Pernah ngerasain antri masuk restoran seperti antri audisi Indonesia Idol? Nah! ini! Tidak tanggung-tanggung, antrinya pun di luar ruangan yang suhunya “cuma” 10 derajat sajah plus gerimis yang mengundang! 

Anyway, saya bukan food blogger bukan juga pengamat kuliner, jadi tulisan ini sama sekali bukan ulasan. Ini cuma sedikit  pamer dan pengen bilang bahwa makanan paling enak itu (buat kita yang orang Indonesia) ya, makanan kita. Misalnya pecel lele pinggir jalan simpang Indomaret atau ayam cabe ijo yang mangkalnya di depan kantor PLN tidak jauh dari rumah saya. 

***

Pada sebuah hari di penghujung Februari, kami tiba di San Diego sekitar pukul  2 siang setelah berkendara kurang lebih 5 jam dari Arizona. Cuaca cukup ganas. Hujan badai yang kenceng banget, membuat kami ngendon di hotel hingga malam tiba. Hotel kami tepat menghadap pantai yang katanya sih buat ukuran sana udah keren banget. Eh, buat kita yang terbiasa dengan pantai Indonesia mah, gak ada apa-apanya. Entar deh saya tulis, sekarang saya ceritain dulu soal mengantri makan yang mirip menunggu pembagian raskin.

Setelah badai reda, Lisa mengajak untuk mencoba Raki Raki Ramen yang berlokasi di Japanese Town dan konon itu adalah ramen terenak di San Diego. Terakhir makan ramen di Pacific Place Mall Jakarta dan itu enak banget. Mungkin yang di Amerika ini bisa lebih enak, begitu pikir Saya.  Oya, San Diego termasuk kota yang paling banyak penduduk Asia-nya selain San Francisco di negara bagian California. Tidak heran, disini penuh dengan restoran makanan Asia di setiap sudutnya.

Tiba disana, antrian sudah mengular dan pengunjung harus antri dengan berdiri di luar yang suhunya hanya sekitar 10-an derajat dan gerimis! Saya merapat ke perapian yang modelnya mirip obor.  Restorannya memang kecil, jadi daya tampungnya memang tidak banyak. Melalui kaca-kaca besar aktivitas di dalam resto terlihat jelas. Kelihatan beberapa pelayannya memang orang Jepang asli, chef-nya pun begitu. Mereka sangat sibuk, sampai ada beberapa meja yang belum sempat dibereskan, padahal antrian di depan makin panjang. Hingga nyaris dua jam kami belum juga bisa masuk ke dalam restoran. 

Interior Raki Raki

Then… akhirnya tiba juga rombongan kami dipanggil masuk, sungguh Saya excited. Penasaran. Kemudian Buku menu terhidang di meja, (tentu saja banyak yang non halalnya). Sebagai bangsa kambing-kambingan, saya memesan Vegetable Ramen. Harganya?! Lumayan, US$ 13,95 saja. Kalau dirupiahkan sama saja Rp 150 ribu alias bisa makan 3 mangkuk ramen paling enak di Pacific Place. Emang Amerika kapitalis!! Hahahaha.. Mama dan Lisa memesan menu lain, minumnya air mineral yang tulisannya Kangen Water. Wow, sama dong kayak yang lagi hits di Jakarta, konon air ini mineralnya dan ionnya lebih banyak yang bikin dia lebih sehat. Total jenderal kami menghabiskan hampir US$ 50 buat makan bertiga. Mehong!

 

Akhirnya, pesanan pun tiba di meja, mau tau rasanya?!! Yahhh…so so aja sih. Kurang sebanding dengan perjuangan mengantri selama hampir 2 jam dengan bonus kedinginan. Enak yang gak enak-enak amat. Beneran.

Tau begini, rasanya saya pengen pulang saja ke rumah masak indomie kari ayam pake telor setengah mateng dengan irisan cabe rawit yang banyak! Atau menunggu dengan duduk manis di rumah dan membiarkan abang gojek yang mengantri selama dan sepanjang tadi. 

Tidak kapok ngantri, esoknya Lisa lagi-lagi mengajak sarapan pagi di restoran pancake yang konon (lagi-lagi) paling enak di San Diego, namanya Richard Walker’s Pancake. Saking larisnya, dia hanya buka hingga menjelang makan siang. Again, ukuran enak ternyata salah satunya dilihat dari antrian. Persis sama dengan Raki Raki Ramen, disini juga kita berjejer menunggu seperti antri sembako. Duh, bule mau makan susah bener ya.. Di Jakarta, antrian ayam goreng bensu dan kue artis saja gak segininya. Itu pun bisa diwakilkan dengan ke abang gojek yang setia.

Yang istimewa dari Richard Walker’s Pancake adalah porsinya yang besar-besar. Rasanya memang saya akui enak. Meskipun lidah kita mah, sarapan tetep nasi uduk yang paling nendang. Saya memilih Omelette Cheese Mushroom yang umum sering kita temui. Tapi ini memang gede banget porsinya, bisa buat bertiga. Hot dish mereka adalah Ginormous German Pancake, pancake yang bentuknya seperti baskom dan dimakan dengan butter. Sumpah enak! Kami juga memesan blueberry pancake yang rasanya tidak standar, memang mantap! Lebih mantap lagi karena kopi dan teh yang kita pesan bisa refill sampai kembung. Asik kan ?

Saking banyaknya, makan disini ibarat makan di Restoran All you can eat. Total sekitar US$60 dihabiskan buat bertiga. Lumayan banget buat kantong kita kebanyakan. 

Dua hari di San Diego, kami capek juga ngantri-ngantri terus. Besoknya kami kembali ke selera asal, makan rendang dan nasi yang kita bawa dari rumah. Karena cuaca masih terhitung musim dingin, tanpa kulkas pun semua tetap awet..

Makan puas di Richard Walker’s

 

Ya sudah, gimana cerita wisata kulinermu?

 

 

 

 

 

Hits: 3086

Kamu kapan terakhir ikut pawai berbaju nasional? Kalau saya, hmm.. mungkin waktu SD atau malah TK?  Setahu saya,  selain pada peringatan 17an, biasanya siswa-siswa sekolah akan berbusana nasional pada peringatan Hari Lahir Ibu Kartini. Iya, kan?! Kecuali kalau kamu memang penari atau orang yang kerjanya dekat dengan pertunjukan tradisional. Nah, apa jadinya jika yang berpakaian nasional adalah Bapak, Ibu pegawai pemerintahan yang biasanya berbatik atau berseragam cokelat kulit sapi? Ya, ini beneran kejadian di Tangerang beberapa waktu lalu.

Mengusung tajuk Festival Budaya, pada pagi itu ribuan Aparatur Sipil Negara (ASN) Kota Tangerang berbaris rapih, berdandan tampan dan cantik dengan puluhan jenis pakaian daerah. Ada juga rombongan yang berjumlah hingga 500 orang berbaju batik mengikuti kirab budaya pagi itu. Mereka dilepas oleh Walikota Tangerang, Bapak Arief R Wismansyah. Parade juga dimeriahkan oleh macam-macam tarian dari berbagai suku dan daerah. Tidak cuma dimerihkan oleh ASN Kota Tangerang tetapi juga ada  perwakilan dari 11 kota dan kabupaten di Indonesia, seperti Kota Kediri, Bandung  bahkan Kabupaten Merauke, Papua.  

Tidak main-main, seluruh Kepala Dinas, Pak Camat hingga Pak Lurah, wajib menyiapkan tim-nya dengan pakaian adat daerah manapun dari seluruh Indonesia.  Tepat di bawah Tugu Adipura, dua orang MC memperkenalkan setiap kontingen. Masyarakat tumpah ruah. menyaksikan dengan gembira. Mungkin ada yang baru hari itu melihat dengan mata langsung pakaian adata Aceh, pakaian adat Dayak atau bahkan koteka dari Papua. Seru. Beberapa kontingen bahkan tidak hanya berparade, tetapi juga menyuguhkan atraksi dari tari-tarian khas nusantara hingga atraksi barongsai. Siapa bilang Barongsai cuma milik suku Tionghoa? Para pemainnya, jelas-jelas bukan dari suku Tionghoa.

Sebagai informasi, Festival Budaya Nusantara 2017 tersebut digelar selama satu minggu, pada minggu pertama Desember 2017.  Kirab di minggu tadi, hanya merupakan salah satu rangkain. Masih ada kegiatan lain seperti  berbagai perlombaan, di antaranya lomba palang pintu, lomba tari kreasi nusantara, lomba baju pengantin tradisional, lomba standup comedy, serta penampilan Sendratari Ramayana dan pertunjukan lighting Tangerang dalam Visual di penutupan kegiatan.

Buat saya, inisiatif Kota Tangerang melaksanakan acara ini, patut diacungi jempol. Kapan lagi kita diingatkan bahwa Indonesia ini kaya dan beragam. Jangan cuma anak TK dan SD yang wajib menggunakan pakaian daerah pada hari-hari tertentu. Orang-orang dewasa pun sesekali perlu melakukan simbol-simbol Bhinneka Tunggal Ika seperti ini.

Festival-festival seperti ini seharusnya rutin diadakan. Apalagi Tangerang yang menjadi kota Satelit Jakarta adalah minatur Indonesia. Tangerang memang tidak mempunyai penduduk asli. Suku Betawi dan Keturunan Tionghoa sudah membaur jadi satu. Wilayahnya yang masuk Provinsi Banten (yang pecahan dari Jawa Barat), membuat disini juga banyak didiami orang Sunda. Kini, sebagai kota penyanggah, lebih banyak lagi asal muasal penduduk yang tinggal disini. Mungkin tingkat pluralismenya belum semajemuk Jakarta, tapi untuk ukuran Kota kecil dan menengah, harmoni keberagaman di Tangerang pantas jadi contoh daerah lain.

Ayo ke Tangerang!

Hits: 1277

“My mother is traveling alone to LA, using wheel chair and now she is awaiting for me at the boarding gate, please help me to see her just for a moment… ” Dengan terbata-bata dan ingin menangis saya jelaskan ke petugas imigrasi bahwa mama saya sendirian, pakai kursi roda dan sedang menunggu saya membeli makanan. Perasan berkecamuk, menatap mata Mbak-Mbak imigrasi yang kulitnya putih kinclong dengan harap-harap cemas.

***

Sebagai pemegang green card, Ibu Saya memang punya hak yang sama dengan warga negara USA, bedanya Ia tidak punya hak politik. Alias tidak boleh memilih dan dipilih dalam legistlatif. Tidak enaknya, beliau tidak bisa meninggalkan Amerika lebih dari 6 bulan setiap tahunnya, which is… kalau pulang kampung (ke Indonesia) ya, maksimal 6 bulan. Katanya sih, kecuali kalau sudah lebih dari 5 tahun jadi green card holder, boleh pulang ke negara maksimal hingga 1 tahun lamanya.

Kata orang enak, bisa sering-sering  ke USA. Kata saya sih, sekarang gak enak-enak (amat) lagi. Pertama, kalau ke USA saya hanya bisa di akhir tahun atau di awal tahun banget. Periode itu lagi musim dingin, dimana saya TIDAK SUKA DINGIN! Suhu AC kamar saja saya bisa senewen apalagi ketemu suhu minus. Saya tidak peduli namanya salju, namanya musim gugur. Pokoknya kalau dingin, saya menderita. Titik. Saya bisa mati karena rindu matahari. Kedua, harus preparing dana ekstra setiap tahun, karena mama sering pengen pulang dan saya harus jemput atau nganterin balik. Kita sekeluarga belum tega membiarkan Mama jalan sendirian lebih dari 20 jam dengan transit di negara-negara yang bandaranya super luas dan hurufnya saja belum tentu huruf latin. Apalagi Mama tidak begitu lancar berbahasa Inggris dan cepat lelah kalau jalan jauh dari gate ke gate di bandara yang terlalu besar.

Nah, kejadian ini baru saja Agustus lalu. Kondisi saya dan keluarga benar-benar sedang tidak bisa mengantarkan Mama (macam-macam alasannya, termasuk situasi keuangan yang kurang mendukung). Sementara Mama sudah hampir 6 bulan pulang kampung, yang artinya harus segera balik ke “kampung barunya” itu kalau nggak mau kena “black list”  Pemerintah USA. Setelah melalui berbagai pertimbangan, kami mencarikan Mama  tiket pesawat yang transitnya cuma sekali, pesawat lokal Asia dan saya bisa mengantar sampai bandara transit sebelum direct flight ke Los Angeles plus murah tentu saja. Dan dari semua kriteria itu saya memilih Phillipine Airlines. Beberapa tahun lalu saya juga pernah naik pesawat Filipina yang full service ini, dan not bad-lah. Masih recommended. 

Maka tibalah hari keberangkatan. Saya membeli tiket pesawat yang sama dengan Mama sampai Manila. Niatnya memang mau nganterin sampai Manila saja, dan memastikan beliau masuk pesawat direct ke LA, yang artinya tidak turun-turun lagi dan langsung dijemput Saudara di LA. Ini perjalanan Mama yang pertama  dan sendirian sejauh ini. Agak cemas juga plus nggak tega. Tapi mau bagaimana lagi, Mama harus kembali ke USA bulan ini. Dari Bandara Soetta, saya sudah memesankan wheel chair, biar mama nggak capek jalan dan tidak repot mencari gate sendirian saat landing. Intinya, kalau pakai wheel chair, crew pesawat akan lebih memperhatikan. Itu saja. 

Rencananya, setelah tiba di Manila pada pagi harinya (kami berangkat dini hari dari Jakarta), saya akan langsung balik siangnya ke Jakarta via KL dengan Cebu Pacific. Bokek, males mampir-mampir Manila. Tentu saja saya memilih jam setelah pesawat Mama take off ke LA. Setiba di Manila, Mama langsung ke gate transit dengan wheel chair bersama petugas. Sementara saya tetap harus keluar imigrasi dulu lalu check in pesawat pulang dan kembali ke boarding gate menemani Mama yang transit 3 jam (rempong ya boo…) Oya, kalau ada yang nanya, kenapa nggak check in online aja trus langsung masuk boarding gate sama nyokap, nih gw jawab ya : biarpun lo udah check in online,tetep kudu keluar imigrasi karena pesawat Saya bukan connecting flight. Gitu.

Saya juga keluar rencananya mau menukar Rupiah ke Peso buat bekal Mama beli makanan pas transit di dalam, karena Mama tidak punya kartu kredit. Kelar imigrasi, mau check in, baru sadar sebuah ketololan telah terjadi. Ternyata Phillipines Air (PA) dan Cebu beda terminal, saudara-saudara!! Cebu di terminal baru yang jauhhh.. dari Terminal PA. YANG ARTINYA GW NGGAK BISA MASUK LAGI NEMUIN MAMA YANG NUNGGU SENDIRIAN.  Jauhnya pake banget, lebih jauh dari sekedar T1 ke T3 di Soetta, mirip-mirip dari Soetta ke Kota Tangerang dipinggir Soetta. Duh, kenapa bisa stupid begini, seharusnya pada saat memesan tiket, ini sudah Saya antisipasi.

***

Tiba-tiba bingung dan agak linglung, saya coba ke imigrasi untuk minta tolong; minta ijin masuk ke gate dan ketemu sebentar saja. Seorang petugas masih muda berumur 20an, bilang tidak bisa, karena Saya tidak punya pass masuk gate PA. Oke, Saya ke counter tiket PA, cari tiket kemana pun yang terdekat, yang penting bisa masuk gate dan ketemu mama sebentar. But it was sold out! Mulai stress, bener-bener stress. Mama pun HP nya mati. 

Ok, duduk sebentar tarif nafas.

Dalam kalut, saya mencoba menelpon Kedutaan RI di Manila. Intinya sekedar minta penjaminan bahwa Saya memang cuma berniat ketemu Ibu Saya walau sebentar. Pagi itu hujan deras dan masih pukul 06.30.  Seorang di seberang sana menjawab dalam Bahasa Inggris; petugas kedutaan belum ada yang masuk kantor. Masih kepagian. Hikss…ini gimana mau bantu WNI 24 jam??  

Duh, kebayang,…selama Mama di Jakarta-Bogor, rasanya waktu Saya buat Mama sedikit sekali. Saya suka sibuk sendiri, dan jarang menghabiskan waktu dengan beliau. Sekarang mau ketemu saja pakai bawa-bawa negara.

Ya wes, satu-satunyanya jalan.. balik lagi ke imigrasi memohon-mohon dengan ratapan anak tiri. Mungkin karena iba, petugas yang tadi akhirnya meminta saya menghadap “supervisor”. Seorang perempuan Pilipino setengah baya yang cantik. Katanya ini “special case” banget, tidak pernah ada yang begini. Saya mencoba menjelaskan dengan Bahasa Inggris seadanya tapi  dengan clear bahwa ini sangat mendesak.

Terbayang Mama yang pasti sedang kebingungan kenapa Saya tidak juga muncul. Saya memberikan nama Mama, nomer flight dan ciri-cirinya. Awalnya dia tetap bilang tidak bisa. Tapi saya berkilah, bahwa sebagai sesama warga Asia Tenggara (yang tidak perlu VISA) Mama bisa keluar sebentar menemui Saya di depan jika Saya tidak bisa masuk. Ternyata menurut hukum, jika sudah  masuk ke boarding gate internasional, kita dianggap sudah meninggalkan negara bersangkutan. Si Pilipino pun sepertinya bingung tapi mencoba memahami perasaan Saya. Hening sesaat. Tidak berapa lama, Ia memaggil seorang stafnya, berbicara dalam Bahasa Tagalog (yang tentu saja tidak saya pahami). Sekitar 10 menit kemudian, staf tadi datang dengan Mama. Saya berkaca-kaca sambil mengucapkan terima kasih. Saya peluk Mama dengan erat dan Mama pun bingung apa yang terjadi.

Saya cuma diberi waktu 10 menit buat ketemu Mama. Untungnya tadi saya sempat membelikan roti dan minuman buat bekal menunggu penerbangan berikutnya. Rasanya ini 10 menit paling berharga bagi Saya bersama Mama. Sedih, banget! Karena belum tahu lagi, kapan bisa ketemu beliau. Sungguh saya tidak suka drama, tapi kejadian ini benar-benar drama buat Saya. Namun dengan senyum manis petugas bandara yang baik hati menguatkan Saya; “dont worry, we’ll take care of her.. 

Now, I miss you,..mom..

 

 

.

Hits: 2452

Katanya, topik-topik keberagaman sekarang lagi sangat seksi. Di tengah gempuran berbagai pihak untuk memecah belah Bhinneka Tunggal Ika, masih banyak orang yang berjuang untuk tetap mengutamakan perbedaan sebagai kekayaan bangsa. Saat membaca postingan orang-orang di Sosial Media yang penuh ujaran kebencian, saya sempat berpikir; beginikah sebenarnya wajah orang Indonesia di dunia nyata? Ternyata dunia sosmed, cenderung melebih-lebihkan alias lebay.

Tahun lalu saya ke Semarang, menyaksikan dari dekat bagaimana keberagamaan itu membaur menjadi bagian kehidupan masyarakatnya. Di Pohuwato, sebuah kabupaten yang ditempuh sekitar 4 jam dari Ibukota Gorontalo ada satu desa kecil yang dihuni lima agama sekaligus lengkap dengan rumah ibadahnya yang besar-besar. Atau tidak usah jauh-jauh sampai ke Indonesia Timur, coba deh perhatikan kota kalian masing-masing. Hampir semua kota di Indonesia punya daerah Pecinan yang tinggal berdampingan dengan penduduk asli. Bahkan di Aceh, -yang 99% penduduknya muslim yang taat dan peraturan Pemerintahnya dibuat dalam Syariat Islam- ada kawasan Pecinan-nya. Dan hebatnya, semua hidup aman bersama. Eniwei, di berbagai kota-kota besar di dunia daerah Pecinan adalah lokasi pariwisata unggulan, loh!

Minggu lalu, saya berkesempatan mengeksplor Kota Tangerang dan baru saya tahu bahwa daerah di pinggiran Jakarta ini, dahulu kala dibangun oleh berbagai suku dan golongan. Saya dan teman-teman blogger menyambangi Pasar Lama, sebuah kawasan yang merupakan cikal bakal Kota yang dibelah oleh Sungai Cisadane ini. Dulunya wilayah ini dibangun bersama antara orang-orang Betawi, SukuTionghoa dan para perantau dari Timur seperti Suku Bugis dan Makassar.

Pintu Air 10, Landmark Kota Tangerang

Di kawasan Pasar Lama ada beberapa klenteng diantaranya Klenteng Boen Tek Bio yang usianya sudah ratusan tahun dan masih difungsikan hingga sekarang. Letaknya yang berada tempat di tengah-tengah pasar tradisional keberadaannya yang menyatu dengan seluruh kelas masyarakat. Tidak jauh dari sana, ada Mesjid Kalipasir, masjid tua sederhana yang dibangun pada abad ke 17 dan arsitekturnya juga mengadopsi budaya Tionghoa. Konon, keduanya dibangun bersamaan dan dikerjakan juga secara bersama antara muslim dan Tionghoa.

Boen Tek Bio

Nah, yang paling baru disini adalah museum Benteng Heritage. Museum memang terhitung baru (sekitar 6 tahunan), tapi bangunan museum ini sama tuanya dengan Mesjid Kalipasir dan Klenteng Boen Tek Bio. Adalah seorang pengusaha keturunan Tionghoa yang membeli dan merestorasi bangunan ini menjadi museum yang bernilai sejarah tinggi. Bentuk bangunan dan isinya persis seperti Museum Peranakan Penang yang saya kunjungi tahun lalu, hanya ukurannya saja yang lebih kecil.

Pintu Utama Benteng Heritage, sayang kamera gak boleh masuk…
Rombongan Blogger Kamadig

Bedanya, disini diceritakan bagaimana akulturasi Budaya antara Tionghoa, Betawi dan perantauan dari Bugis Makassar membangun Tangerang bersama-sama. Mirip-mirip dengan Klenteng Sam Poo Kong di Semarang, disini diceritakan juga perjalanan Laksamana Ceng Ho seorang muslim yang mendarat di Teluk Naga Tangerang dan diyakini sebagai nenek moyang orang Tangerang.

Btw, dari museum ini saya tahu.. Tangerang adalah salah satu penghasil kecap sejak jaman penjajahan Belanda. Dan ternyata, sejak dulu slogan “Kecap Nomer 1” sudah ada. Bahkan, karena semua ingin jadi nomer satu, tidak mau jadi nomer dua apalagi 10, akhirnya pada masa itu disepakati ada No 1a, 1b, 1c dan seterusnya yang didasarkan atas tingkat rasa manis atau asin masing-masing kecap. Hahahaha..

 

Kecap SH, sudah berdiri sejak 1920.

Kalau dilihat dari sejarahnya, Tangerang memang tidak mempunyai penduduk asli. Suku Betawi dan Keturunan Tionghoa sudah membaur jadi satu. Wilayahnya yang masuk Provinsi Banten (yang pecahan dari Jawa Barat), membuat disini juga banyak didiami orang Sunda. Kini, sebagai kota penyanggah, lebih banyak lagi asal muasal penduduk yang tinggal disini. Mungkin tingkat pluralismenya belum semajemuk Jakarta, tapi untuk ukuran Kota kecil dan menengah, harmoni keberagaman di Tangerang pantas jadi contoh daerah lain.

Foto foto : Team Kamadigital.com

 

 

 

 

Hits: 2199

Di Banda Aceh ada Taman Seribu Janji. Letaknya pas di tepi Sungai Krueng Raya yang melintas di tengah kota. Dinamakan Taman Seribu Janji, mungkin karena suasana disana memang romantis melankolis (apalagi di sore hari), sehingga banyak pasangan yang saling berjanji (baca: ngegombal) hingga seribu macam jenis janjinya. Tapi tidak usah jauh-jauh ke Banda Aceh kalau mau berjanji, main-mainlah ke Kota Tangerang yang kini setiap sudutnya penuh dengan taman. Bukan janjinya saja yang bisa sampai seribu macam, jumlah tamannya pun bisa disebut “seribu”. Beneran!

***

Apa yang terbayang di kepalamu ketika mendengar kata Tangerang? Kalau saya, hal pertama yang duluan muncul adalah : “panas”. Iya, soalnya saya sering melipir ke pinggiran Tangerang seperti Cikokol, Serpong, Ciputat dan daerah-daerah itu udaranya panas dan lumayan padat penduduk. Ada juga teman saya yang mengidentikkan Tangerang itu dengan mall-mall keren, kota satelit baru dan perumahan mewah. Ya, semua ada benarnya, tapi Tangerang itu luas loh, ada 3 daerah adminstratif didalamnya, yaitu; Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.

Hingga pada sebuah minggu pagi, saya bersama beberapa teman diajak mengeksplore taman-taman Kota Tangerang. Pemda Kota Tangerang sudah membangun 150 taman untuk memenuhi kota ini, 27 diantaranya adalah taman tematik. Kenapa tematik, karena setiap taman punya ciri khas masing-masing. Ada Taman Potret, Taman Kelinci dan Kupu Kupu, Taman Bambu, Taman Gadjah Tunggal dan yang sedang dalam proses adalah Taman Burung.

Kata Pak Walikota, pembuatan taman-taman cantik ini sebagai bagian dari upaya Tangerang untuk mewujudkan City Of Happiness. Tentu saja, taman-taman ini juga berfungsi sebagai paru-paru kota. Sungguh kota ini jauh dari kesan “panas” seperti yang saya pikirkan sebelumnya. Masuk ke pusat kota, kita sudah disuguhi pepohonan yang teduh dan jauh dari kesan gersang. Malah di beberapa sudut terlihat seperti Kota Bogor, ditambah ada Sungai Cisadane yang membelah kota, membuat kota ini memiliki keunikan sendiri.

Taman Potret

Di Taman Kelinci, benar-benar dipelihara kelinci yang sehat dan gendut-gendut. sementara di sebelahnya ada Taman Kupu Kupu. Memang, saat kami berkunjung, kupu-kupunya belum banyak, karena kubahnya saja baru dibangun. Konsepnya persis seperti Taman Kupu Kupu di Penang yang pernah saya kunjungi tahun lalu. Hanya ukurannya saja yang lebih kecil. Taman burung bentuknya seperti miniatur Taman Burung di TMII dan Singapura juga tengah dibangun. Tidak lama lagi, semuanya bisa dinikmati semua lapisan masyarakat secara gratis.

Taman Kupu Kupu

Mau main-main di taman dengan anak-anak? Gampang! Datang saja ke Taman Potret atau Taman Gadjah Tunggal. Disini disediakan arena bermain anak yang gratis, sementara orang dewasa bisa duduk-duduk nongkrong dengan pusat jajanan di sekelilingnya. Atau mau duduk-duduk santai mencari inspirasi? Saya pikir, Taman Bambu adalah lokasi yang paling tepat. Oya..beberapa taman sudah dilengkapi free wifi. Cocoklah buat nge-galau sambil nge-net gratisan. Hehehe..

Taman Bambu

 

Tahun lalu, di Melbourne saya takjub melihat masyarakatnya yang senang sekali menghabiskan waktu di taman bersama keluarga. Katanya, pemerintah Australia percaya kekerabatan keluarga akan tercipta di ruang terbuka hijau. Tidak heran kalau disana mall-mall tutup jam 6 sore. Komunikasi dalam keluarga dianggap sebagai fondasi terbaik untuk menjaga keutuhan bangsa. Makin sering kita berinteraksi di alam, maka makin baik kualitas generasinya. Artinya lagi, keluarga akan mencetak generasi-generasi yang madani yang siap memajukan bangsa.

Konsep “back to nature” ala Kota Tangerang ini patut dicontoh kota-kota lain. Alam mengajarkan banyak kearifan lokal, kekerabatan dan tentu saja mengurangi polusi.

Hmm, Jadi kapan kita main ke taman?

Hits: 2370

Suka belanja? Katanya sih belanja itu obat stress paling mujarab. Konon, yang bilang hidup ini tidak indah, pasti tidak tahu caranya shopping. Hehehee… Saya sebagai perempuan tentu saja doyan yang shopping. Sayang, kondisi kantong tidak selalu memungkinkan untuk saban waktu pelesiran ke mall. Maklumlah, kalau belanja, wanita memang sulit bisa direm, meski sedang nggak punya duit sekalipun, saat diskon semua dijabanin asalkan produk idaman berhasil berada di tangan. Kalau kondisi keuangan sedang tidak memungkinkan, sebagai gantinya, terkadang merawat barang-barang lama jadi keistimewaan tersendiri

Seperti kebanyakan produk fesyen, tas memang menjadi bagian dari gaya hidup. Demi memperoleh barang berkelas, banyak perempuan tidak segan menghabiskan uang banyak untuk berbelanja tas. Salah satu jenis item impian bagi wanita adalah tas selempang. Item ini merupakan aksesori wajib berada di lemari koleksi. Kalau saya sangat menyukai tas yang bercirikan tali panjang ini karena tidak ribet, tidak menghalangi pergerakan dan tidak cepat bikin bahu capek. 

Sekarang pilihannya makin banyak, dari yang modern dan classy hingga yang berkesan tradisional. Saya lagi senang tas selempang bernuansa etnik yang kini kita bisa di-hunting  secara online. Salah satu online shop favorit saya sebagai penjual tas selempang wanita berkualitas adalah Qlapa dotcom (klik disini) Di sana, kita bisa memperoleh item dengan karakter etnik bernuansa budaya Indonesia yang penuh ragam dan corak cantik.

Nah, meski sudah berhasil mengoleksi produk bahan berkualitas dari produsen kenamaan sekalipun, perawatan yang salah menjadikannya cepat rusak dan lusuh. Lantas, bagaimana supaya nggak terjadi seperti itu? Begini beberapa tips merawatnya agar bisa bertahan lebih lama dan selalu tampak baru. 

 

Kosongkan bagian dalam Tas selempang

Selepas menggunakan tas favorit, jangan lupa untuk mengosongkan bagian dalamnya. Khususnya, saat kamu ingin menyimpannya ke dalam rak atau lemari. Bila berbagai item tidak dikeluarkan terlebih dulu, beragam benda tersebut bisa mengotori interior tas. Mulai dari tinta dari pulpen, pensil, bedak, lipstik, hingga permen.

Usahakan secara disiplin mengeluarkan seluruh benda di dalamnya sebelum disimpan. Apalagi bila ternyata ada sampah atau benda sejenis yang lupa untuk dibuang. Mau item kesayangan jadi sarang sampah? Iya kalau cuma sampah kering, kalau ada yang sedikit basah bagaimana? Tas selempang wanita kesayangan pun jadi cepat rusak.  

Pakai tissue paper atau kertas roti untuk membersihkan tas selempang

Kebersihan item ini pun tidak boleh terlupakan ya… Pakai kertas roti atau tissue paper yang dipadatkan untuk membilas kotoran tertempel. Cara ini sengaja dipilih supaya bentuk tas tidak berubah. Kebersihan juga perlu dijaga supaya setiap item favorit tersebut awet dan penampilannya pun tetap terjaga. Sementara itu, bersihkan lining atau pinggiran menggunakan kain basah plus sabun namun tak terlalu banyak. Cara memperlakukan tas dengan tissue atau kertas roti adalah:

  • Jangan terlalu keras menggosok atau menekan terlalu keras karena akan mengubah materialnya.
  • Hindari menyimpannya pada tempat lembat karena akan memicu jamur dan bakteri.
  • Alihkan tempat penyimpanan ke lingkugan kering serta bersikulasi udara bagus.

Noda dan kotoran tas selempang wajib dihilangkan sesegera mungkin

Kamu sering menyimpan kosmetik di dalam tas kan? Hati-hati, seringnya hal tersebut tidak ditunjang oleh tata letak penempatan yang benar. Malahan sering ditemui, penyimpanan terkesan asal-asalan, akibatnya pun jadi buruk buat tas. Tas jadi kotor dan bernoda. Kalau sudah demikian, buruan deh ambil tindakan sebelum terlambat. Coba hilangkan noda-noda seperti itu dengan memakai penghapus kering, penghapus kuteks, atau cuka. Kalau tidak punya, manfaatkan cairan seperti parfum. Selain bersih, tas selempang wanita jadi harum dan tampak seperti baru.

Jaga Kelenturan tas selempang wanita pakai pelembap

Tidak seharusnya semua benda dimasukkan ke dalam tas. Terlalu banyak benda yang dimasukkan membuat tas berada dalam kondisi terancam. Oleh sebab itu, hindari membawa benda terlalu banyak. Namun, ada satu item penting yang tidak boleh ditinggalkan yaitu pelembab. Pelembab merupakan produk kecantikan yang bermanfaat untuk menjaga kelenturan produk kesayangan. Berkatnya, kekeringan kulit tas bisa diatasi oleh bahan-bahan yang terkandung di dalam pelembab, yang pada juga memperpanjang usia tas selempang wanita. Cara penggunaannya pun sangat mudah yaitu dioleskan saja di permukaan tas secara merata.

Cara menyimpan tas selempang secara benar

Beberapa model produk memiliki kantung debu atau dustbag. Kantong-kantong tersebut berguna untuk menyimpan saat tidak dikenakan. Namun, beda halnya bila ternyata di dalam paket pembelian tidak disertakan dustbag. Maka, kita perlu mencari pengganti yang pas, salah satunya kain bantal atau bahan-bahan alami lainnya. Tempat penyimpanan yang tepat akan membantu mempertahankan penampilan fisik. Selain itu, bagian interirornya pun tidak bakal mengalami kerusakan, biarpun tas dipakai setiap hari.

Pangkas bau apak tas selempang wanita dengan kertas koran

Keluhan soal bau ini sudah sangat sering ditemui di hampir sebagian besar tas wanita. Kadang, kita baru sadar ketika baunya sudah merebak ke seluruh kantong. Kalau sudah begini, tindakan darurat perlu dilakukan. Salah satu cara untuk menangani masalah ini dengan memakai kertas koran. Coba deh,.. padatkan beberapa kertas koran ke dalam tas, lalu diamkan selama beberapa hari hingga baunya menghilang. Jreng, bau pun lenyap! Itulah cara paling murah dan mudah untuk menghapus aroma tidak sedap dari dalam tas. Selesai menerapkan tips ini, jangan sungkan-sungkan menyemprotkan parfum kesayangan ke dalam interiornya supaya jadi lebih wangi.

 

Hits: 763

Anker alias Anak Kereta. Mungkin julukan itu tepat buat saya. Meski nggak sampai punya gank di gerbong kereta (eh, ini ada loh!) Saya sudah mengalami peralihan dari KRL Bogor-Jakarta dari yang kumuh, lusuh, panas dan tidak pernah ontime hingga sekarang jadi Kereta Rel Listrik (KRL) atau Commuter Line yang membuat saya bangga sebagai orang Indonesia.

Dulu, waktu stasiun masih jorok dan penuh PKL, saya berpikir apa bisa nih dibenahi mengingat kondisinya yang super amburadul. Belum lagi, karena sistem ticketing yang masih manual, banyak penumpang gelap yang masuk membuat kereta berdesakan, sampai di atap pun penuh orang. Dari sisi penumpang, jelas mengancam keselamatan jiwa, sementara dari sisi perusahaan tidak heran kalau bertahun-tahun PT KAI merugi.

Kini berbeda. Hampir semua stasiun sudah terlihat mewah dan keren. Meskipun belum sama persis dengan transportasi negara tetangga, setidaknya banyak sekali (baca; banyak banget) perubahan yang signifikan infrastruktur dan moda transportasi publik ini. Sistem ticketing pun semua sudah digital dan cashless. Tidak ada lagi penumpang gelap. Kebayang nggak, ketika pertama kali diaplikasikan, banyak suara-suara sumbang yang menolak sistem ini. Antrian di gate mengular, karena banyak yang belum paham cara kerja mesinnya. Tidak lama setelah itu, vending machine pun mulai beroperasi.  Penumpang mau tidak mau harus belajar lagi cara penggunaannya yang serba otomatis. Secara tidak langsung KRL (baca: pemerintah) tidak saja membuat fasilitas menjadi lebih baik, tetapi juga mengedukasi masyarakat.

Kalau dulu, naik KRL adalah milik golongan ekonomi menengah ke bawah, sekarang KRL jadi milik semua lapisan. Tidak ada lagi kasta-kasta karena tidak ada lagi kelas-kelas pada gerbong. Memang sudah seharusnya begitu ownership transportasi publik. Jangan heran jika KRL sudah menjadi etalase berbagai jenis profesi, kelas sosial bahkan suku dan ras. Seperti Indonesia kecil. Tidak percaya? Makanya, jangan naik kendaraan pribadi terus dong… Coba deh naik KRL sesekali. Data menyebutkan, saat ini sekitar 900 ribu orang diangkut oleh KRL Jabodetabek setiap hari, dan jumlah ini diprediksi akan naik menjadi sekitar 1,2 juta orag per hari pada 2019. Makanya Pemerintah gencar sekali membangun infrastrukturnya.

Setelah pembenahan bangunan stasiun yang sangat masif, stasiun-stasiun baru pun ditambah. Stasiun paling baru di Jabodetabek adalah Stasiun Bekasi Timur yang baru diresmikan Menteri Perhubungan pada 8 Oktober 2017. Tidak saja menjadi pangkal tujuan ke Jakarta, stasiun ini juga terhubung hingga Cikarang. Jadi sekarang judulnya ada #KRLSampai Cikarang. Lintasan KRL lintas Bekasi-Cikarang memiliki panjang 16,74 km. Dengan waktu tempuh sekitar 21 menit. Frekuensi perjalanan kereta sebanyak 32 kali per hari. Keberangkatan KRL pertama dari stasiun Cikarang pukul 05.05 WIB. Sedangkan kedatangan terakhirnya pukul 23.45 WIB.

Pembangunan stasiun ataupun lintasan Bekasi-Cikarang ini adalah hasil kerjasama Pemerintah Indonesia dan Jepang. Melalui kontrak paket B1 yaitu elektrifikasi lintasan Bekasi-Cikarang yang ditandatangani 2012 lalu dengan nilai kontrak Rp2,3 triliun. Kontrak tersebut meliputi semua aspek perkeretaapian.

Mau tau fasilitas apa saja yang ada di sini ? Peron sepanjang 270 meter yang dapat mengakomodir 1 rangkaian KRL dengan 12 kereta, Closed circuit television (CCTV), Lift khusus bagi lansia dan penyandang disabilitas, denah jalur evakuasi, toilet, musholla bahkan pos kesehatan. 

So, sekarang ke Cikarang bisa naik KRL! Anti macet dan waktu tempuhnya pun lebih cepat. PR kita sebagai pengguna cuma satu, yuk…kita jaga baik-baik!

 

Hits: 2251

Tak hanya fashion, dunia kuliner tanah air pun memiliki tren tersendiri. Kali ini, para artis Indonesia yang tengah berlomba-lomba untuk membuka bisnis oleh-oleh makanan di berbagai kota. Menariknya, oleh-oleh tersebut mengusung banyak kemiripan, baik dari bentuk kue, rasa, packaging, hingga promosinya. Padahal mereka pun tidak mendirikan bisnis secara bersama-sama.

Di berbagai kota, gerai toko oleh-oleh artis ini selalu terlihat ramai dan penuh antrian. Demi memantau perkembangan bisnis secara langsung, tidak jarang artis-artis ini  datang, pesan hotel di kotanya dan langsung dan ikut melayani secara langsung penjualan produknya. Hal ini tentu sangat ampuh untuk mendongkrak omzet. 

Jadi, siapa saja artis Indonesia yang berkecimpung di bisnis oleh-oleh makanan ini?

Malang Strudel – Teuku Wisnu

Bisa dibilang Teuku Wisnu-lah yang menjadi pelopor para artis untuk membuka usaha oleh-oleh dengan mengusung nama daerah. Berdiri sejak tahun 2014 lalu dan kini gerai Malang Strudel sudah memiliki 6 cabang di kawasan Malang. Ada beberapa varian rasa Malang Strudel yang bisa dipilih, yaitu apel, pisang cokelat, keju, stroberi, nanas, jeruk, mixfruit, dan yang terbaru adalah greentea serta red velvet.

sumber: beautynesia.com

Jogja Scrummy – Dude Harlino

Tak lama kemudian, Dude Harlino ikut membuka usaha serupa di Yogyakarta. Ia bekerja sama dengan petani lokal untuk memadukan kue dengan wortel. Respon masyarakat Yogja dan sekitarnya juga positif, terbukti kini Jogja Scrummy sudah membuka 4 gerai. Varian rasanya terdiri dari cokelat, keju, taro, srikaya, karamel, dan mangga.

Medan Napoleon – Irwansyah

Buat yang di Medan, kamu bisa mampir juga ke Medan Napoleon. Kabarnya, usaha oleh-oleh Irwansyah di Medan tak pernah sepi pengunjung. Dalam suatu wawancara, ia bahkan mengaku kewalahan untuk melayani pesanan. Medan Napoleon merupakan perpaduan kue lapis dengan pastry yang tersedia dalam berbagai rasa, seperti keju dan red velvet.

sumber: mhm.asia

Surabaya Snowcake – Zaskia Sungkar

Tidak mau kalah dengan sang suami, istri dari Irwansyah ini juga turut membuka usaha oleh-oleh di Surabaya. Surabaya Snowcake bisa dikatakan sebagai versi kekinian dari kue lapis khas Surabaya, yaitu terdiri dari cake aneka rasa yang diapit oleh pastry. Bagian atasnya ditaburi gula halus sehingga menyerupai salju.

Bogor Raincake – Shireen Sungkar

Menyusul jejak kakak dan suaminya, Shireen Sungkar ikut merintis usaha oleh-oleh bernama Bogor Raincake. Baru dibuka pada bulan April 2017 lalu, gerai oleh-oleh Shireen sepertinya tak pernah sepi pengunjung. Tidak mengherankan jika ada pengunjung dari luar kota yang sengaja pesan hotel di dekat gerai Bogor Raincake agar tidak kehabisan.

Makassar Baklave – Irfan Hakim

Oleh-oleh kekinian milik Irfan Hakim punya tampilan yang agak berbeda. Tidak memanjang seperti yang lain, Makassar Baklave berbentuk bulat dengan potongan segitiga layaknya pizza. Varian rasanya pun cukup beragam dan sangat kekinian, seperti oreo blast, royal chocolate, rich cheese, dan nutty fruity.

sumber: makassarbaklave.com

Bandung Makuta – Laudya Cynthia Bella

Beralih ke Kota Bandung, ada Laudya Cynthia Bella dengan usaha oleh-olehnya bernama Bandung Makuta. Mirip seperti yang lainnya, makanan satu ini juga terdiri dari pastry dan cake, ditambah dengan krim di atasnya. Beberapa varian rasa yang tersedia adalah cokelat, keju, dan blueberry.

Cirebon Sultana – Indra Bekti

Bersama dengan istrinya, Indra Bekti merintis usaha oleh-oleh Cirebon Sultana yang resmi dirilis pada April 2017 lalu. Cirebon Sultana hadir dalam bentuk cake yang dibalut dengan pastry. Ada berbagai jenis rasa yang ditawarkan oleh Cirebon Sultana, yaitu mangga, blueberry, chocobanana, keju, dan double chocolate. Semuanya dibanderol dengan harga Rp 55.000.

Nah,..Itulah beberapa artis Indonesia yang membuka usaha oleh-oleh kekinian di berbagai kota. Jika tertarik untuk mencobanya dan sekalian ingin berlibur, yuk langsung saja pesan hotel di dekat gerai oleh-oleh tersebut agar bisa segera mendatanginya begitu jam operasional dibuka. Dengan begitu, kamu tak perlu ikut antri panjang atau bahkan tidak kebagian rasa kue yang kamu inginkan.

 

Featured image : https://www.tokopedia.com/silabanstore1st/kue-bolu-medan-napoleon

Hits: 1192

Beberapa waktu lalu, saya terbang dari Palembang ke Jakarta. Sengaja saya pilih pesawat paling pagi, agar bisa segera beraktivitas di Jakarta seperti biasa. Dari rencana take off pukul 06.30 pagi, hingga pukul 09.00 pagi belum juga ada tanda-tanda keberangkatan. Katanya, ada kerusakan pada pesawat sehingga harus menunggu perbaikan atau pesawat pengganti. Hingga menjelang pukul 11.00 siang belum juga ada pergerakan. Keterlambatan lumayan lama ini membuat saya harus membatalkan beberapa janji.

Saya langsung menuju Customer Service maskapai yang dimaksud untuk meminta kompensasi. Saat itu hanya ada dua orang penumpang yang komplain termasuk saya. Penumpang lain lebih senang menggerutu tanpa berbuat apa-apa. Sesuai Peraturan Pemerintah, keterlambatan lebih dari 240 menit, penumpang mendapat uang sebesar Rp 300.000,- Petugas Customer Service nampaknya tidak sigap melayani kami. Ketika saya bertanya soal kompensasi, awalnya mereka menolak. Tetapi dengan sedikit diplomasi akhirnya kami pun disuruh menunggu. Tepat pukul 11.30 siang (setelah delay 5,5 jam) akhirnya uang kompensasi pun dibagikan. Pyiuhh.. Coba kalau saya pasrah saja seperti penumpang yang lain, belum tentu maskapai yang terkenal suka telat ini bagi-bagi uang.

Service Crossword Concept

Teman saya pernah bilang saya ini tukang komplain. Dari call center yang cuma dijawab oleh mesin, kuota selular yang mendadak lenyap, tagihan yang tidak pernah diterima, hosting blog yang suka lemot bahkan air PAM yang mati seharian. Semua saya komplain. Makanya saya menyimpan semua nomer-nomer pengaduan. Jangan heran juga kalau beberapa akun perusahaan tenar follow saya di twitter. Daripada saya ngoceh di timeline mereka, mending di-folbek dan kemudian mereka bisa menjelaskan via Direct Message (DM). Heheheh..

Menurut Saya, Sudah bukan jamannya lagi pelanggan itu pasrah. Konsumen kini memiliki banyak pilihan. Makanya, kita sebagai konsumen juga harus proaktif jika ada pelayanan yang tidak memuaskan bahkan merugikan. Sebagai contoh, saat hosting blog ini down, ada klien yang mau ngecek tulisan dan blog ini tidak bisa diakses. Saya tentu merasa dirugikan, wajar dong kalau saya komplain. Sayangnya belum semua perusahaan memiliki unit pelayanan pelanggan yang mumpuni.

***

Pas banget, minggu lalu saya bersama beberapa blogger menghadiri event keren yang bertajuk New Customer Experience in Digital Era. Acara ini digagas oleh 168Solution, leading contact center consultant di Indonesia. Meskipun saya belum punya rencana bikin Contact Center untuk bisnis yang tengah saya jalankan, tapi ajang ini bikin belajar bagaimana teknologi bisa mempermudah produsen dan konsumen dalam berkomunikasi. Acara ini menarik, karena yang disajikan adalah best practice dari pemerintahan maupun korporasi yang sudah mapan maupun start up.

Saya baru tahu, ternyata BCA punya layanan chat yang namanya VIRA (Virtual Assistant). Layanan ini running di tiga platform yaitu Facebook Chat, Line dan Kaskus Chat. Bahkan, kata Ibu Wani Sabu (Senior VP BCA), chat-chat ini menjawab pertanyaan konsumen bahkan lebih cepat dari pasangan Anda.

Traveloka yang juga ikut dalam event akbar ini, justru telah setahun belakangan mengaktifkan chat box di website-nya. Jadi kalau ada kendala, kita tinggal chat tidak perlu repot lagi angkat telpon dan buang biaya pulsa. Sudah banyak e-commerce yang mengadopsi layanan ini. Belum lagi hampir semua korporasi yang fokus pada layanan pelanggan, memiliki sosial media. Selain sebagai wadah informasi produk mereka, juga bisa jadi tempat kita bertanya bahkan komplain.

Ada lagi Jakarta Siaga 112. Orang Jakarta yang belum tahu nomer ini, pasti kudet (kurang update). Di Jakarta yang memiliki persoalan sangat kompleks, layanan tanggap darurat menjadi salah satu unsur paling krusial. Ibukota negara ini memang belum memiliki pelayanan sesempurna 911,namun keberadaan berbagai kanal pengaduan setidaknya membuat Jakarta memastikan diri menuju ke arah itu. Contact Center ini menjembatani seluruh masyarakat Jakarta yang perlu bantuan kedaruratan tanpa perlu menginstal berbagai aplikasi. Nomornya pun mudah diingat dan akan menjadi nomor kedaruratan nasional. Oya, nomor ini bisa dihubungi tanpa pulsa, bahkan dapat dihubungi tanpa simcard sekalipun.

***

Dulu, Call Center (sekarang lebih luas menjadi Contact Center) hanya dianggap sebagai supporting unit. Namun, di era digital yang serba terbuka dan masyarakat makin melek teknologi, peranan Contact Center menjadi sangat krusial. Contoh yang paling dekat dengan kita adalah provider selular dan penjual tiket online. Penanganan Contact Center yang baik menjadi komitmen yang paling penting agar tidak ditinggalkan oleh pelanggan.

Saya jadi belajar, ternyata dibalik pelanggan yang kritis seperti saya, ada perusahaan yang kian berbenah untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggannya. Jadi seimbang dong, pelanggan kian cerdas dan korporasi pun makin peduli.

 

 

 

Hits: 1491

Phoenix, Arizona 07.00 AM. Seperti biasa Lisa selalu mampir ke Dunkin Donuts membeli beberapa gelas kopi untuk perjalanan kita. Setelah beberapa kali ke Arizona, baru kali ini kami sempat berkunjung ke Grand Canyon yang jadi maskot wisata Arizona bahkan Amerika Serikat. Jangankan saya, Lisa yang sudah belasan tahun disini pun baru sekarang bisa kesini. Cuaca pagi itu masih dingin mungkin masih di kisaran 10 derajat celcius, padahal seharusnya di Februari musim dingin sudah selesai.

Dari Phoenix menuju Grand Canyon membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Pemandangan jalan berpadu antara perbukitan tandus khas gurun Arizona dan beberapa pegunungan bersalju. Cantik memang, tapi buat saya yang nggak tahan dingin, salju dan winter itu nggak ada indah-indahnya. Soalnya kalau dingin, saya tidak bisa ngapa-ngapain selain tidur selimutan. Beneran, ini.. AC dingin saja saya tidak kuat. Maklum, mungkin karena kurang lemak (heheheh). Selain itu, Saya masih yakin Indonesia adalah salah satu mutiara di dunia yang memiliki alam paling indah. Kalau ada yang bilang luar negeri lebih cantik, pasti belum pernah keliling negeri sendiri. Iya,..semua sisi dunia ini punya daya tarik sendiri, tapi percaya deh alam Indonesia dengan semua keunikannya adalah salah satu yang tercantik di dunia.

***

Ada dua jalan utama menuju Grand Canyon yaitu South Rim dan North Rim. Kami melalui jalan South Rim yang memang paling dekat dengan Arizona. Biasanya mereka yang melalui Los Angeles atau Las Vegas akan memilih South Rim sebagai gerbang masuk. Sedangkan North Rim berada di negara bagian Utah. Biaya masuk kesini USD30 untuk 1 buah mobil, dan USD15 per orang yang berlaku selama tujuh hari. Artinya kamu boleh seminggu disana, nggak usah keluar-keluar!

Kami tiba disana sudah menjelang sore, cuaca tambah dingin. Rasanya kalau ini bukan salah satu wisata tujuan dunia, saya mau balik lagi ke belakang selimut. Sepanjang pintu masuk South Rim sudah banyak berdiri hotel dan tempat hiburan. Biarpun kedinginian, sayang sekali kalau dilewatkan dengan cuma tidur-tiduran. Jadilah saya muter-muter sendiri, beli kopi dan nengok-nengok toko souvenir. Karena sudah menjelang malam, cuaca dingin, salju dan kabut tebal sudah tidak direkomendasikan lagi untuk masuk ke dalam Grand Canyon.

Besok paginya kami baru masuk ke lokasi, awalnya seperti perbukitan biasa, tidak ada tanda-tanda ngarai sama sekali. Setelah berkendara kurang lebih 10 km dari gerbang utama, mobil pun diparkir. Pada cuaca kurang dari 10 derajat celcius kami berjalan menyusuri perbukitan dan pelan-pelang ngarai super luas mulai nampak. Wow! Saya harus mengakui bahwa Grand Canyon memang luar biasa! Sumpah saya tercengang! Beneran seperti mimpi yang jadi kenyataan. Mungkin karena karakteristik  alam seperti ini, tidak ada di kampung kita. Pantas saja menjadi salah satu keajaiban dunia. This a superlative beauty! Grand Canyon tercipta dari proses erosi selama ribuan tahun dari Sungai Colorado. Jangan tanya luasnya, taman nasional kebanggaan Amerika Serikat ini luassss bangettt! Panjangnya mencapai hampir 500 km dengan lebar bervariasi dari 5-30 meter dan kedalaman dari puncak ngarai ke bawah sekitar 1,5 km.

Saya takjub, sampai udara dingin -yang biasanya saya benci luar biasa- menjadi tidak begitu terasa. Ngarai yang meliuk-liuk indahnya lebih indah dari lukisan mana pun yang pernah saya lihat. Sejauh mata memadang, tingginya ngarai seolah menyentuh langit dan kita berdiri. Di beberapa bagian ngarai, sisa-sisa salju masih nampak. Beberapa pepohonan di pinggir ngarai seolah menjadi frame semua lukisan itu. Kalau lagi gak dingin, mungkin enak bawa kursi dan ngopi-ngopi pake kopi Aceh di pinggir ngarai-nya. Hehehe..

Meski datang di penghujung musim dingin yang penuh kabut, scenery menakjubkan Grand Canyon tetap bisa dinikmati. Saya yakin, saat musim panas pasti lebih membuat nafas terhenti sejenak melihat ciptaaan Tuhan ini. Apalagi kalau musim panas ada program hiking, jadi kita bisa turun ke ngarai hingga ke permukaan sungai dan berjalan menyusuri tebing tebing Grand Canyon. Sebagai taman nasional, disini juga hidup bebas berbagai hewan seperti rusa khas gurun, bison dan berbagai jenis reptil dan mamalia lain. Jangan heran, jika tiba-tiba saja ada rusa melintas di depan kita.

Fasilitasnya juga oke, dari camping ground, hotel berbintang, coffee shop dan toko souvenir. Pokoknya tiket sekali masuk buat seminggu tinggal disini sih, memang pantas, Memang harus tinggal lebih lama agar bisa mengeksplor lebih banyak. Di tengah taman, ada museum yang membuat kita bisa belajar asal muasal terjadinya Grand Canyon. Uniknya, museum ini pun dibangun di pinggir ngarai dengan dinding kaca-kaca transparan. Wuihhh..berasaa dimanaa gitu…Rasanya nggak mau pulang!

Ke Grand Canyon bukan cuma wisata, tapi melihat dengan nyata sebuah keajaiban alam. Menyaksikan dari dekat bagaimana Tuhan mengkreasikan semua ini dengan sempurna. Benar-benar sebuah mahakarya. Dan namanya juga wisata di negara maju, tanpa merusak ekosistemnya, Amerika berhasil merancang kenyamanan dan fasilitas sekaligus tempat belajar ilmu pengetahuan baru. 

Kayaknya saya pengen kesini lagi suatu hari nanti!

 

Hits: 3238

Forget love, Fall in love with coffee..

Bagi saya kopi adalah penghalau galau dan terapi inspirasi. Kalau lagi stress dan butuh ide-ide segar saya pasti mencari kopi. Minum kopi sachet buat saya sudah tidak kekinian lagi. Makin cinta kopi, makin jadi tukang ngopi pasti makin bisa merasakan berapa “tidak nikmatnya” kopi instan. Tapi percaya nggak, beberapa tahun  lalu sebelum ke Aceh, saya benar-benar anti kopi. Masih jelas di memori saya, kali pertama diajak ke sebuah warung kopi di Aceh, saya pesannya teh manis! Ini sama saja, kamu diajak ke bar, yang lain pesan cocktail, kamu pesannya orange jus. Hehehe..

Kopi yang disajikan di warung-warung kopi sederhana di Aceh menawarkan kekerabatan yang bukan basa-basi. Secangkir kopi memberikan rasa kekeluargaan tanpa sampul dan tidak penuh hedonisme seperti Ibukota. Aceh-lah yang membuat saya jatuh cinta dengan kopi. Sayangnya di Jakarta -walaupun warung kopi Aceh sudah menjamur- saya belum pernah ketemu kopi dengan rasa otentik Aceh yang bisa membuat saya seperti kembali kesana. 

Eh, kemarin saya dan beberapa sahabat diajak ngopi di Kopi Selasar. Lokasinya di Rumah Jawa Gallery Kemang. Tidak ada mesin-mesin kopi yang canggih disini, semua kopi dibuat dengan teknik manual brewing persis seperti di Aceh. Bahkan peralatannya pun diimpor dari Aceh. Biji kopi yang disajikan asalnya juga dari Aceh. Sementara baristanya -memang bukan orang asli Aceh- tapi belajar teknik pembuatan kopi dari orang asli Aceh. Lokasinya bukan seperti café, tapi beranda sebuah gallery lukisan berbentuk Joglo dengan segala pernak pernik antik khas Jawa yang insta-catchy banget. Tempat duduk yang disediakan agak terbatas, sebab memang dirancang untuk suasana yang lebih private dan intimate seperti di rumah. Pas buat ngobrol tanpa banyak pegang gadget.

Sambil ngobrol santai, kami menyantap kue kue tradisional dan soto mie gerobak yang lewat. Di belakang kami, Bang Fahri sang peramu kopi asyik membuat kopi dan teh tarik yang prosesnya memang ditarik-tarik. Namanya juga dibuat dengan manual, kepekaan Bang Fahri menjadi sangat krusial. Dari berapa lama menit rebusan air, komposisi kopi dan gula hingga berapa kali tarikan sangat menentukan cita rasa. Pengalaman dan kecintaan pada kopi-lah yang membuat seduhan dan rasa kopi menjadi konsisten.

Sanger pun panas tiba di meja. Duh, baru menghirup aromanya saja sudah mengingatkan saya pada banyak cerita. Ah, sudahlah… Kopi memang selalu menyuguhkan cerita. Di balik rasa pahit selalu ada manis setelah meneguknya. Persis seperti kehidupan. Selalu ada cerita getir sebelum manis terasa.

Kopi Selasar juga punya cerita. Tujuan digagasnya kedai kopi ini salah satunya untuk meningkatkan taraf hidup petani kopi. Tidak heran semua bahan baku dan komponen yang digunakan adalah produk lokal. Bahkan dalam waktu dekat, Kopi Selasar akan bekerja sama Yayasan Kehati agar bisa menggandeng lebih banyak petani lokal. Tidak cuma kopi siap minum, Kopi Selasar akan dikemas ekslusif untuk segmen pasar yang lebih tinggi. Harga per gelas tetap harga lokal yang bersahabat, dalam kisaran Rp18.000-25.000 saja. Cukup ekonomis, kan?

 

Ada beberapa varian kopi, teh tarik dan lychee tea yang bisa diorder. Biar lebih mudah dinikmati dimana saja, kini Kopi Selasar juga bisa dipesan melalui Go Food. Kalau punya acara atau event tertentu, bisa loh Kopi Selasar dihadirkan lengkap dengan barista dan atraksinya. Ini namanya Koling (Kopi Keliling). Cukup order minimal 100 gelas, maka Bang Fahri dan perlengkapannya akan hadir di venue. Silakan cek IG @kopiselasar_id atau kontak no 0816 1777 9826

Sore bergerak menuju senja tapi kami belum juga beranjak, masih betah disini berlama-lama. Obrolan rasanya tidak habis-habis. Saya sampai lupa menghitung, sudah berapa kelas kopi dan teh tarik yang saya habiskan. Jauh memang dari Aceh, tapi Kopi Selasar membuat saya jatuh cinta lagi dengan kopi Indonesia. Seperti dulu.

pic by Arisman Riyadi dan Arief Pokto

 

 

 

 

Hits: 2227

Apa jadinya kalau anak pantai disuruh ke gunung?

Dari Jakarta ke Lampung dengan pesawat terbang, menurut saya agak-agak gimana gitu. Soalnya, Lampung dekat sekali dari Jakarta. Tinggal menyebrang Selat Sunda selama kurang lebih 2 jam sampai deh di Lampung. Memang sih dari Pelabuhan Bakauheni menuju Bandar Lampungnya masih butuh 2-3 jam lagi. Tapi, buat saya justru itulah nikmatnya. Sekarang kapal-kapal penyeberangan Selat Sunda juga sudah lebih bagus dan makin nyaman. Sementara naik pesawat hanya 40 menit, baru pasang seatbelt sudah siap-siap landing. Lebih lama menembus kemacetan menuju Bandara dan menunggu pesawatnya (itu juga kalau nggak delay)..

Namun -meski sering sekali ke Lampung- undangan dari Dinas Pariwisata Lampung bulan lalu sungguh sayang dilewatkan. Judulnya saja Festival Krakatau, dan benar saja ada agenda pendakian gunung ini. Saya penasaran sih, karena jika melintasi Selat Sunda, Pulau Anak Krakatau (yang dalam dunia internasional disebut Krakatoa) ini selalu tampak dari kejauhan. Eh, jangan salah…ini cuma anaknya saja, kalau Ibu Krakatau sudah lama almarhum sejak letusan ratusan tahun yang lalu. Kemunculan gunung-gunung kecil di seputaran Krakatau adalah proses vulkanologi yang berlangsung ratusan tahun. 

Rombongan

Jadilah saya dan beberapa blogger lain di sebuah dini hari bersiap-siap menuju Krakatau. Kami bertolak dari Pulau Sebesi, pulau berpenghuni yang terhitung paling dekat dengan Krakatau. Satu hari sebelumnya, kami sudah sampai di pulau kecil yang ditempuh kurang lebih dua jam dari Darmaga Bom, Kalianda Lampung Selatan ini.

Darmaga Bom, Kalianda

Masih terkantuk-kantuk, saya memaksakan diri untuk tetap melek, dan  tiba di kapal  semua peserta langsung mengambil posisi strategis. Niat menyaksikan sunrise dari balik jendela kapal terlewat begitu saja karena ombak yang tenang, udara yang masih dingin  dan kantuk yang luar biasa membuat saya memilih melanjutkan tidur yang tertunda.

disambut bak pejabat di Pulau Sebesi

Dan ini dia cerita anak pantai yang gunung…

Padahal nggak gunung-gunung amat ya, sebenarnya sih, karena tingginya kurang 500 meter saja. Hehehe.. Tapi bagi saya yang lebih suka pantai daripada gunung, ini adalah bonus karena gunungnya terletak di tengah pulau yang menuju kesana kita tetap harus ketemu dengan laut dan pantai. Jadi 2 in 1 kan? 

Kami tiba di Pulau Anak Krakatau tepat pukul 7 pagi. Meskipun masih ngantuk, saya cukup happy akhirnya bisa sampai di pantai lagi. Saya sudah menyiapkan sandal jepit agar ketika turun kapal, tidak perlu takut basah. Apalagi kapalnya tidak bisa berlabuh tepat di bibir pantai, jadi mau gak mau kita harus agak basah dong! Nah, yang nyebelin, ada peserta yang takut banget basah..sampai menunggu ombak dan buih lautnya surut baru berani turun dari kapal. Akibatnya, antri turun kapal pun jadi macett.. Adohh, mbak..kalo takut basah ya, jangan ke laut dong!

Sebenarnya, status pulau ini adalah areal konservasi yang dikelola oleh Badan Konservasi Sumbedaya Alam dibawah Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Jadi, sama sekali bukan tempat wisata pada umumnya. Bedakan dengan Taman Nasional Komodo, Taman Nasional Baluran atau Taman Nasional Bromo yang selain difungsikan sebagai habitat tumbuhan atau hewan yang dilindungi juga menjadi tujuan wisata. So, semua harus tahu dulu, nih.. Untuk mencapai lokasi ini memang diperlukan ijin. Belum lagi gunung Anak Krakatau memang masih terhitung aktif, jadi sewaktu-waktu bisa saja ada status siaga, demi keamanan para pengunjung.

Setelah mengisi perut seadanya, pendakian pun dimulai. Ciye, mendaki… padahal untuk sampai ke puncak jaraknya kurang dari 1 km saja. Pulau ini  pun sejatinya adalah lereng anak gunung krakatau, seperti perbukitan yang terjadi akibat proses vulkanologi dan menjadi titik pandang terbaik untuk melihat gugusan gunung-gunung yang terbentuk karena letusan Krakatau 1883 silam. Sejarah menyebutkan letusannya mematikan hingga 36 ribu jiwa karena tsunami yang ditimbulkan. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali  bom atom hirosima dan nagasaki. Bahkan, abu vulkaniknya membuat cuaca berubah karena menutupi atmosfer. 

Walaupun bukan seperti mendaki Rinjani, tapi tetap capek, loh! Lumayan curamnya. Tetap butuh tenaga ekstra dan berat badan seimbang untuk bisa sampai di atas. Eh, kenapa mesti seimbang, karena kalo terlau gendut, nafasnya pasti terengah-engah. Kalau terlalu kurus, takut ditiup angin.. Hehehe.. Setelah melewati hutan di kontur tanah yang masih datar, kita akan melewati lereng yang sama sekali tidak ada pepohonannya. Karena itu, disarankan kesini di pagi hari, jika menjelang siang udaranya sungguh HOT! Bisa-bisa gak sampe atas, langsung semaput!

etape awal
etape kedua

Kalau dipikir-pikir, saya lebih senang snorkeling daripada hiking. Tapi pengalaman kali ini beda banget, kapan lagi bisa sampai ke gunung Krakatau yang maha tenar itu.Untungnya, sepanjang jalan diisi dengan senda gurau bersama sahabat-sahabat blogger, lelah pun jaadi tidak terasa. Tentu pakai istirahat dengan foto-foto!

Akhirnya semua lelah terbayar, sampai juga kami di puncaknya. Sejauh mata memandang, laut kebiruan berlatar belakang gunung. Cantik sekali. Rasa malas yang tadi pagi menggelayut tiba-tiba hilang tanpa bekas. Wah, saya bersyukur sekali bisa sampai kesini. Nggak nyesel deh main ke gunung, meninggalkan pantai sekali-kali.

Finally…

***

Terima kasih untuk Pemda Prov. Lampung yang sudah memfasilitasi full kunjungan saya kesini. Namun, kalau boleh usul, mungkin untuk festival yang sama di tahun mendatang, harus lebih banyak kegiatan kreatifnya. Saya senang bisa diajak ke Pulau Sebesi dan Anak Krakatau, namun dua lokasi tersebut masih perlu banyak dibenahi agar dapat menarik lebih banyak wisatawan. 

Pulau Sebesi memang bagus, namun fasilitasnya masih minim dan jaraknya relatif jauh, masih sulit bersaing dengan pulau-pulau lain karena alamnya pun tidak terlalu istimewa. Sementara Pulau Anak Krakatau yang unik ini, terhitung daerah cagar alam, jadi wisatawan umum tidak mudah untuk masuk. Memang ini aset bagi Prov Lampung, tapi saya pribadi lebih setuju ini dijaga fungsinya sebagai cagar alam, daripada dibuka untuk umum malah dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Apalagi gunungnya masih aktif.

Kenapa ya,  tidak memperbanyak promosi wisata di dalam kota Lampung? Misalnya mengenalkan kami dengan makanan kuliner khas Lampung yang bisa jadi potensi wisata. Logikanya, gini…makin banyak orang datang ke Lampung (terutama yang naik pesawat terbang), maka mereka akan sampai duluan di Ibukota yaitu Bandar Lampung, bukan langsung menuju pulau. Kalau begitu, yang harus dipromosikan secara paralel dengan wisata bahari-nya adalah Tour De Bandar Lampung (hanya sebagai contoh). Sayang kemarin, blogger dan netizen yang jumlahnya ratusan itu tidak diberi agenda ini.

Menurut Saya, sektor pariwisata itu kini bergerak menuju kreativitas. Banyak daerah yang potensi wisata alamnya biasa saja, tapi pandai dalam kemasan sehingga menjadi menarik. Bukan hanya dalam bentuk festival yang satu dua hari selesai. Tapi kreativitas yang kontinu. Strategi pun harus disusun berdasarkan banyak pertimbangan. Saya juga percaya promosi pariwisata yang baik bukan hanya mengundang orang sebanyak-banyaknya untuk datang dan “meliput” lalu selesai. Lebih baik dilakukan oleh sekelompok orang saja tetapi secara regular, termonitor dan lebih penting lagi terukur.

Semoga saran kecil saya ini sudah banyak dilakukan oleh Provinsi Lampung! Selamat!

 

Hits: 1762

Kapan pertama kali mulai nge-blog? Kalau saya, sepertinya sejak pertama kali kenal internet, sekitar awal tahun 2000-an. Tapi serius punya blog sejak bermukim di Aceh pada 2007-2008. Kala itu, di Aceh hiburan satu-satunya adalah internet yang koneksinya cukup bagus. Saat youtube masih streaming, -Aceh yang dibangun kembali pasca tsunami- nonton youtube di Banda Aceh pada masa itu sudah seperti sekarang-, tidak ubahnya dengan nonton TV.  

Dulu, Saya pernah menggunakan format blogspot, wordpress dan beberapa format lain hingga akhirnya nekad beli domain sendiri di pertengahan 2008. Saya masih ingat migrasi-nya dibantu oleh beberapa teman yang memang bekerja di IT. Sementara Saya tidak punya background IT sama sekali. Boro-boro ngerti hosting itu apaan, domain juga baru paham setelah diceramahin. Namun setelah itu, saya “dipaksa” belajar sendiri, hingga paham fungsi-fungsi spanel/cpanel dan bisa modifikasi tampilan web sendiri. Eh, buntutnya panjang. Gara-gara nge-blog saya jadi tertarik tahu lebih banyak tentang teknologi informasi. Sampai-sampai nekad lagi mengambil Pasca Sarjana Manajemen Sistem Informasi setelah purna tugas dari Aceh. Dan semuanya berantai memberi dampak signifikan buat pekerjaan dan keseharian saya sekarang.. Hahaha.. Jadi curhat.. 🙂

6f24646e-dec8-46c3-8ed2-b37d28f9279c

Duh, panjang amat pengantarnya. But, Ok…itu masa lalu.. Ayok, move on!

Ngomong-ngomong soal blog, memang sudah trend-nya menggunakan domain sendiri. Menggunakan domain sendiri, terlihat lebih serius, profesional dan membuat rasa percaya diri dalam menulis meningkat. Kelebihan lainnya, dengan menggunakan domain pribadi, mendesain blog sesuai selera pun menjadi lebih leluasa. Nah, selain konten yang harus kaya, menarik dan enak dibaca, punya website sendiri harus didukung dengan hosting yang baik. Males banget, kalau lagi promosi blog, tapi hostingnya tidak asyik, suka down, putus atau minimal lelet. Apalagi kalau blog kamu sudah banyak pesan sponsornya. Sungguh kurang profesional, jika blog kita sering down padahal lagi jadi buzzer satu produk atau jasa. 

***

Minggu lalu, saya bersama beberapa blogger dikenalkan dengan Qwords.Com. Ternyata Qwords sudah 12 tahun menyediakan jasa hosting website di tanah Air. Kalau sudah sesenior itu, pastilah Qwords hosting bisa diunggulkan dalam jajaran penyedia jasa hosting. Salah satu jasa yang ditawarkan adalah WordPress Hosting.

Kenapa saya khusus menulis tentang jasa ini, karena saya yakin banyak blogger yang masih menggunakan format wordpress.com dan ingin meng-upgrade blognya dengan domain sendiri dan yang pasti memerlukan hosting.

f20f4c4c-844b-4663-9505-6fadac57703c

Memang banyak perusahaan lain yang menawarkan jasa yang sama, tapi kamu perlu tahu beberapa kelebihan WordPress hosting dari Qwords.Com. Apa saja?  Ini nih beberapa diantaranya, check this out!

Pertama; Cloudbasic hosting, artinya skalanya (dari sisi kapasitas) daripada hosting biasa. Karena terhubung dengan banyak server, cloud memungkinkan koneksi yang lebih stabil dan efisien. Kedua; penyimpanan menggunakan SSD yang berkecepatan tinggi. Ketiga; Penggunaan WordPress menjadi lebih optimal karena ada ekstra cloudpop. Keempat; didukung cloudflare biar website makin cepat diakses. Kelima; Sudah didukung HTTP2 dan SSL, jadi jika digunakan untuk transaksi akan terjamin keamanannya. Pasti masih ada beberapa keunggulan lain yang membuat pengguna akan say bye-bye sama blog yang dikit-dikit down.

Yang tidak kalah penting nih,.ada masa percobaan 30 hari gratis plus gratis migrasi dari provider mana pun! Jawaban banget kan buat kita yang enggan migrasi hosting karena males ribet, nggak ngerti masalah teknikal dan tidak punya waktu buat ngurusin.

 

Screen Shot 2017-09-02 at 1.03.00 AM

 

Satu lagi nih, yang ringan-ringan. Mungkin kalian sama seperti saya, yang akun Google (sekarang Google Suite)-nya nyaris over kuota. Mau dihapus beberapa yang gak mugkin juga, karena banyak data dan file penting yang bisa saya butuh sewaktu-waktu dimana pun. Jalan satu-satunya adalah membeli kuota lebih. Tidak punya paypal, tidak punya kartu kredit atau sekedar malas ribet? Jangan khawatir, Qwords siap membantu dengan harga yang sama dengan Google. 

 

Screen Shot 2017-09-02 at 1.15.18 AM

 

Qwords juga masih memiliki berbagai produk dan jasa lain loh. Untuk lebih lengkapnya, bisa buka webnya disini. Segmen yang dilayani pun beragam, mulai dari korporasi hingga personal. Faktanya, Qwords yang masuk dalam 10 Jajaran hosting terbaik di Indonesia,  kini mengelola lebih dari 10 ribu hosting dari sekitar 8000 pelanggan dan sudah beroperasi di Jakarta, Surabaya, Bandung dan Yogyakarta. Oya, kalau tengah malam ada masalah dan kita lagi asyik menulis gimana? Nggak perlu khawatir, Customer Service-nya 24 jam!

 Gimana? Mulai kepikiran mau ganti hosting? Hmmm.. 

Hits: 1228

Kira-kira akhir tahun sudah punya rencana kemana? Atau hanya perlu short escape saat weekend?! Mungkin kalian kepikiran juga nih kalau beli tiket mendadak pasti mahal ya, gak sih?! Gak juga sih, selama belum peak season biasanya harga tiket destinasi tertentu masih cukup terjangkau. Tapi kalau pun sudah naik, tenang, Airy sedang dalam masa promo gila-gilaan untuk tiket domestik yang bisa digunakan hingga 31 Desember 2017. 

Oh ya sudah tahu Airy Rooms kan? Nama Airy sudah jadi jaminan mutu untuk pesan kamar hotel affordable satu dua tahun terakhir ini. Istilah kerennya Airy Rooms merupakan Accomodation Network Orchestrator (ANO) yang bermitra dengan berbagai hotel budget terbaik di seluruh Indonesia. Didukung dengan teknologi terkini, jaringan Airy sudah ada di hampir seluruh kota besar di Indonesia yang menawarkan lebih dari 1000 kamar dengan standar fasilitas plus kenyamanan yang sama di seluruh kamar.

pantai kupang

Nah, sekarang Airy melebarkan sayap dengan menjual tiket pesawat juga. Intinya sekarang Airy punya paket komplit buat para petualang dan pencinta liburan; cari hotel oke, cari tiket pesawat lebih okeh lagi!

Tidak tanggung-tanggung nikmati perjalanan yang lebih nyaman dengan harga termurah dan langsung ada DISKON Rp125.000 untuk semua rute penerbangan domestik, cukup dengan memasukkan kode kupon saat proses pembayaran. Wow banget kan?!

Caranya gimana?, untuk dapetin ini kita dikasih kemudahan lagi dengan pemesanan melalui aplikasi yang bisa diunduh di Apple Store dan Google Play. Makanya buruan unduh aplikasinya!

08d8e980-3037-4466-8573-2b3c38b590e0

Setelah selesai, lakukan pemesanan tiket untuk liburan kemana pun di dalam negeri dimana hampir seluruh maskapai yang ada di tanah air tercakup pada promo ini. Khusus buat pembaca Jus Semangka masukkan kode FLY125 yang berlaku untuk 2 kali pemesanan  untuk jadwal terbang 28 Agustus-31 Desember 2017. Agar lebih detail, kalian harus baca dulu syarat dan ketentuannya sebagai berikut :

  1. Periode booking: 28 – 31 Agustus 2017
  2. Periode terbang: 28 Agustus – 31 Desember 2017
  3. Potongan harga tiket pesawat sebesar Rp125.000 berlaku untuk nilai transaksi minimal Rp600.000
  4. Masukkan kode kupon pada saat proses pembayaran (FLY125)
  5. Berlaku untuk pemesanan melalui Airy App (minimal Android versi 1.13.0 dan iOS versi 1.11.0)
  6. Kode kupon dapat digunakan maksimal 2 kali oleh setiap pelanggan selama periode promo
  7. Promo berlaku untuk semua rute domestik Airy di seluruh Indonesia dengan maskapai Garuda Indonesia, Lion Air, Citilink, AirAsia, Batik Air, Sriwijaya Air, Wings Air, NAM Air, Xpress Air, Aviastar, dan Kalstar Aviation
  8. Program ini tidak dapat digabung dengan promo Airy lainnya
  9. Airy berhak untuk membatalkan pemesanan, dan/atau penggunaan kode promo apabila terjadi kecurangan, atau tindak pelanggaran atas syarat dan ketentuan lainnya yang berlaku
  10. Promo bersifat non-refundable, tidak dapat dibatalkan, dan tidak dapat diubah

Ayo, tunggu apa lagi.. Saya juga jadi mikir nih, pengen kemana yaaa… Mau bareng?!

Hits: 2260