Persetujuan VISA Amerika: Rejeki Anak Sholeh…


Jalan Jalan / Wednesday, August 13th, 2014

Kalau ada kecemasan luar biasa yang pernah saya alami, mungkin proses pengajuan VISA Amerika untuk turis adalah salah satunya. Ya sih, dari dulu saya memang mimpi pengen ke Amerika, tapi melihat kondisi yang sekarang, sepertinya sementara ini memang cuma mimpi. Berharap dapat dinas dari kantor rasanya pun agak-agak mustahil buat saat ini. Kenapa saya enggan? Pertama, karena gak punya tabungan yang cukup yang karus diinformasikan pada saat wawancara, kedua (konon) perempuan single (mandiri) yang gak punya tanggungan seperti saya, sangat dikhawatirkan tidak mau pulang dan kemudian bekerja disana. Ketiga, isi stempel paspor saya cuma Asia Tenggara doang, plus Hongkong –Macau dan Saudi Arabia (buat umroh). Konon lagii.. (konon semua yaa…), negara-negara tetangga cenderung “gak dianggap” untuk membuktikan kita mampu menjadi wisatawan di Amerika.  Intinya mendapatkan VISA Turis tingkat kesulitannya jauh lebih tinggi daripada VISA Sekolah, seminar, training atau sejenisnya. Konon-konon itu saya dapatkan dari hasil googling, yang artinya merupakan pengalaman pribadi orang-orang yang pernah mengajukan aplikasi visa Amerika ini. Belum lagi, saya menggunakan jilbab, yang mitosnya sering “diselidiki” lebih akurat.

Pengalaman di depan mata, adalah Ibu Saya yang sempat dua kali ditolak pengajuannya, tanpa alasan yang jelas padahal saat itu juga disponsori oleh adik Saya dan suaminya yang merupakan warga negara Amerika Serikat. Teman yang lain ditolak juga padahal sudah sering sekali bepergian ke luar negeri. Ada juga teman yang ditolak padahal ia sekretaris sebuah perusahaan besar dengan sponsor besar pula dan tujuan kesana hanya untuk menghadiri sebuah seminar. Haduuhh…belum apa-apa udah males duluan kan… Seandainya Indonesia jadi negara “terpandang” seperti Singapura (yang penduduknya bebas visa masuk USA), mungkin kita gak perlu rempong begini. Semua fenomena itu membuat saya yang mentalnya lemah ini (hehehe), terpaksa mengubur keinginan untuk berfoto di bawah Patung Liberty. Yah..Indonesia aja gak abis-abis dikelilingin, begitu pikiran saya.

Namun kayaknya takdir berkata lain (lebay dotcom). Setelah dua kali ditolak, Ibu Saya disetujui Visa-nya, bahkan mendapatkan Imigran Visa yang diurus langsung oleh adik Saya dari sana. Itu pun memakan waktu hingga satu tahun lebih. Berhubung Mama takut terbang sendiri jarak jauh, beliau memaksa Saya untuk mencoba peruntungan berburu Visa ini. Saya mencoba mencari kabar baik dan melengkapi dokumen sebagus mungkin agar disetujui. Seorang rekan di kantor berpesan: “jangan takut, kalau tidak dicoba yaa mana pernah kita tahu”. Wah bener juga pikir saya.

Dokumen yang menurut saya paling bisa menegaskan alasan saya pasti kembali, adalah rekomendasi kantor. Memang sih, banyak juga yang ditolak meski kantornya perusahaan terkemuka. Sampai saya menulis blog ini, saya masih bekerja di lembaga pemerintahan meskipun status saya bukan PNS. Saya berharap ini jadi alasan yang kuat kalau saya tidak berminat untuk menetap di Amerika. Dokumen kedua, adalah bukti rekening tabungan. Beberapa hasil googling menyebutkan kita harus punya minimal Rp70 juta untuk satu kali perjalanan. Sampai hari interview, saya cuma punya setengah lebih dikit dari nominal itu. Hehehe. Berkas lain yang tidak kalah penting adalah sponsor dari adik Saya. Ia mengirimkan saya surat undangan, scan paspor-nya dan bukti penghasilan. Oya, jika ada saudara yang mensponsori apalagi ia juga imigran, copy paspor lebih dipercaya dibanding KTP-nya orang sana. Kenapa? Karena imigran gelap disana banyak yang menggunakan ID palsu. Namun sekali lagi semua itu bukan jaminan kita pasti lolos loh! Dokumen-dokumen lain yang disarankan oleh banyak orang seperti Ijazah, Bukti Pajak, NPWP sampe surat rumah juga saya bawa untuk jaga-jaga. Sampai anjuran di salah satu blog untuk menggunakan baju warna cerah pun saya ikuti!

Tiba di hari H penentuan, rasanya nervous banget. Saya tiba paling pagi di kedutaan untuk mendapatkan giliran duluan dan lebih penting lagi biar galaunya cepat berakhir apapun keputusannya. Sebuah artikel juga memberikan tips lebih baik ikut antrian yang paling pagi, karena mood konselor-nya masih bagus, sehingga kemungkinan di-approve juga besar. Saya kayaknya gak perlu cerita panjang lebar proses antriannya ya,.. Keliatannya sudah terlalu banyak yang menulis soal itu. Berulang-ulang saya membaca doa-doa pendek yang saya hapal untuk menenangkan diri. Aduh, gak tau yaa..kenapa jadi heboh begini. Seorang Ibu di sebelah saya malah dengan santai bilang: “Tenang aja, mbak.. lebih susah bikin KTP kok daripada bikin Visa Amrik”. Yaah..dia sih enak bisa bilang begitu, wong Visa-nya cuma tinggal diperpanjang doang. Saya amati grup wawancara saya saat itu terdiri dari seorang mahasiswa, beberapa karyawan dengan seragam sebuah BUMN untuk sebuah dinas dan dua keluarga dan beberapa orang yang nampaknya ingin liburan. Bukannya ngomong SARA ya,..mereka yang berminat liburan pribadi umumnya teman-teman kita dari etnis keturunan (Tionghoa). Hehehe… Keder banget deh saya!

Tiba giliran saya, konselornya seorang bule perempuan, bertubuh agak tambun, tapi terlihat cukup ramah. Ohya, ketakutan akan karyawan kedutaan yang jutek dan gak ramah, sama sekali tidak saya temui. Semua petugas dari security bagian paling awal hingga pewawancara menurut Saya sangat baik dan akomodatif. Dengan perasaan yang gak santai banget, saya memulai sesi wawancara yang tempatnya persis seperti posisi beli tiket KRL: (maap, bahasa inggris-nya ancur…yang penting kan lolos..hehehe..)

Pewawancara (P) : Good morning, what your name?

Saya (S): Morning, I am Vika Octavia

P: What it is your purpose to go to America?

S: I want to have a vacation and meet my sister I didn’t meet for about five years.

P: (sambil kutak katik data komputer): Oh, you have a sister there…Could you give me a letter from her?

S: (ngasih dokumen yang diminta)

P : How long have she been there ?

S: About 10 years..

P : Is it your first time to visit her?

S: Yes I am..

P: Are you going with Elyta Surya (nama Ibu Saya…wah, ternyata dia menelusuri nama Ibu saya di sistem mereka)

S: Yes.. She is my mom. She is afraid to travel with a long flight alone (contoh anak berbakti..)

P: And..how long your plan to stay in US?
S: Approximately 2-3 weeks. I couldn’t take a leave more than that (harus begini, biar dipercaya pasti balik)

P: And.. what are you doing now?

S: (Nyeritain singkat soal kerjaan Saya)..bla..bla.. dan saya tegaskan kalau saya kerja di pemerintahan yang HARUS pulang. Note: gak usah panjang-panjang (kalau perlu siapin default untuk jawaban ini).

P: (kemudian dia sibuk sendiri ketik ketik komputernya sekitar 1-2 menit). Paspor lama saya dikembalikan, paspor baru ditahan. Sambil ngasih kertas putih: Ok, your visa been approved! Comeback again in 3 days!

S: (*rada-rada mau pingsan. Rasanya beban rontok semua) Oya, Visa saya disetujui berlaku untuk 5 tahun kedepan! Horee!

Dari wawancara tadi, si bule sama sekali tidak meminta dokumen kecuali surat dari adik saya. Dalam beberapa kejadian bisa saja ini tidak menjadi bukti yang kuat. Print out rekening bank, KK, akte kelahiran, KTP dan berbagai surat lainnya sama sekali tidak ditanyakan! Bahkan rekomendasi dan ID kantor pun hanya dilirik sebentar. Si bule lebih banyak mengutak-ngatik komputer saktinya dibanding bertanya macem-macem sama saya. Mungkin di dalam computer itu riwayat dan kisah hidup saya juga sudah ada. Hehehehe….

1409321978524

Nah, pesen saya buat yang pengen coba-coba apply..dicoba aja..gak ada salahnya kok! Gak usah terlalu khawatir dengan penyebab kegagalan orang lain. Beberapa diantaranya malah cuma mitos. Pastikan saja semua dokumen lengkap dan disampaikan dengan jujur. Jangan lupa banyak-banyak berdoa dan sedekah. Hahahaha.. Kalau lagi beruntung, anggap saja ini rejeki anak sholeh. Aaaminn

Hits: 2067
Share

30 Replies to “Persetujuan VISA Amerika: Rejeki Anak Sholeh…”

  1. Waaaaaaaah congraaatttzzzz,,,, sama deg-degannya waktu saya ngurus visa jepang hahaha, ditanya “kok tabungannya cuma segini?” gleeeeeeeeeeeeekkkkkk… tapi begitu approve langsung sujud sukur 😀

  2. wah selamat ya dapet visa amrik, dulu bapak emang ngomong kalo ke amrik aga susah, pas barenganya ada 2 orang suami istri ditolak karena paspornya masih cap asia aja

  3. Wahhh… serem juga. Omku permah cerita dia punya temen namanya Adolf dia udah dapet visa sewaktu sampai di US dia disuruh balik ke indonesia gak tau kenapa dan omku juga pernah pernah cerita sewaktu dulu pernah mau buat visa tp ditolak, kata omku sih lantaran namanya ada mustafanya haha..
    Dan aku tahun depan harus ngurus visa entah US atau Prancis karena aku dapet beasiswa kuliah di NY dan paris, kl banyak cerita kaya begini mending prancis aja haha (penakut) lagian mama juga bilang “kamu masih 16 tahun, cari yg paling aman aja”
    Kalau boleh cerita dong di US itu seperti apa? (Lingkungannya, orang-orangnya) Maklum aku belum pernah kesana

  4. Tuh, bener kan mba. Tidak seseram yang dibayangkan. Soal ketakutan, aku yang non muslim aja ketar ketirnya setengah mampus. Karena saya tahu banyak yang visanya ditolak dengan alasan tidak jelas itu bukan karena unsur SARA. Mereka rasional koq. Waktu wawancara dan di imigrasi, teman saya yang pake hijab malah lolos lolos aja tuh. Gak neko-neko nanyanya. Aku malah kena random check di bandara. So, jangan ragu untuk mencoba. At least, kita merasakan sendiri di bagian mana sulitnya.

    1. hi, mbak clara… boleh tahu yg di random check apa di bandara? saya pikir kalau dah dapat visa, berarti sudah aman kalau emang niatnya cuma jalan2 dan dibuktikan dengan tiket pp.

  5. Hi, Mbak Vika. Salam kenal 🙂
    Thank you for sharing this post and your US travel stories too. Saya lagi siapin mental dan dokumen (dan duit huhuhu) buat apply visa US. Mimpi ke New York sejak nonton Friends jutaan tahun lalu 😀
    Mohon doanya ya Mbak, again thank you for sharing this tips and tricks 🙂

  6. Hi vika
    Kalau boleh tau waktu kamu bawa surat rumah/tanah itu atas nama kamu sendiri atau atas nama ibu kamu?aku ada rencana mau urus visa tapi ga punya aset sendiri.bukan karyawan pula.surat tanah/rumah ada tapi atas nama ibuku
    Thxx

    1. Cuma menyatakan kalau saya saudaranya dan selama di amerika akan tinggal di rumahnya. Jangan lupa lampirkan bukti penghasilan sponsor (kayak slip gaji atau bukti pajak gitu..

  7. Kak kalau saya ada rencana ke US buat ngunjungin ibu saya yang udah nikah sama orang sana. Saya juga PNS hehehe tapi kalo kesana tinggalnya sama ibu saya. Ibu saya disana ga kerja (jadi ibh rumah tangga) tpi yang bakal biayain semuanya keperluan saya selama saya disana adalah suaminya ibu saya. Jadi seandainya saya harus menyerahkan bukti penghasilan sponsor itu bukti penghasilan suami ibu saya atau ibu sya? Krn ibu saya kan tidak bekerja tapi dia yang sponsorin saya karena saya anaknya hehehee gimana ya mba?

  8. […] Pertanyaan yang paling sering saya terima adalah: berapa sih biaya jalan-jalan ke Amerika? Dimana cari tiket murah ke Amerika? Nah, sekalian aja, berikut tips ringan dari saya tentang bagaimana liburan murah di Amerika Serikat. Semoga membantu. Oya, sebelumnya, saya sudah pernah menulis tentang tips mendapatkan VISA USA disini. […]

  9. Saya search di google ttg visa ke usa, masuk kesini.
    Dari yg diceritakan mbak Vika, saya jadi tau harus prepare apa.
    Thx sdh berbagi informasi ya.
    Ya buta2 amat ke usa, jadi agak paham (meskipun lewat hayalan)

    Nice share & God Bless You always

Leave a Reply to Vika Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *