Would you like to eat, madam? We have chicken with rice and beef with potatos…

Belum sempat saya menjawab, pramugari cantik itu meralat: Oh, I think you’d better get moslem meal? We have that one too..

Ok, moslem meal, please ..

Saya tidak tahu ini makan malam, makan siang atau mungkin sarapan. Perpindahan waktu yang begitu cepat dari benua Amerika menuju benua Asia terkadang membuat disorientasi waktu terjadi. Jendela pesawat masih tertutup rapat, mungkin dimaksudkan agar penumpang juga tidak bingung ini siang atau malam. Karena masih kenyang, santapan itu tidak saya habiskan. Belum lagi moslem meal yang disajikan sangat otentik Timur Tengah lengkap dengan bumbu rempah menyengat dan porsi yang cukup besar.

IMG20170223032926

Saya mencoba memanjangkan kaki, mengurangi rasa pegal yang mulai menyerang. Lama dan sungguh perjalanan yang melelahkan. Layar monitor sekaligus pusat hiburan di depan saya menunjukkan masih tersisa 8 jam 40 menit lagi di perjalanan ini. Artinya baru kurang dari sepertiga periode terlalui dari total waktu 12 jam 45 menit penerbangan. Masih jauh, pikir saya. Namun setahun yang lalu saya pernah menempuh penerbangan selama 17 jam nonstop dari Los Angeles menuju Riyadh di Arab Saudi. Katanya itu adalah salah satu rute pesawat terpanjang di dunia. Jadi, perjalanan kali ini belum apa-apa dibandingkan tahun lalu.

Beberapa penumpang nampak masih menghabiskan hidangan, sementara para awak kabin mulai masih meneruskan melayani penumpang. Sesaat kemudian, lampu sabuk pengaman mendadak menyala. Kapten pilot meminta seluruh penumpang untuk kembali ke tempat duduknya. Saya masih santai, sesuatu yang sangat biasa terjadi di sebuah penerbangan. Tiba tiba seluruh awak pesawat berlari-lari kecil ke bagian belakang pesawat, menyusul pengumuman tambahan dari Kokpit, untuk menghentikan seluruh pelayanan karena turbulensi yang semakin kencang. 

Cepat-cepat saya menegakkan sandaran kursi, guncangan yang sangat keras membuat saya harus menutup laptop mini saya. Entah kenapa tiba-tiba kecemasan menelusup ke sendi sendi tubuh. Saya mencoba memejamkan mata, sembari kedua tangan berpegang kuat pada sandarannya. Guncangan kian kencang, terasa sekali pesawat terhempas ke bawah berkali kali. Untung saja masker oksigen belum meluncur dari posisinya. Tak berapa lama dari balik kemudi kapten pesawat memohon maaf atas ketidaknyamanan yang diprediksi akan berlangsung selama satu jam ke depan. “We do ensure that everything is under control”, ujarnya.

IMG20170224044729

Badan ini seperti membeku, entah berapa banyak doa yang tiba-tiba begitu saja meluncur. Dalam keremangan kabin, beberapa penumpang terlihat tegang, beberapa diantaranya masih tertidur atau berusaha tidur. Begitu saja termemori beberapa kejadian di kepala saya. Sepuluh tahun lalu dalam sebuah penerbangan Jakarta-Makassar, pesawat saya terpaksa mendarat di Bandara Ngurah Rai. Cuaca sangat buruk, membuat penerbangan tidak memungkinkan untuk dilanjutkan. Lima tahun lalu, pesawat saya menuju Aceh terpaksa kembali ke Jakarta, akibat ada salah satu bagian pesawat yang tidak berfungsi. Kami pun terpaksa mendarat di luar landasan pacu Bandara Soekarno Hatta, disambut puluhan pemadam kebakaran dan ambulans. Saya tidak ingat dengan pasti perasaan saya di dua peristiwa itu, namun kecemasannya mungkin tidak sekuat kali ini.

Turbulensi kian kencang. Entah kenapa begitu saja muncul pikiran, bisa jadi ini adalah akhir hidup saya. Mungkin, sangat mungkin. Terlintas apa saja yang sudah saya siapkan untuk pindah ke dunia yang berbeda? Ibadah sepertinya belum banyak peningkatan, berbuat baik untuk sesama juga masih di derajat yang seperti dulu. Terbayang satu-satu wajah orang-orang di sekeliling saya. Keluarga yang penuh cinta, sahabat-sahabat yang selalu menanyakan kapan saya kembali, relasi yang sudah menunggu dengan setumpuk pekerjaan dan semuanya.

Apa yang akan mereka kenang dari saya? Beberapa menit ke depan mungkin saya akan hilang. Samudera atlantik biru pekat kehitaman ribuan mil di bawah sana menanti saya. Apakah saya juga akan hilang dari ingatan mereka? Rasanya Saya belum berarti apa-apa. Rasanya Saya belum banyak berbuat kebaikan. Rasanya saya belum banyak bermanfaat untuk mereka. “Ah, tenang.. sepertinya tidak perlu khawatir, saya toh menumpang salah satu maskapai terbaik di dunia dengan tingkat keamanan nomor satu”

Sloppp…tiba-tiba pesawat turun drastis dari posisinya. Saya tersentak. Ternyata Ini bukan masalah saya menumpang pesawat terbaik di dunia, bukan masalah teknologi paling canggih yang digunakan di burung besi bermerek terkenal yang katanya nyaris tanpa histori kecelakaan. Tapi ini urusan nyawa, bahwa semua bisa diambil Tuhan kapan saja Ia berkendak. Mungkinkah Ia menghendaki Saya sekarang?!

Ya, Tuhan…darah saya tiba-tiba berdesir, saya lupa apa yang sudah saya siapkan untuk “masa depan’ saya. Amalan baik? Mana?! Saya juga tidak yakin dengan ibadah Saya. Ya, Allah tolong.. saya tidak tahu lagi kemana meminta pertolongan. Mungkin inilah masa dimana saya menyerahkan seluruhnya kepadaMu. Seluruhnya. Saya sungguh tidak tahu lagi.  

Dalam masa-masa yang mendebarkan itu, entah doa apa saja yang sudah saya lantunkan. Saya coba pejamkan mata, apa yang akan terjadi, terjadilah. Inilah titik terendah kepasrahan saya kepadaMu, sang pencipta.

Kemudian hening, guncangan terasa mulai mereda. Pelan tapi pasti pesawat makin seimbang. Beberapa menit kemudian, Pilot memberikan instruksi kepada awak kabin dan semua kembali normal.

Saya berucap syukur. Dua puluh menit mencekam yang baru berlalu membuat saya makin menyadari tipisnya jarak antara hidup dan mati. Akhirat sejatinya ada di depan mata kita, semua bisa mati dimana pun kapan pun dengan cara apapun. Maka… Tuhan, ampuni kami….

Incheon Airport, 23 Februari 2017

 

Hits: 5098

Macet lagi, macet lagi!! Bosan atau sudah biasa?! Bayangkan, setiap hari terkadang kita bisa menghabiskan empat jam perjalanan pulang pergi dari rumah. Kalau bisa dihemat menjadi 2 jam saja, sudah berapa banyak waktu produktif yang lahir. Yah…buat kerja, nongkrong sama temen, olahraga, berkumpul dengan keluarga atau buat tidur lagi juga boleh! Asal tahu saja, jika tidak diatasi maka Jakarta akan macet total pada 2020 dengan sumbangan 80% polusi udara. Nilai kerugian total mencapai Rp 65 Triliun/tahun yang meliputi tambahan biaya operasional kendaraan dan hitungan waktu yang hilang di perjalanan. Gila kan?!

mrt
Sydney Central Station

Cerita lain, kalau jalan-jalan ke negara maju, yang bikin saya iri bukan fasilitas serba canggih, bukan kefasihan mereka berbahasa internasional dan bukan juga kota-kota menterang penuh taburan cahaya. Pastinya, tidak juga iri dengan alam mereka. Percayalah tidak ada tempat yang paling mendamaikan hati kecuali memandang birunya laut nusantara dan hijaunya pegunungan Indonesia. Tapi, yang bikin saya sirik adalah fasilitas transportasi mereka. Tidak usah jauh-jauh ke Eropa, Amerika atau Jepang yang punya shinkansen, Singapura, Malaysia bahkan Filipina (yang menurut saya secara ekonomi dibawah Indonesia) sudah punya sejenis Mass Rapid Transportation (MRT).

Bagaimana dengan Jakarta? Saat pertumbuhan jumlah kendaraan tidak sebanding dengan jumlah jalan, transportasi umum belum memadai ditambah lagi dengan sebagian masyarakat yang masih gengsi naik kendaraan umum, kita memang butuh sebuah terobosan transportasi. Harus diakui, selama dua tahun terakhir Pemda DKI Jakarta sudah banyak sekali melakukan pembaharuan, walaupun hasilnya belum bisa dikatakan optimal. Misalnya, jalur busway Trans Jakarta (TJ) terus menerus ditambah, PT KAI memperbanyak jaringan stasiun dengan fasilitas yang lebih memadai. Kemudian ada bis-bis penghubung dengan kota satelit yang terintegrasi dengan jalur TJ. Lalu, kebijakan ganjil genap, yang lumayan mengurangi kepadatan kendaraan di wilayah-wilayah tertentu. Belum lagi “bantuan” dari sektor swasta akan transportasi online. Eh, soal transportasi online ini juga bisa jadi tantangan sendiri sih buat Pemda DKI. Mungkin yang belum adalah mengubah budaya masyarakatnya yang masih sering bepergian dengan mobil berpenumpang satu orang saja.

IMG_0729
The future is here…

Ah, panjang yaa kalo bahas transportasi Jakarta, kayaknya sampe dua kali Pilkada pun gak bakal habis-habis!!

Nah, minggu lalu,.. Yes, finally.. permohonan untuk melihat-lihat proyek MRT Jakarta yang tengah berlangsung disetujui. Kenapa sih penting banget melihat proyek ini? Saya dan teman-teman hanya ingin menjadi bagian dari perubahan bahwa nantinya kita (Jakarta) akan punya MRT yang tidak saja menjadi solusi namun kebanggaan tersendiri. Kami juga ingin memberi pesan; dua tahun ke depan akan banyak yang berubah dalam keseharian masyarakat Ibukota. Mungkin transportasi pribadi tidak lagi populer, mungkin kemacetan yang berkurang akan membuat ritme hidup kita pun berubah. Di sisi lain, kesiapan masyarakat juga perlu diantisipasi. Mulai dari sekarang membiasakan diri dengan transportasi cashless, belajar memelihara fasilitas umum dan lain-lain yang intinya menjadi social society seperti di negara maju.

Setelah melalui proses panjang, akhirnya ground breaking MRT Jakarta dilakukan pada Oktober 2013 lalu. Ssst, asal tahu saja, sebenernya rencana awal pembangunan MRT Jakarta ini bersamaan loh.. dengan MRT Singapura (sekitar tahun 1976). Biarpun telat, gakpapa yang penting sekarang semua sudah di depan mata. 

blog1

Kami diajak berjalan-jalan di proyek MRT yang terletak tepat di Bundaran HI. Rasanya sangat senang bisa turun ke 20 meter di bawah permukaan bumi. Disini tonggak-tonggak sejarah masa depan Jakarta terpampang nyata. Peron mulai nampak wujudnya, tiang-tiang beton tinggi membuat stasiun Bundaran HI ini nantinya akan terlihat megah dan mewah. Fasilitas untuk para penyandang disabilitas pun dibangun, bahkan saya melihat pembangunan ruangan khusus untuk Ibu menyusui.

Fase pertama adalah Lebak Bulus -Bunderan HI sepanjang 16 km yang dapat ditempuh dalam 30 menit saja. Ada 13 stasiun dengan jarak masing-masing antara 0,8-2,2 km dengan tempo keberangkatan setiap 5 menit sekali (pada tahun pertama beroperasi). Ditargetkan akan ada 173,400 penumpang terangkut setiap hari. Sepertinya akan sangat membantu mengurai kemacetan ya?!

Setelah berkeliling, tempat yang paling instagramable, apalagi kalau bukan the tunnel. Jreng jreng.. disini semua rebutan foto, sampai-sampai dikasih peringatan oleh panitia kalau waktu sudah habis. Wah, dua tahun lagi, saat sudah beroperasi, jalan-jalan di proyek MRT ini akan menjadi sangat memorable. 

blog4
kamadigital.com di depan tunnel

 

Selanjutnya segera menyusul Fase II yang menghubungkan Bundaran HI dan Ancol. Tenang, semua wilayah Jakarta nantinya akan terjangkau oleh MRT. Jalur-jalur pun terintegrasi dengan jalur TJ dan bis kota yang sekarang sudah eksis. Bahkan pada 2020 akan dimulai konstruksi koridor Timur Barat, Cikarang-Balaraja sepanjang 87 km. Wow!

MRT Jakarta merupakan proyek pertama di Indonesia yang mengimplementasikan skema three sub level agreement antara JICA (lender) dan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan BUMD (PT MRT Jakarta). Sementara secara struktur kepemilikan, Pemda Provinsi DKI memiliki 99,98% saham. Hingga Desember 2016, progres proyek ini secara overall sudah mencapai 62%. Secara komersial akan mulai beroperasi Maret 2019. Sabar yaa, masih dua tahun lagi.

mandor
mandor

Oleh karena itu, mulai dari sekarang ayo kita siapkan diri untuk lebih ramah dengan transportasi publik. Membiasakan diri naik kendaraan umum, pelan-pelan gunakan kendaraan pribadi untuk saat-sata tertentu saja. Supaya nanti jika MRT sudah beroperasi kita sudah terbiasa dan terlatih untuk berbagi.

Salam, untuk Indonesia lebih baik!

 

 

Hits: 1279

Perjalanan saya ke Amerika tahun ini dimulai dengan transit di Bandara Narita, Jepang. Saya sengaja mencari penerbangan dengan transit lama (hingga 10 jam) dengan harapan bisa ikut city tour transit program. Apa daya sejak seminggu sebelum berangkat saya terserang batuk dan flu yang lumayan menyiksa. Mengingat suhu Tokyo yang saat itu hanya 2 derajat celcius sajah, jadilah saya cuma ngendon di Narita selama 10 jam itu.

IMG20170205154935
Terminal 2 Narita

Terminal 2 penerbangan internasional Bandara Narita tidak terlalu luas, namun memiliki banyak pojok untuk beristirahat. Pilihan restoran dan coffee shop menurut saya juga tidak terlalu banyak, tetapi ada berbagai pilihan toko souvenir, duty free shop dan toko oleh oleh. Saya tiba sekitar pukul 07.00 pagi waktu Tokyo. Setelah segala tetek bengek tansit selesai saya mencoba merebahkan badan di salah satu selasar. Wah, ternyata tidak saya saja, banyak juga penumpang lain melakukan hal yang sama.

IMG20170205102325
working space and relaxing
IMG20170205102259
mau duduk duduk santai, sendiri ? boleh… ada colokan dan wifi kok!

Ada deretan bangku lesehan lengkap dengan kasur tipis buat tiduran. Di sisi lain, bilik-bilik tertutup dengan sofa pribadi juga bisa dicoba. Bahkan beberapa diantaranya menggunakan kursi yang bisa memijat. Cocok deh buat saya yang akan menjalani total hampir 40 jam perjalanan mulai dari Cengkareng-Kuala Lumpur-Tokyo-Los Angeles dan terakhir Phoenix. Sambil rebahan, kita bisa terhubung dengan dunia maya melalui jaringan internet yang menurut saya sih tercepat yang pernah saya saya temui di bandara beberapa negara. Bosen main internet, kita bisa nonton TV yang memang tersedia di spot itu. Beruntung, karena tiba pagi hari beberapa space masih kosong, jadi deh saya istirahat sambil minum tolak angin. Hehehe. Oya, tempat ini dilengkapi juga dengan taman bermain indoor untuk anak-anak. 

blog6
bisa selonjoran, gratis sambil maen fesbuk dan nonton TV!
blog5
tempat bermain anak..

Bosan tiduran, saya berkeliling terminal. Eh, ternyata ada dayroom dan shower yang letaknya agak di sudut tidak jauh dari pusat informasi. Dengan badan yang masih setengah rontok, cuaca dingin, perjalanan masih jauh dan batuk yang tak kunjung reda, saya memang perlu tempat istirahat yang lebih proper. Iseng-iseng saya masuk dan mencari tahu, wah…boleh juga nih dicoba pikir saya.

IMG20170205142655
lobby minimalis

Seorang perempuan Jepang setengah baya menyambut saya dengan ramah. Meski bahasa Inggris-nya terpatah-patah, ia kelihatan sekali berusaha melayani tamu dengan sebaik-baiknya. Ia menjelaskan beberapa fasilitas. yang tersedia. Ternyata, harganya tidak menguras kantong kok! Tersedia shower room untuk mandi saja yang disewakan sekitar 1.030 Yen per 30 menit atau sekitar Rp 100 ribu dan ruangan tidur single maupun dobel yang sudah dilengkapi dengan shower room. Harga ruangan single sebesar 1,540 Yen (sekitar Rp 150 ribu) satu jam pertama dan harga ruangan dobel sebesar 2,470 Yen (sekitar Rp 250 ribu) satu jam pertama. Saya bisa istirahat nyaman dengan privasi, bisa mandi bersih-bersih dan sholat tentunya. Harga pada jam kedua dan seterusnya, bukan perkalian dari harga jam pertama loh.. Silakan lihat foto dibawah ini untuk lebih jelasnya.

price list
price list

Sayangnya, saat saya kesana, ruangan single sedang penuh. Tapi si mbak Jepang memberikan diskon untuk ruangan dobel selama tiga jam dengan harga dua jam. Wah lumayan! Gakpapa deh, ngeluarin uang yang penting bisa segar dan fit kembali di penerbangan berikutnya yang masih memakan waktu kurang lebih 13 jam. Arrggghhh…

Ruangan dobel yang saya tempati tidak ubahnya seperti kamar di hotel budget chain internasional. Ada dua ranjang empuk, kamar mandi yang super canggih (tombolnya banyak banget), penghangat ruangan, air minum gratis, meja tulis, hairdryer, hingga peralatan mandi. Plus pemandangan lapangan terbang dari kaca-kaca yang sengaja dibuat lapang dan besar agar kita bisa melihat aktivitas landasan pesawat. Keren deh pokoknya! Tiga jam disini sangat tidak terasa. Lumayan, selain bisa istirahat, saya juga dapat pengalaman baru.

IMG20170205114226
dalam kamar

blog7

Buat yang kira-kira akan transit di Narita dalam waktu cukup lama, saya rekomendasikan deh tempat ini. Saya memang bukan yang doyan shopping dan makan-makan di bandara, jadi harga tersebut bagi saya cukup pantas, toh emang tidak ada pengeluaran lain.. Hehehe..

 

Hits: 2433