Dalam sebuah chatting iseng dengan seorang teman laki-laki, aku bertanya: Eh, gw gak pernah tau ciri laki laki dewasa itu gimana ya? Dengan enteng dia di ujung sana menjawab : Laki laki itu pada dasarnya gak pernah dewasa, gak jauh beda sama anak kecil hanya dalam tubuh yang besar. Hihihih… Tentu saja aku ketawa membaca jawaban itu.  Tapi kalo dipikir pikir mungkin ada benarnya juga sih. Again, yang gw tulis di blog kan mostly pengalaman gw sendiri yaaa..  Dan ini adalah salah satunya.

Di kesempatan lain, aku juga sempat ngobrol dengan seorang teman yang sudah menjadi seorang Ibu dari anak laki laki berusia 5 tahun. Ibuk yang ini demen baca buku psikologi anak khususnya anak laki-laki. Dari cerita dia banyak kesimpulan yang aku ambil dimana ternyata laki laki kadang kadang memang mirip anak-anak. Upss.. Gimana ya gw ceritanya.. Hemmm, gini latar belakang keluarga sangat menentukan perkembangan mental seorang anak (laki laki). Menurut sebuah buku yang si Ibu ini baca, anak laki laki umumnya lebih rapuh dibanding anak perempuan, karena itulah tidak heran ada istilah namanya anak mami.  Umumnya sampai usia 6 tahun anak laki laki akan sangat nempel dengan Ibunya, setelah itu hingga usia 12 tahun biasanya mereka akan mengikuti tingkah pola ayahnya, di masa remaja ini adalah masa masa yang rawan karena pencarian jati diri dimulai. Dari buku itu sangat disarankan anak laki laki pada usia 17-18 tahun mulai tinggal terpisah dari orang tuanya, untuk melatih kemandirian dia. Yaaaa..ini agak susah sih,  misalnya sebuah keluarga anaknya sedikit…dan tuh anak dikepit terus sama maminya.  Mana tega maminya melepas dia tinggal terpisah..Kalo gak jaga-jaga, tuh anak bakal jadi anak mami selamanya..

Dari pengalamanku dekat dengan seorang “anak mami”, ternyata bener banget… Bergaul sama anak mami harus luar biasa extra sabar. Meski umurnya gak balita lagi, tapi sebagian mentalnya gak jauh beda sama balita. Pertama, sangat egois.. Ini berangkat dari keluarga yg selalu dimanja dan selalu diikuti kemauannya.  Jangan berharap bisa mendapatkan balasan hal yang sama ketika kita melakukan sesuatu. Habbit “dilayani” kadang bikin dia lupa untuk memberikan hal yang sama pada orang lain. Nyaris gak ada take and give dengan orang seperti ini.  Kedua; gampang ngambek, tapi gampang minta maaf.  Hihihi.. Sudah gak terhitung kejadian seperti ini terjadi berulang-ulang. Triggernya sih harus aku akui, kadang datang dari diriku sendiri juga. Aku pikir perempuan wajar sekali kalo kadang kadang juga ingin diperlakukan dengan hal sama seperti dia memberikan sesuatu. Karena ybs egois luar biasa… akhirnya jadi keributan yang (tidak) penting.

Read More

Hits: 611