Orang kerja, gue liburan, orang liburan gue kerja. Yes, hidup memang harus antimainstream. Saya selalu bepergian saat orang-orang lain justru berkutat dengan pekerjaannya, begitu juga sebaliknya. Tapi di liburan natal yang panjang minggu lalu, akhirnya saya memutuskan untuk ikut merasakan eforia liburan yang mirip libur lebaran. Dan, tiba-tiba inget, beberapa bulan lalu saya sempat membeli 1 voucher untuk Oneday Trip ke tiga pulau di Kepulauan Seribu dari TukangJalan DotCom seharga Rp 83 ribu saja. Harga yang relatif murah (banget) untuk bisa menikmati pantai. Dan siapa bilang Pulau Seribu, jelek? Meski belum okeh banget sih…, Pak Ahok masih punya deretan pekerjaan rumah untuk menggarap salah satu potensi wisata bahari Jakarta ini.

Ok, back to the topic, akhirnya saya bersama dua orang teman, pagi-pagi sudah nongkrong di kampung nelayan Muara Kamal untuk menuju 3 pulau Kelor, Onrust dan Cipir. Yah, dalam bayangan saya dan hasil googling kebanyakan, jalan-jalan kesini paling hanya untuk menikmati pantai, main air dan yang paling penting, apalagi kalau bukan ngambil foto sebanyak-banyaknya, dan sesegara mungkin mengunduh ke jaringan sosial media yang kita punya. Sangat Mainstream! Kalau saya sih plus bonus bisa jadi nambah-nambahin tulisan blog. Hehehe

onrust-1

Setiba di Pulau Kelor sebagai pulau pertama yang kami kunjungi, anggapan mainstream tadi mulai berkurang. Di pulau yang pernah menjadi lokasi pernikahan dua artis ternama- ada Martelo, benteng peninggalan jaman Belanda yang bentuknya menyerupai Mini Colloseum di Roma. Tempatnya bagus buat lokasi foto-foto. Lokasinya pun hanya sekitar 30 menit dari Darmaga Muara Kamal. Asiknya, pulau ini kecil banget, ibaratnya cukup dengan pake TOA, kita sudah bisa manggil orang satu pulau. Benteng Martelo adalah bagian dari Pusat Arkeologi Pualu Onrust, yang sebenarnya merupakan kesatuan dari tiga pulau, yaitu Onrust, Kelor dan Cipir. Wujud dan bentuk Benteng Martello adalah  masih terlihat meski tidak sepenuhnya utuh. Di Onrust dan Cipir, kita bisa menemukan lebih banyak lagi reruntuhan bangunan yang nilai sejarahnya sangat tinggi. Onrust sendiri konon berasal dari kata Un-rest, karena pada jaman VOC, pulau ini sangat sibuk sebagai pusat docking kapal-kapal dagang masuk dan keluar Batavia.

20151227_093925

onrust 5
Sisa-sisa bangunan di Onrust

Puas di Pulau Kelor, kami menuju Onrust dan Cipir yang letaknya berkedekatan, akan lebih banyak lagi sisa-sisa bangunan peninggalan Belanda. Mulai dari perkantoran, penjara, rumah sakit bahkan asrama haji. Pulau Onrust dan Cipir dalam sejarahnya memang pernah beberapa kali dialihfungsikan mulai dari docking kapal, penjara (mirip-mirip Nusa Kambangan jaman sekarang) hingga pusat karantina haji pada tahun 1911. Disini juga ada makam Belanda yang antik namun sayang sudah banyak hancur akibar bencana alam dan memang tidak terurus.  Karena pernah juga dijadikan tempat pembunuhan tahanan politik dan perang serta tempat karantina orang-orang berpenyakit menular, gak heran kalau sekarang Pulau Onrust dikenal cukup angker… Hiiiiii…Syeeyeemm..

20151227_104722

Oh ya, jangan lupa mampir ke museum mini yang ada di tengah Pulau Onrust untuk tau sejarah lengkap pulau ini. Sayang, sebagian besar bangsa kita ‘agak males” belajar sejarah, dan tidak banyak yang berpikir bahwa sejarah itu punya nilai jual yang potensial banget sebagai potensi wisata. Kita jauh-jauh ke Amerikah, Eropah pasti disuguhi museum dan wisata sejarah bangsa mereka, Tapi sejarah bangsa sendiri??!! Hmm..ngaku aja dulu sering bolos pas pelajaran sejarah di sekolah.. :p

onrust 3Kalau dihitung ada empat kegiatan yang bisa kita lakukan disini. Selain foto-foto, makan-makan di bawah pohon nyiur dsini juga asyik banget. Kalau mau agak repot emang lebih enak bawa bekal makanan dari rumah, biar kerasa pikniknya. Buat yang mau mandi-mandi air laut juga bisa kok di Pulau Cipir. Meski garis pantainya tidak panjang, tapi pasir putih dan ombaknya yang tidak tinggi cocok buat mandi air laut. tentu saja bagusan disini daripada Ancol yang airnya sudah penuh polusi. Cuma yang masih minim adalah fasilitas untuk mandi atau shower untuk pengunjung. Nah, satu lagi.. buat yang suka melamun, ketiga pulau ini paling cocok buat mancing. Malah menurut saya tembok-tembok pembatas pulau memang dikhususkan buat para pemancing. Bahkan di hari biasa, tempat ini konon lebih ramai didatangi pemancing daripada wisatawan.

Yuk, kesana!

 

Hits: 822

Mimpi apa saya hingga bisa sampai di Las Vegas? Wah ternyata bukan mimpi.  Saya kesana bulan lalu, bersamaan dengan masa karantina Miss Universe 2015. Dan, Alhamdulillah, cukup jadi Miss RT/RW saja saya sudah bisa main judi di Vegas. Upss! Jangan bilang-bilang Bang Rhoma loh! Hahahah.

Di Amerika, Saya dan keluarga tinggal di Arizona yang waktu tempuh dengan berkendara dari ke Las Vegas -yang ada di Negara Bagian Nevada- tidak lebih dari 5 jam. Cukup dekat, karena perjalanan yang nyaman dan infrastruktur yang bagus.  Sepanjang jalan kita juga disuguhkan pemandangan perpaduan hutan kaktus dan pegunungan khas canyon yang keren banget. Tidak heran, karena kami memang melewati Taman Nasional Grand Canyon yang maha tenar itu. Sayang, hingga kali kedua ke Amerika, saya belum sempat kesana. Insya Allah next visit!  Saat saya kesana, cuaca cerah, tapi jangan salah, di luar mobil suhu hanya berkisar 5-7 derajat celcius saja. Brrrr…

Hooverdam, Nevada
Hooverdam, Nevada

Satu jam menjelang Las Vegas, kami melewati Hooverdam. Ini adalah bendungan besar dan terkenal di Amerika yang dibangun pada 1931. Bendungan inilah yang mensuplai hampir seluruh energi listrik di Nevada, California dan Arizona. Uniknya, karena letaknya di tengah-tengah pegunungan membuat pemandangan di Hooverdam ini keren banget. Wajarlah, kalau tempat ini akhirnya jadi salah satu tujuan wisata di Nevada.

Tiba di Las Vegas, saya lumayan suprise, karena setiap sudut kota pasti ada Casino. Minimal slot machine (mesin judi) casino yang nyaris hadir bahkan di toko-toko kecil seperti Indomaret.  Kami menginap di Hotel Harras pas di tengah Las Vegas Bouleverd pusat tourism. Posisi hotel yang strategis ini memungkinkan kita mampir ke tiap pusat keramaian dan hedonisme Vegas cuma dengan berjalan kaki. Jangan kaget, kalau semua (baca: SEMUA) hotel disini punya kasino. Saya sampai bingung, karena front office hotel pun menyatu dengan casino.  

Beda dengan Casino di Macau, di Vegas semua pengunjung boleh berfoto-foto di dalam casino. Saya ikutan mencoba slot machine, mesin casino  yang dibuat dalam berbagai tema, mulai dari kartun anak-anak, film-film tenar sampai ada mesin yang bernama Britney Spears, Katy Perry dan Jennifer Anniston. Meski gak menang, tapi gak juga kalah :p (mungkin kurang sajen) saya anggap aja ini main monopoli. Mainnya juga gak perlu keterampilan khusus, bener-bener semua tergantung luck. Kalau menang kita tinggal mencairkan sendiri uangnya ke ATM khusus casino yang banyak bertebaran. Sangat computerize!

jilbabers goes to Casino? you mean it!
jilbabers goes to Casino? you mean it!

vegas 7Di beberapa bagian casino, selalu dijumpai tulisan : You Know When To Stop, dengan peringatan panjang lebar persis seperti peringatan bahaya di kemasan rokok. Yes, “berjudi” pun perlu kedewasaan. Dan yang pasti “kedewasaan” itu belum dimiliki sebagian besar masyarakat kita.  Kalau model casino begini dilokalisasi-kan di Pulau Seribu. Bisa jadi banyak orang yang alih profesi menjadi penjudi. Yah, memang sih…hal begitu juga pasti ada di Las Vegas, hanya karena sudah menjadi atraksi turis, kondisi itu jadi tidak kentara. 

Karena Las Vegas, sering juga disebut Sin City, gak heran di sepanjang bouleverd banyak cewek-cewek berpakaian minim yang menjajakan diri. Seriously!. Untungnya kemarin musim dingin, jadi pakaian mereka pun sedikit “tertutup”. Tapi kalau musim panas, wow… parade swimsuit Miss Universe bisa kalah rame deh.. Tidak itu saja, di tiap bagian jalan banyak box untuk meletakkan brosur yang isinya jualan penjaja seks komersial dari yang heteroseks hingga homoseks (bruuppp…@$#%@&%^&..). Belum lagi para mucikari di pinggir jalan dengan santainya memberikan kartu nama dan brosur “barang dagangannya”. And it is legal! Kebayang kalau beginian ada di Jakarta, gak cuma FPI yang demo abis-abisan, saya juga pasti ikutan demo! Hahahaa.

Nah, namanya juga Sin City. Makan pun disini wajib “berfoya-foya”. Las Vegas terkenal dengan makanan buffet all you can eat. Katanya kalau kesini wajib nyobain buffet-nya. Sekali buffet kita dipatok sekitar USD 20-25. Sebenernya gak mahal-mahal amat sih, karena standar makan di USA juga rata-rata USD 10  sekali makan. Saya sempet dibayarin dua kali makan di Flamingo dan Paris Paris. Sebenernya rugi sih, kalo ngajak gw makan di buffet beginian, soalnya gw makannya dikit. Hahahha.. Tapi gakpapalah, kapan lagi ke Vegas kan?!

Oya.. di Vegas hampir tiap hari ada konser artis-artis ternama. Saat saat saya kesana, beberapa tempat hiburan sedang menyiapkan konser Britney Spears dan Jennifer Lopez. Disini juga banyak digelar macam-macam show, mulai dari sulap hingga stand up comedy. Nah, gak cuma sebagai tempat “menambah dosa”, Vegas juga punya banyak museum menarik yang bisa dikunjungi. Cuma jangan heran, kalau lokasi museum-nya (lagi-lagi) menyatu dengan Casino!

Mini New York in Vegas
Mini New York in Vegas

Satu hal yang baru saya tahu, ternyata Las Vegas menghadirkan  beberapa landmark miniatur dunia. Jangan kaget kalau disini ada Menara Eiffel, Patung Liberty bahkan Sphinx dari Mesir, dan jangan kaget lagi kalau isi bangunan-bangunan keren tersebut tetep, tidak lain dan tidak bukan; Casino! Lumayan lah bisa liat Eiffel KW super, sebelum beneran berkunjung ke Paris (Aaamin…) Dan saya bermimpi suatu saat Borobudur juga bisa hadir disini. Who knows?!

vegas 9
Eiffel moves to Vegas!

Terakhir, sama seperti San Francisco dan LA, satu yang paling menganggu alias merusak pemandangan di Las Vegas adalah jumlah homeless people yang banyak. Bahkan lebih banyak dari San Francisco dan LA. Saya gak ngerti, mereka jadi homeless karena kalah judi atau memang punya masalah lain. Lucunya ada satu pengemis yang membawa papan bertuliskan : “Why lie, I need beer”  Hahhaha.. So, dia mengemis untuk beli bir? Wallahualam. Kesimpulannya, gak di kota-kota besar Amerika, gak di Jakarta, pengemis dan gelandangan (gepeng) masih jadi masalah. Saya kurang paham kebijakan pemerintah Amerika. Sungguh, banyaknya homeless menjadi pemandangan yang sangat kontras dengan gemerlapnya Las Vegas, salah satu kota tujuan wisata dunia, yang tidak pernah tidur dan pajak hiburannya sangat besar.

Bye, Vegas…next visit mungkin harus bawa modal yang cukup biar impian mendadak kaya (siapa tau) terwujud… 😀

Hits: 1176

Bulan lalu, kali pertama saya menumpang pesawat Saudia (Saudi Arabia Ailines) PP Jakarta-Los Angeles. Ada beberapa hal yang bisa saya bagi, semoga berguna untuk teman-teman pembaca Jus Semangka

  • The longest trip ever..perginya 37 jam, pulangnya 31 jam (include transit). Rute Jeddah-Los Angeles menghabiskan 16 jam nonstop, sisanya merupakan waktu transit. Mungkin rute ini adalah rute terpanjang dari Asia ke Amerika Serikat, karena melewati Samudera Antlantik. Kalau liat globe, hitung-hitung Jakarta-Los Angeles, melintasi dua pertiga bola dunia. Bandingkan dari China-LA atau Seoul LA yang maksimal 13 jam saja (direct). Sebagai perbandingan, untuk Jakarta-LA (PP) harga tiketnya di November kemarin USD 850. Tahun lalu, rute yang sama dengan Korean Air seharga USD1315.
  • Transit 8 jam Bandara Riyadh yang dingin kayak kulkas. Dinginnya sumpah kelewatan,hampir sama dengan winter di Amerika. Toiletnya bersih tapi fasilitas waiting room untuk transit yang lama, sangat minim. Transit selama itu benar-benar tidak nyaman. Restoran pun minim. The worst thing is,.. wifi is never work!! Belum lagi tidak ada information desk, nggak bisa nanya-nya kalau ada apa-apa.
20151120_185056
Ruang Tunggu Bandara Riyadh
  • Ketika boarding di LAX, Ketinggalan bantal tidur di ruang tunggu LAX,udah boarding dan gak boleh turun pesawat, jadi diambilin sama mereka. Good job! * maaf ngerepotin. Ini sih nilai plus ya buat crew-nya!
  • Bagusnya, Alhamdulillah, makan selalu kenyang… (karena porsi Arab) Hihihi… Transit pun dikasih makan. Wajar sih, wong bandaranya hampir nggak punya restoran.
  • Seat ekonomi lumayan sempit…beda banget sama Korea Air, Garuda apalagi Emirates
  • Pramugari/a agak-agak cuek (kalau kurang sopan bilang; cuek banget) Bukannya bantuin narok koper di rak kabin, malah bilang: berat amat sih bawaannya.. (Helloow…ini gw ngindarin over bagasi kalee…). Beberapa kali ingin minta bantuan. Saya tekan logo attendant assistance di seat, tapi tidak pernah sekali pun ada yang dateng. Lebih afdol manggil mereka pas lewat dekat seat kita… GRRR…rrr..rrr…

 

Kabin Ekonomi
Kabin Ekonomi
  • LAX- Jeddah sebelahan sama bapak2 orang A**b yg jorookkkkk banget. Kursi, lantai semua jadi tempat sampah, numpahin teh.. Bahkan makanan sisa orang juga dimakanin. Makan pake tangan..gak cuci tangan, lap di selimut..ihhh.. Gak bisa diem dan ngoceh2 sendiri. Annoying banget!!
  • Dari poin di atas, semua kekacauan dan kejorokan si Bapak, nggak ada crew/pramugari yang mau bantu beresin..  Katanya: its not my duty, why you complaining. Sementara si a**b tadi ilang gak tau kemana..   Fine…lapor supervisor nya..baru diberesin. Gila ajaa kebungkem 15 jam di kabin..tp keliling lo bekas makanan berceceran yang baunya bikin mual. Huekss.
  • meal
    meal
  • Transit jeddah 1,5 jam..stay on cabin. Tapi gak ada cleaning service utk bersih bersih cabin. Katanya CS cuma bersihin toilet kalo transit bentar. Ok.. Fine..
  • Ada musholla, di beberapa pesawat (tidak semua);
  • LAX- Jeddah..video on demand nggak ada suaranya. Sudah lapor, tapi tetep juga gak bener. Okelah..gpp
  • Kopi, teh dan minuman lain cukup lengkap, tapi memang frekuensi penyajiannya tidak sering (hanya 1 atau 2 kali untuk 16 jam perjalanan)
  • Iseng nonton film India. Yes..berbahasa India, tp subtitle nya arab gundul. yassalam… :p
  • Entah karena masuk angin, capek atau kurang nyaman, landing LA langsung mulesss sakit perut luar biasa. 
  • Total nilai 6,578 dr skala 9. Karena taun depan sepertinya masih harus ke Amerika balikin koper pinjeman, gak gak lagi dengan saudia:p

 

Hits: 1185

Mungkin hanya di San Francisco yang biaya parkirnya “cuma” USD 82 dollar alias hampir Rp 1 juta untuk 2 malam. Pusat kota (down town) San Francisco yang padat dan berundak-undak mengikuti kontur tanahnya, membuat kota ini nyaris tidak mempunyai tempat parkir. Tidak heran biaya parkir mungkin menjadi sesuatu yang paling mahal disini. Deretan mobil-mobil di parkir di pinggir jalan, lucunya ban depannya pasti diposisikan miring sekitar 30 derajat untuk menjaga agar mobil tidak mundur.  Kotanya memang tidak se-metropolitan kota-kota terkenal lain di USA tetapi bangunan-bangunan disini sepertinya sangat ditata ketinggian dan bentuknya. Sedikit sekali saya temui gedung bertingkat tinggi. Bahkan bangunan hotel-hotel chain internasional seperti Mariott disini justru dibuat horisontal bukan vertikal.

Kota di negara bagian California ini, adalah salah satu kota dunia yang paling ingin saya kunjungi. Kalau liat foto-fotonya, sepertinya kota ini unik, eksotik dan tidak terlalu penuh hiruk pikuk ala metropolitan. Pada kunjungan kedua kali ke USA tahun ini, akhirnya saya berkesempatan menyambangi kota cantik itu setelah berkendara kurang lebih enam jam dari Los Angeles. Meski tidak bersalju, suhu SF bulan lalu lumayan dingin sekitar 10-11 derajat di siang hari. Saya sebenarnya cuma ingin berfoto di bawah jembatan Golden Gate yang maha tenar itu, beruntung adik saya pernah menetap disini beberapa tahun lalu, jadilah ia guide plus sponsor jalan-jalan kali ini.

China Town
China Town

Pagi pagi sekali kami sudah nongkrong di terminal Cable Car. Untuk naik kendaraan antik ini, kita cukup merogoh USD 7 dollar saja (mahal juga sih ya…).  Saya pun sibuk selfie sepanjang jalan. Sialnya, seorang bule ibuk-ibuk tiba-tiba komplain, karena gak mau tampangnya ikutan keliatan di kamera Saya. Hahahaha. Payah tu bule, bukannya ikutan aja..:p  Tujuan pertama kami adalah Fisherman Wharf dan Pier 39. Tempat ini sebenarnya sepertinya sebuah pelabuhan perikanan, namun sudah berubah menjadi sebuah atraksi turis. Disini kita bisa menyebrang ke bekas penjara ternama, Al Catraz. Kemudian melihat kerumunan anjing laut yang bertelekan di dermaga sehingga disebut California Sea Lion. Tentu saja disini banyak deretan tempat nongkrong dan belanja. Oya, katanya kalau kesini, kudu mampir ke Bakery Boudin. Toko bakery autentik San Francisco ini menawarkan roti-roti unik yang pasti enak. Jangan lupa, tempat duduknya yang paling pas adalah bagian samping yang menghadap langsung ke dermaga kapal-kapal nelayan. Saya disini memesan salad (seperti biasa, secara gw kambing) dan scallop soup, yang sumpahhhhh enakk banget (Insya Allah halal kok,..hihihi..)

SF3
Boudin Bakery

Eh, pulangnya…emang dasar pencinta sambel, saya sempetin mampir ke satu toko yang menjual segala macem jenis sambel. Sebagian besar memang sambel produksi Amerika dan Meksiko. Sayang banget, orang Amerika belum tahu, kalau kita di Indonesia punya ratusan jenis sambel yang menurut saya sih paling enak di dunia. Saya juga sempat mampir ke Ghirardelli Square. Tau cokelat Ghirardelli, kan? Nah, cokelat ini memang diproduksi di San Francisco. Tokonya unik, karena ada satu sisi seperti Open Kitchen yang mempertontonkan bagaimana mereka membuat cokelat. Produk Ghirardelli sebenarnya bisa didapatkan dimana-mana, cuma kalau belinya di tempat aslinya mungkin “rasanya” agak beda kali yeeee.. Apalagi banyak souvenir-souvenir lucu yang bisa jadi oleh-oleh.

SF4
Ghirardelli Chocolate

Setelah muter-muter beberapa tempat, mengingat ada satu urusan, kami harus mampir ke konsulat RI disini. Berjalan kaki di kontur lahan yang naik turun, capeknya lumayan juga. Hampir putus asa mencari lokasi kedutaan, tapi dari kejauhan saya melihat bendera merah putih ada di puncak satu bangunan. Yess, dan sampe sana saya buru-buru numpang pipis..Hahaha..

Dari sana, kami meluncur ke kampung China alias China Town-nya San Francisco. Hampir semua kota-kota besar di Amerika punya China Town. Bedanya, China Town San Francisco terhitung paling lengkap, karena populasi orang China dan Asia pada umumnya di kota ini termasuk yang paling besar di Amerika. Disini, ngapain lagi kalau bukan shopping. Berhubung saya sudah pengalaman over bagasi di kunjungan ke USA sebelumnya, kali ini saya cuma beli souvenir kecil-kecil. Eh, sebenernya sih… karena emang kali ini gak punya duit :p

SF5
Fisherman Wharf

Saya baru bisa berfoto-foto di Jembatan Golden Gate keesokan harinya. Selain hujan, waktu kami di hari pertama juga tersedot untuk mencari kangkung! Iya, kangkung! Sayur yang di abang-abang harganya murah banget ini, disini jadi satu makanan langka. Adik saya yang sudah bermukim disini lebih dari 12 tahun ngidam banget sama sayuran satu ini. Mumpung di SF, katanya… biasanya sayuran Asia lebih banyak disini. Hadeuuh, kangkung laksana berlian. Aya-aya wae.

Kenek Cable car
Kenek Cable car

Selebihnya, saya sangat terkesan dengan San Francisco. Meskipun disini banyak homeless, sepertinya kotanya cukup nyaman. Tidak terlalu hiruk pikuk, kemana-mana relatif dekat dan paling penting banyak makanan Asia. Masih banyak tempat turis lain, sayangnya tidak semua sempat didatangi. Nah, kalau ada yang ngajakin saya pindah kesana sih mau-mau aja.. Hehehe..

Hits: 1370

Mungkin selama ini, Arizona cuma terkenal dengan Grand Canyon-nya. Nah, jika Bogor punya kebun raya, Phoenix di Arizona juga punya kebun raya. Uniknya kebun raya yang bernama Desert Botanical Garden (DBG) ini, khusus mengoleksi kaktus dan tanaman-tanaman gurun. Tidak heran, karena Arizona -negara bagian ke-50 dan terluas ke-enam di Amerika Serikat-  sebagian besar wilayahnya tertutup oleh gurun. Gurun yang terluas adalah Sonoran Desert yang menjadi pembatas antara Amerika Serikat dan Mexico yang mempunyai luas sekitar 260 ribu km persegi. Dengan kondisi demikian, wajar jika kaktus menjadi tumbuhan paling populer di Arizona.

kaktus4

Dari sebuah literatur yang saya baca, kaktus hanya bertambah tidak kurang dr 10 cm setiap tahunnya. Jadi, kalo tingginya sudah lebih dr 3 meter, coba aja hitung sendiri berapa umurnya. Oleh karena itulah, kaktus menjadi tumbuhan yang dilindungi di Arizona. Denda yang mencapai ribuan dollar akan dikenakan bagi mereka yang merusak kaktus yang menghiasi hampir tiap sudut kota. Jadi, kalau gak punya duit banyak, jangan coba-coba towel towel kaktus di Arizona. Namun, jika ingin memang kamu memiliki, satu pokaktus3hon kaktus setinggi kurang lebih 3 meter, bisa dibeli hingg 100 ribu dollar. Woww!

Minggu lalu, saya sempat mampir  ke Desert Botanical Garden ini. Lokasinya ditempuh hanya sekitar 30 menit dari kota Phoenix. Areal seluas 57 Ha ini merupakan kawasan khusus konservasi dan merupakan bagian dari Sonoran Desert. Ada 21 ribu jenis tanaman gurun dan 139 spesies disini. Sama seperti Kebun Raya Bogor, tanaman-tanaman di DBG juga diberi label nama, taksonomi dan sedikit penjelasan tentang hidupnya.  Tidak itu saja, disajikan juga maket-maket kehidupan suku Indian penduduk asli Sonoran Desert. Pada akhir pekan, disini sering diadakan pertujukan di malam hari dengan hanya mengandalkan cahaya lampu dan lilin yang temaram. Arealnya juga dilengkapi dengan restoran dan tempat ngupi-ngupi  santai dengan view yang sangat unik.

Ketika saya berkunjung, suhu cukup dingin untuk ukuran west Amerika, sekitar 15 derajat celcius. Kalau berkunjung lebih pagi, suhunya bisa mencapai minus 1-2 derajat celcius. Suhu ternyata mempengaruhi harga tiket masuk. Saat saya kesana, 1 orang dewasa dikenakan rata-rata USD 22 per kepala (USD 20 juta mereka yang di atas 60 tahun), tapi jika di musim panas yang suhunya hingga 40 derajat celcius, masuk ke tempat ini kita cuma dipungut USD 10 saja per orang.

kaktus5

Sebelum kesini, saya belum pernah melihat kaktus gede-gede sebanyak ini.  Ternyata mengamati tumbuhan gurun serta bermacam spesies yang hidup dalam satu ekosistem gurun adalah sesuatu yang sangat unik. Sulit ditemui di negara tropis seperti kita. Dulu Saya kira gurun yang tandus nyaris tidak akan ramah terhadap kehidupan. Ternyata tidak begitu. Ekosistem gurun saling berkaitan dan saling menopang serta berperan bagi kehidupan seluruh mahluk hidup di gurun.

Nah, hal lain yang mengagumkan, sebagian besar volunteer yang menjadi Liasion Officer (LO) disini adalah mereka yang berusia lanjut. Mereka inilah yang menjelaskan seluk beluk kebun raya ini, Dari mereka, saya tahu bagaimana kaktus itu hidup berkompetisi untuk mendapatkan air yang membuat mereka tumbuh tidak saling berdekatan. Itulah yang membedakan gurun dengan vegetasi hutan tropis yang tumbuh sangat rimbun dan rapat. Para volounteer ini dapat dengan fasih menjelaskan berbagai spesies yang ada di dalam kebun.

 

Di tempat ini juga disediakan lokasi hiking yang langsung menuju perbukitan di Sonoran Desert. DBG membagi beberapa arealnya dalam bagian-bagian besar.  Selain bagian nursery, pembagian didasarkan pada jenis vegetasi dan biota lain yang hidup di gurun. Ada bagian Desert Nature, Desert Living, Desert Discovery dan Desert Wildflower. Uniknya setiap bagian yang disebut “trails” diberi nama dengan tokoh-tokoh yang berjasa membangun DBG ini,

20151203_115049

Seru sih, bagi saya ini sesuatu yang baru banget. Rasanya tidak terbayang jika gurun yang dalam pikiran kita gersang, tandus dan panas bisa punya keanekaragaman hayati yang hidup dalam siklus yang saling menopang satu sama lain. Memang jika dilihat secara jumlah, bangsa kita yang alamnya kaya ini punya keanekaragaman hayati  yang jumlahnya jauh lebih besar dibanding Amerika Serikat. Namun, hebatnya mereka bisa mengelola sesuatu yang sedikit itu menjadi sebuah yang bernilai. Tidak saja memberi nilai ekonomi sebagai atraksi turis tetapi juga sebagai bentuk kecintaan terhadap alam karya Sang Maha Pencipta.

 

Hits: 1413

Kunjungan saya ke Amerika Serikat tahun ini bertepatan dengan Thanksgiving Day. Banyak versi tentang asal muasal Thanksgiving Day. Salah satunya, konon Thanksgiving adalah perayaan panen hasil pertanian yang ditularkan oleh Inggris, yang pernah menjajah Amerika Serika yang intinya Thanksgiving adalah “Hari Bersyukur”. Orang Amerika biasanya merayakan hari ini dengan berkumpul keluarga, menyantap kalkun dan berbagi hadiah.  Nah, karena berbagi hadiah inilah, ada acara yang namanya Black Friday. Diskon gila-gilaan yang diikuti hampir seluruh toko dan pusat perbelanjaan. Mirip-mirip Midnite Sale di Jakarta, tapi ini gak cuma brand ternama di mall terkemuka, supermarket barang kebutuhan pokok pun ikut bergabung. Dan tentu saja harga barangnya tidak dinaikkan dulu baru didiskon :p

Rata-rata toko buka 24 jam dimulai dari  pukul 6 sore hari Kamis minggu ketiga November. Antrian panjang terutama di toko-toko barang bermerek tenar sampe mengular. Bahkan di beberapa negara bagian ada yang rela bermalam di pelataran untuk bisa menyerbu toko duluan. Kemarin, 23 November 2015 saya ikut-ikutan acara ini, bukan cuma belanja tapi juga ingin merasakan atmosfir yang mungkin hampir tidak ada di negara kita. Kami berangkat dari rumah sekitar pukul 8 malam dengan list toko-toko yang akan kami kunjungi. Tujuan pertama adalah mall yang menjual merek-merek ngetop seperti Victoria Secret, Clark, Body and Bath Works, Rampage dll. Lihat diskonnya memang bikin ngiler, dibanding harga di Jakarta bisa lebih murah hingga 50% dengan dollar yang saat ini cukup tinggi.

blackfriday1
belanja sampe mabok, Chandler Mall, AZ

Saya ikut-ikutan ngantri panjang di Victoria Secret, yang harganya memang turun banget. Satu item yang biasanya 18 dollar, bisa dibeli dengan harga sama tapi dapet bonus 3 item sekaligus alias beli 1 dapet 4. Gak beda jauhlah dibanding kita belanja pewangi di Indomaret. Hahahah.. Lumayan, selain memenuhi titipan temen (baca: dijual lagi), rasanya keren aja, kayak anak muda Jakarta, yang konsumtif beli barang asal bermerek kesannya jadi gaul, gaya dan kekinian. Padahal kualitasnya gak beda-beda jauhlah sama Wardah dan Viva. Hehehehe.. Antrian di Body and Bath Works pun tidak kalah gila, karena setiap beli 3 item, kita bisa mendapatkan 6 item sekaligus. Kebayang dong, cairan pencuci tangan instan yang di Jakarta sempat heboh dan 1 botol kecil dihargai hingga Rp 40 ribu, disini cuma dijual 1 dollar. Kalapp!

Berikutnya, kami menyambangi Factory Outlet merek-merek premier yang kalau di Jakarta gerainya hanya ada di mall-mall mentereng seperti Plaza Indonesia dan Senayan City. Karena konsep lokasinya seperti kompleks pertokoan, otomatis antrian dimulai sejak diluar toko alias outdoor dan suhu saat itu cuma 4 derajat celcius dan waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, saudara-saudara!!! Brrrr….bayangin dinginnya.  Saya sama sekali bukan penggila tas bermerek, tapi saya bersyukur berhasil mendapatkan barang titipan (jualan again) sebuah tas merek tenar seharga kurang dari 3 juta, yang di Jakarta bisa sampe Rp 8 juta! Untuk titipan dengan harga lumayan gede begini, tentu saja si penitip harus mentransfer duluan dananya ke saya (gakmaurugi dotcom). Asyiknya lagi, karena saudara saya pun membeli beberapa titipan orang lain, saya kecipratan bonus 1 tas juga yg nyaris free!! Yuhuuu…bisa pamer tas baru kayak Teteh Syahrini! (Tangan kanan bawa tas keren bermerek, tangan kiri tetep bawa kantong kresek item, karena sayang tas bagus gak bisa nampung semua barang bawaan…)…

blackfriday3
Ngantri Kate Spade, Phoenix Factory Outlet AZ

Setelah itu,sempat juga mampir ke Wallmart membeli titipan kosmetik teman-teman yang harganya terjangkau banget buat orang Indonesia yang lagi menderita karena nilai dollar yang nyaman di posisi tingginya. Selebihnya saya lebih banyak jadi penonton kehebohan warga Amerika yang berdesak-desakan hingga dini hari dan menjadi sesuatu yang sangat menarik. Tidak itu saja, karena perilaku masyarakat yang mulai bergeser berbelanja online, senin pertama setelah Black Friday, ada yang namanya Cyber Monday. Yes, sama persis dengan Back Friday, tapi khusus untuk pembelian di toko-toko online. Beneran, gak abis abis cara untuk membuat orang ngabisin duit ya?!

Memang murah-murah sih, tapi sayangnya banyak yang impulse buying, membeli banyak barang di luar rencana dan kebutuhan mereka. Alibinya, karena Thanksgiving Day dan menjelang Natal mereka perlu banyak hadiah untuk dibagikan ke kerabat. Tapi menurut saya yang punya kantong orang Indonesia kebanyakan, jika tidak bisa mengontrol diri tetep aja kita bisa terancam bangkrut. Dan lebih penting lagi, bagi saya membeli barang-barang bermerek sejatinya bukan suatu kebanggaan. Beberapa orang memang senang melakukan titip menitip satu barang yang mutunya mungkin sama dengan barang punya kita. Ada juga yang senang dan bangga kalau bisa bilang: Eh, ini barang saya beli di Amerika loh. Padahal itu juga (maksa) nitip dan yang dititipin itu kadang jadi direpotin. Buat saya membeli beberapa barang justru letak nilai histori dan emosianalnya ada saat kita membeli sendiri ke tempat asal barang tersebut. Menurut Anda?!

Hits: 1000