas hasil sebuah “kerja keras” . Pake tanda kutip tuh kerja keras-nya, secara sebenernya gak keras keras banget sih, ada dikitlah males malesnya…

Pertama, tau tau dapet penghargaan jadi pemenang ketiga untuk lomba menulis dalam rangka Visit Banda Aceh Year 2011. Lumayan, dapet duit jajan tambahan. Gak nyangka banget, soalnya aku nulis “curhat” seperti biasa, bahkan baru sekali-kalinya nulis di ponsel dan besoknya di hari terakhir submit naskah, baru bisa aku kirim. Alhamdulillah… Tulisannya yang ini http://www.vikaoctavia.com/2011/06/mengapa-aceh/

 

Yang paling membahagiakan, tentu saja, akhirnya aku berhasil menyelesaikan studi masterku di Program Studi Magister Manajemen Sistem Informasi, Universitas Bina Nusantara, lebih cepat dari bayanganku semula. Waktu 16 bulan sungguh gak kerasa. Terharu sih, soalnya dalam kurun waktu itu pengorbanannya lumayan banyak, dari materi, waktu, pikiran dan perubahan dengan lingkungan sosialku.  Serunya mungkin ini peristiwa dimana aku nervous dan gugupnya keterlaluan. Duh, sampe pake acara sakit perut seharian, hilangnya setelah sidang. Aku pikir awalnya itu bukan stress, emang sakit perut, sembelit..Ternyata kata temenku, kadang orang stress emang suka gak sadar kalo dia stress. Hihihi.. Yang bikin gugup lagi, aku harus menghadapi tiga dosen penguji (tanpa didampingi pembimbing) yang sangat senior dan sudah cukup punya nama. Nambah lagi stress-nya manakala dua orang mahasiswa sebelum giliranku ditanyakan belum lulus, alias harus ujian ulang. Hadohhh.. gimana guee?!! Alhamdulillah… Allah ngasih ketenangan hati dalam kegugupan itu..

Makasih yang luar biasa buat keluarga dan temen-temen yang mendukung dengan gila-gilaan selama setahun ini, mulai dari minjemin duit, nyariin contekan, ngajak karaoke saat suntuk ujian… Akhirnya..

 

Hits: 727

Hampir tiap malam di komplek rumah saya, di Bogor ada tukang buah pikulan yang lewat. Dari mulai pisang, pepaya hingga duren dibawanya berkeliling. Sedikit aneh, karena biasanya pedagang buah keliling beroperasinya siang, nah.. yang ini kok malem ya,.. Mungkin saja dia sempet belajar prinsip diferensiasi dalam marketing, karena siang kompetitornya banyak, jadilah ia jualan malam hari (kali, hehehe..) Pernah sekali saya tanyakan, ternyata dia kalo siang, jualan di pinggir jalan di kampung sebelah. Ohhh… pantes.. Bukan itu saja, bagian yang membuat saya sangat terharu adalah dia buta..saudara saudara!! Jadi dalam berjualan ia selalu ditemani satu orang lain, entah itu istrinya atau anaknya, yang menuntunnya untuk berjalan, sementara ia sendiri memikul keranjang buah yang sangat berat itu di kedua bahunya.

Mungkin banyak yang menganggap ini biasa, tapi kok saya pribadi sangat terharu. Sementara banyak banget manusia sehat dan normal kerjanya males-malesan (termasuk saya). Dipikir pikir berapa sih penghasilan dari jualan buah itu, bisa jadi gak lebih dari uang sekali “nongkrong nongkrong” saya dengan teman teman buat cekakak cekikik.. Duh saya miris banget… Bukan sok sosial dan humanis ya.. tapi terus terang diliatin yang beginian sama Tuhan bikin saya selalu melek, kalo gak boleh boros, banyak banyak sedekah, menghargai kerja keras dan yang pasti banyak banyak bersyukur. Oke,stop,. Kalo diterusin ntar kesannya menggurui secara saya belom jadi ustadzah. Hehehe..

 Sementara itu, di Jakarta yang hanya berjarak 40 km dari Bogor, ada sekelompok manusia lain yang rela mengantri barang teknologi baru bernama Ipad dan Galaxi Tab hingga berjam jam. Jaman dulu antrian begini seingat saya hanya waktu pertama Jco Donuts buka, dan itu juga harga per potong rotinya gak lebih dari Rp 10 ribu. Nah, gelombang antrian Ipad dan Galaxy Tab itu sungguh tidak main main, barang yang di-antri hingga 200 meter itu seharga minimal Rp 6 juta per unit. Anomali dan kesenjangan yang sangat lebar jika dibandingkan dengan Bapak tua tadi.

Sama sekali gak men-judge orang yang ngantri panjang panjang itu.. Wong saya juga kalo ada yang ngasih duit buat beli Ipad mau juga ngantri *nyengir* . Yang satu buat makan aja harus terseok seok dengan keterbatasan fisik, usaha tetep kenceng. Nah yang lain, beli barang mahal ngantrinya udah kayak beli kacang goreng aja. Sedih. Secara pribadi saya belum bisa banyak berbuat untuk orang-orang yang kurang beruntung itu, saya hanya bisa sedikit ngasih doa, semoga Tuhan mendengarkan doa kita, Semoga pendidikan di negara ini makin maju, biar banyak yang pinter, biar gak miskin dan satu lagi, semoga kita kita yang sudah berkecukupan ini makin tinggi semangat membantu sesamanya, dalam hal apapun. Amin

Hits: 856
source :http://vanyalessandra.blogspot.com/2010/06/emansipasi-samakan-hak-tapi-bedakan.html

Tulisan ini tercetus dari satu riset dimana saya membantu seorang teman untuk sebuah organisasi profesi yang cukup vokal di tanah air. Intinya begini, mereka ingin tahu apakah terjadi kekerasan untuk perempuan dalam profesi ini. Survei dilakukan di tujuh provinsi besar di Indonesia untuk mewakili semua penjuru negeri yang luas ini. Hasilnya, kekerasan dan diskriminasi ternyata hanya dirasakan kurang dari 10% perempuan pada profesi ini. Jumlah ini relatif sedikit dari total 14.000 orang yang ada di profesi ini. Namun menurut organisasi ybs, hasil itu masih perlu digali lagi, karena kenyataannya belum seperti hasil survei tersebut. Memang bisa saja terjadi kelemahan secara statistik pada saat pengambilan sampel, namun kesimpulan saya bukan itu… Masalah gender dan hal hal terkait diskriminasi untuk perempuan lama-lama sudah mengada-ngada alias dicari cari.

Terlepas dari survei itu, dengan kemampuan saya yang terbatas dan pengetahuan saya yang (mungkin) belum luas, menurut saya, saat ini –anggaplah 15-20 tahun terakhir- ini, jika masih ada pertanyaan berbunyi: apakah ada diskriminasi terhadap perempuan pada profesi A, B atau C? Sumpah, menurut saya itu lucu.  Saya perempuan, saya merasakan untuk semua pekerjaan yang pernah saya jalani, tidak ada perbedaan. Sudah gak jaman orang meributkan soal gender, yang dilihat sekarang kemampuan, pengetahuan dan eksistensi.

Memang masih kita temukan kasus-kasus kekerasan atau diskriminasi yang obyeknya perempuan, tapi bagi saya (sekali lagi yang awam ini), itu bukan masalah gender tapi isu kekerasannya-lah yang harus diangkat.  Pelakunya siapa, kenapa terjadi begitu. Bukan sebaliknya: karena obyeknya perempuan maka urusannya jadi urusan gender. Sudah sangat jelas, sekarang laki laki dan perempuan itu sama saja, apalagi kalau urusan profesional. Coba bilang ke saya, masih adakah profesi  (yang menggunakan otak bukan otot) dimana perempuan itu dipandang sebelah mata? Lagi-lagi semua kembali ke kemampuan kok. Perempuan pintar sudah dimana mana sekarang, yang mengalahkan laki laki juga tidak sedikit. So..sangat aneh, kalo ada yang masih suka menggali-gali adanya diskriminasi terhadap perempuan.

Jaman dulu iya,…mungkin waktu jamannya Ibu Kartini, Cut Nyak Dien ato siapalah generasi mereka itu. Nah, berarti kalau sekarang masih ada yang menowel-nowel soal diskriminasi dan “sok” memperjuangkannya, duh… gak salah jaman yah?? Kasian bener… Saya malah tersinggung kalau ada yang nanya apakah pernah merasakan diskriminasi karena kamu perempuan? Oh, Tuhan… kerjaan saya kerjaan otak bukan otot…dan lingkungan kini semakin maju, orang-orang semakin terbuka, open minded… Itu jelas jelas pertanyaan yang salah tempat.

Menurut saya gak perlu tuh ada lembaga yang khusus ngurusin masalah gender dan partisipasi perempuan. Karena dengan perkembangan jaman dan pendidikan, its automatically!!! Malah yang perlu diurusin itu, perempuan dengan emansipasi kebablasan yang lupa sama kodratnya sebagai perempuan dan sebagai IBU.  Partisipasi wajarlah, secara katanya (katanya….) jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki, maka dari itu perlu “diaktifkan” atau apalah istilahnya, tapi jangan dibuat ekslusif lah.. Mau bagaimanapun, bener kata nenek moyang kita dulu..perempuan tetap akan kembali ke keluarganya dan itu sesuatu yang luarrrr biasaaa…lebih dari profesi laki laki terhebat di dunia. Terus ada juga embel-embelnya: perlindungan terhadap perempuan. Waduh… sebegitu rentankan perempuan?? Kenapa sih tidak membenahi yang lain misal, moral kaum laki laki, bukan begitu? Jadi  sedikit ambigu, kenapa fokus ke obyeknya sih..kenapa tidak fokus ke subyeknya??

Membuat perempuan menjadi demikian eksklusif sebenarnya malah “melemahkan” perempuan itu sendiri. Karena tanpa dibuat ekslusif dengan istilah gender, diskriminasi, perlindungan dsb..dsb.. perempuan sudah mahluk yang istimewa kok..

Quote ini saya buat di 2008, tapi masih menjadi quoate favorit saya hingga hari ini..

Bagiku, tanpa emansipasi sekalipun perempuan itu adalah mahluk yang istimewa.   Istimewa karena ia punya hati untuk memberi ketegaran kepada orang-orang yang dicintainya. Menjadi labuhan terakhir keluarganya dalam duka, punya ketulusan untuk mencintai dan punya kekuatan untuk menumbuhkan kekuatan  dalam setiap langkah  orang-orang yang mencintainya.  Lebih Istimewa karena aku percaya pada anak-anak yang hebat ada ibu-ibu yang hebat di belakang mereka dan di belakang setiap laki laki hebat pasti ada wanita yang lebih hebat.

And.. I always proud being a woman..

*tulisan ini hanya pendapat saja, semoga tidak ada pihak pihak yang tersinggung atau “merasa-rasa”..

Hits: 784

Saya tidak tinggal aceh, sama sekali tidak berdarah Aceh, tidak juga lahir di Aceh dan tidak punya keluarga di Aceh.. Tapi saya cinta Aceh, bukan karena saya pernah jatuh cinta dengan orang Aceh bukan juga karena saya pernah mampir bekerja di Aceh. Alasannya sederhana, karena saya feel hommy sejak pertama kali menginjakkan kaki di sana.

Saya pertama kali ke Aceh pertengahan 2007, untuk bekerja di suatu lembaga yang menangani proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca tsunami.  Itu adalah pengalaman pertama saya bekerja di luar Jakarta. Jenuh dengan segala tetek bengek ibu kota dan ingin sesaat lepas dari Jakarta, saya terima sebuah kontrak kerja selama enam bulan dan meninggalkan pekerjaan tetap saya yang cukup menjanjikan di sebuah perusahaan multinasional di Jakarta.  Keputusan yang agak sedikit ribet dan meragukan waktu itu, tapi dengan berbagai lika liku, singkat cerita tepat 2 Juli 2007 saya terbang ke Aceh.

Apa bayangan saya sebelum berangkat? Aceh itu menyeramkan! Isu GAM masih mewarnai pemberitaan media, daerah rawan dimana mana, belum lagi saya akan bekerja untuk pembangunan kembali daerah yang sempat porak poranda karena tsunami ini. Bayangan saya tentang Aceh pun ketika itu jauh dari kondisi normal. Ibarat di pedalaman, jauh dari keramaian dan hedonitas penduduk Jakarta yang senang karaoke seperti saya. Saya ingat, koper pertama saya ke Aceh besarnya hampir segede kulkas satu pintu. Mau tau isinya? Mulai dari sabun cuci, peralatan mandi, indomie sampai buku buku bacaan untuk membunuh waktu, karena dalam pikiran saya pasti akan banyak waktu tanpa aktivitas berarti selain di rumah saja. Kalo ingat itu saya ketawa sendiri sekarang. Betapa waktu itu mata saya sangat tertutup akan Aceh.  Saya pikir selama 6 bulan kontrak kerja itu, akan sangat sulit pulang ke Jakarta, jadi semua stok harus siap.  Lebih Lucu lagi waktu berangkat, beberapa sahabat saya ikut mengantar ke Bandara, ibarat saya mau pergi jauh dan lama baru kembali, persis seperti rombongan kecil pengantar jamaah haji.  Eh, kalo sekarang inget itu gak lucu lagi sih.. Malah jadi norak. Hahahahaha.

Tiba di Aceh pertama kali jam 12 siang, disambut cuaca yang sangat panasss. Setelah mendarat saya sms semua kerabat mengabarkan saya sudah tiba di tujuan dengan selamat. Isi smsnya pun saya masih ingat: “Alhamdulillah saya udah sampe,.. Banda Aceh panass gilaaaa” dan dibalas dengan kata kata menyemangati.  Lalu, dasarnya saya bukan orang yang cepat bisa beradaptasi dengan lingkungan yang benar benar baru.. Saya takut sekali homesick, sayat gak betah, sampai takut gak punya teman (ini serius) yang akhirnya dikhawatirkan mempengaruhi ke kerja profesional saya. Terus terang ketakutan itu sempat membuat bimbang seminggu sebelum keberangkatan.  Yang ajaib, tiba tiba hal itu sirna begitu saja ketika pertama menginjakkan kaki di pintu gerbang tanah rencong ini, tepatnya ketika melewati Simpang Surabaya.

Why? I don’t know…. It was an undefined feeling.

Hari itu juga pertama berkantor di Lueng Bata. Bayangan saya akan penuh bekerja dengan penduduk asli Aceh sedikit berubah, karena ternyata di divisi saya itu, separuh lebih juga orang pendatang seperti saya. Lambat laun saya pun bisa menyesuaikan diri dengan rekan rekan kerja yang baru, lingkungan dan masyarakat disana. Asumsi saya sebelumnya, akan banyak waktu tanpa kegiatan yang jelas ternyata salah besar.  Hari hari saya disibukkan dengan menikmati Aceh yang sebenarnya. Kontrak enam bulan pertama itu akhirnya pun berlanjut hingga 2 tahun lebih itu masih ditambah sekitar 1 tahun  bolak balik Jakarta-Banda Aceh. Selama masa kontrak saya juga hampir sebulan sekali kembali ke Jakarta, sekedar melampiaskan rindu akan ibukota. Jauh dari bayangan saya sebelumnya yang seolah olah akan “terbenam” di pedalaman.

Aceh itu indah, hingga dua tahun menetap disana, saya hampir lupa dengan Jakarta. Nyaris tidak ada kesan seram yg selama ini didengungkan. Yah, ini juga mungkin karena saya menetap setelah Perjanjian Helsinki. Namun konotasi akan masyarakat yg tidak ramah, kejam yang beritanya sempat diwakili oleh GAM nyaris tidak pernah saya temui.

Kalau soal pantai, saya memang bukan traveler, tapi saya pernah berkunjung ke beberapa lokasi pantai di Indonesia seperti Bali, Yogya, Lampung, Makassar dan Lombok termasuk negara tetangga seperti Thailand, tapi saya berani bilang: Heiii.. Come to Aceh you will see more than those!! Intinya gak usah jauh jauh.. Aceh tidak kalah indah bahkan lebih indah dari semua itu.

Sebelum ke Aceh saya hampir tidak suka kopi pun nongkrong di warung kopi,  tapi balik dari Aceh saya adalah tukang ngopi, meski bukan kopi hitam. Saya penikmat berat sanger dingin (sejenis kopi susu ala Aceh), sekali duduk saya bisa minum hingga dua gelas ukuran besar. Hmm.. Apa nikmatnya? Jangan samakan warung kopi di Aceh dengan Starbucks yang menjual penyajian berstandar internasional, kursi empuk dan AC superdingin.  Semua itu hampir tidak akan ditemui di warung kopi Aceh. Kursinya keras (sungguh sebenarnya bukan dirancang untuk duduk berlama lama), tidak ada pelayanan kelas dunia dan jangan berharap ada AC.  Harga kopinya pun bisa hingga sepersepuluh Starbucks. Tapi saya yakin kalau anda pernah mencoba dan mengerti akan kopi, anda bisa jadi merasa rugi beli Starbucks yang lebih menjual gaya hidup itu. Kopi Aceh is amazing. Lebih dari itu ada hal lain karena ternyata dengan uang 5000 perak ada makna kekerabatan yang sangat kental dari segelas kopi. Pembauran berbagai strata masyarakat seolah mencerminkan kebersamaan dan kekeluargaan yang tanpa batas.

Ah, saya tidak bisa bercerita banyak soal pantai, keindahan alam dan segelas kopi Aceh dengan bau bau promo pariwisata. Terlalu banyak web dan artikel yang sangat ahli untuk itu. Saya cuma ingin bilang: Saya pernah menikmati semua itu dan its really priceless. Saya mencintai Aceh..mencintai sahabat sahabat saya dan masyarakat disana yang ramah dan mulai terbuka akan dunia luar, jangan salah lho, Aceh sekarang sudah menjelma menjadi salah satu provinsi digital di Indonesia. Saya berani bilang, jumlah WiFi di Aceh mungkin lebih banyak dari Jakarta dan semua itu bisa dinikmati dengan gratis alias  free, cukup dengan duduk di warung kopi dan memesan minuman seharga tidak lebih dari Rp 6000,-  Anda sudah bisa menjelajah dunia ditemani cuaca Aceh yang panas namun bebas polusi.

Datang ke Aceh nikmati indah alamnya, keramahan penduduknya, keunikan budayanya dan pelajari begitu banyak lesson learn pasca tsunami 2004 yang merupakan salah satu bencana besar dunia. Rasakan bagaimana tsunami yang sempat meluluhlantakkan Aceh kini nyaris tak bersisa kecuali berbagai monumen, museum, pemakaman massal dan tonggak tonggak sejarah lain sebagai wujud pembangunan yang siginifikan sekaligus menjadi bukti bahwa Aceh patut diperhitungkan. Hikmah besar tsunami adalah Aceh menjadi lebih terbuka akan pembaharuan demi kemajuan.

Aceh adalah cerita buat anak cucu-ku kelak. Pekerjaanku, sahabat-sahabatku, hari-hariku dan romantika suka duka didalamnya, dan yang paling penting; saya bangga pernah menjadi bagian dari Aceh meski itu hanya sesaat..

(tulisan ini menjadi Pemenang ke-3 Lomba Menulis dalam Rangka Visit Banda Aceh Year, 2011)

Sukses untuk Visit Banda Aceh Year 2011.

Berikut beberapa tulisan saya tentang Aceh :

http://www.vikaoctavia.com/2010/01/ngupi-ngupi/

http://www.vikaoctavia.com/2009/08/kenangan-puasa-tahun-lalu/

http://www.vikaoctavia.com/2009/03/296/

http://www.vikaoctavia.com/category/tentang-aceh/

http://www.vikaoctavia.com/2008/08/berburu-makan-enak-di-banda-aceh/

Hits: 1604

Cinta itu spt baris berbaris, perlu maju jalan…tidak cuma jalan di tempat

Cinta kadang seperti anggota DPR perlu “studi banding” utk memperbaiki masalah internal

Cinta itu kadang seperti virus, sulit dibasmi tanpa re-install..

Cinta itu simbiosis mutualisme bukan komensalisme apalagi parasitisme

Cinta itu seperti statistik…butuh cukup sampel dan pengujian berulang untuk menentukan validitas hasil

Cinta itu seperti medan magnet.. tarik menarik selalu ada dr 2 kutub yg berlawanan *tdk berlaku untuk homo*

Cinta itu spt sinetron dan penontonnya; dihina, dicaci, dimaki tapi selalu dinanti

Cinta itu seperti bilangan prima, hanya ada 2 faktor… yaitu dua orang yg ada didalamnya

Cinta itu seperti  mobil, harus selalu punya ban serep buat jaga2 kalo di jalan pecah ban

Cinta itu seperti ojek langganan, setia menunggu dan mengantar sampai tujuan

Cinta itu seperti makan sambel, biar udah kepedasan dan nangis nangis…besoknya diulang lagi..

Hits: 617

Aku bersyukur pernah bersamamu, meski itu hanya sesaat


Aku bersyukur pernah merasakan perhatianmu, meski itu hanya sesaat


Aku bersyukur pernah ada di hatimu, meski itu hanya sesaat


Aku bersyukur pernah menjadi bagian dari hari harimu, meski itu hanya sesaat..



Dan…… aku beryukur pernah jatuh cinta kepadamu,.. meski itu selamanya…


Hits: 704

Dalam sebuah chatting iseng dengan seorang teman laki-laki, aku bertanya: Eh, gw gak pernah tau ciri laki laki dewasa itu gimana ya? Dengan enteng dia di ujung sana menjawab : Laki laki itu pada dasarnya gak pernah dewasa, gak jauh beda sama anak kecil hanya dalam tubuh yang besar. Hihihih… Tentu saja aku ketawa membaca jawaban itu.  Tapi kalo dipikir pikir mungkin ada benarnya juga sih. Again, yang gw tulis di blog kan mostly pengalaman gw sendiri yaaa..  Dan ini adalah salah satunya.

Di kesempatan lain, aku juga sempat ngobrol dengan seorang teman yang sudah menjadi seorang Ibu dari anak laki laki berusia 5 tahun. Ibuk yang ini demen baca buku psikologi anak khususnya anak laki-laki. Dari cerita dia banyak kesimpulan yang aku ambil dimana ternyata laki laki kadang kadang memang mirip anak-anak. Upss.. Gimana ya gw ceritanya.. Hemmm, gini latar belakang keluarga sangat menentukan perkembangan mental seorang anak (laki laki). Menurut sebuah buku yang si Ibu ini baca, anak laki laki umumnya lebih rapuh dibanding anak perempuan, karena itulah tidak heran ada istilah namanya anak mami.  Umumnya sampai usia 6 tahun anak laki laki akan sangat nempel dengan Ibunya, setelah itu hingga usia 12 tahun biasanya mereka akan mengikuti tingkah pola ayahnya, di masa remaja ini adalah masa masa yang rawan karena pencarian jati diri dimulai. Dari buku itu sangat disarankan anak laki laki pada usia 17-18 tahun mulai tinggal terpisah dari orang tuanya, untuk melatih kemandirian dia. Yaaaa..ini agak susah sih,  misalnya sebuah keluarga anaknya sedikit…dan tuh anak dikepit terus sama maminya.  Mana tega maminya melepas dia tinggal terpisah..Kalo gak jaga-jaga, tuh anak bakal jadi anak mami selamanya..

Dari pengalamanku dekat dengan seorang “anak mami”, ternyata bener banget… Bergaul sama anak mami harus luar biasa extra sabar. Meski umurnya gak balita lagi, tapi sebagian mentalnya gak jauh beda sama balita. Pertama, sangat egois.. Ini berangkat dari keluarga yg selalu dimanja dan selalu diikuti kemauannya.  Jangan berharap bisa mendapatkan balasan hal yang sama ketika kita melakukan sesuatu. Habbit “dilayani” kadang bikin dia lupa untuk memberikan hal yang sama pada orang lain. Nyaris gak ada take and give dengan orang seperti ini.  Kedua; gampang ngambek, tapi gampang minta maaf.  Hihihi.. Sudah gak terhitung kejadian seperti ini terjadi berulang-ulang. Triggernya sih harus aku akui, kadang datang dari diriku sendiri juga. Aku pikir perempuan wajar sekali kalo kadang kadang juga ingin diperlakukan dengan hal sama seperti dia memberikan sesuatu. Karena ybs egois luar biasa… akhirnya jadi keributan yang (tidak) penting.

Read More

Hits: 611