Setelah berjuang selama hampir seminggu, akhirnya terwujud juga punya domain sendiri. Aslinya aku gak ngerti sama sekali, tapi dengan semangat pengen belajar (cieee…) dan semangat narsis aku beli domain dan hosting http://www.vikaoctavia.com walau yang kepake baru http://ngobrol.vikaoctavia.com  . Atas petuah orang-orang yang sudah berpengalaman –secara gue sekarang perlunya buat nge-blog- doang, lebih enak kalo ambil fitur WordPress (WP) trus ngisinya persis sama kayak WP yang gratisan. Seru, kan?!!

 

Read More

Hits: 1725

Mpok Depoy bilang waktu dia pulang ke Jakarta minggu lalu, keponakannya yang berumur 6 tahun merengek minta nonton AAC. Dari seminar minggu lalu di Unsyiah, moderatornya menyarankan seorang penanya untuk nonton AAC (gue lupa pertanyaannya apa), yang jelas sama sekali gak nyambung dangn topic seminar soal monitoring dan evaluasi proses rehab rekon di Aceh. Kemarin sore, Pak Eddie muter rekaman dia waktu main piano soundtrack ayat-ayat cinta (ah,..so sweet). Waktu aku bulan lalu ke Jakarta pun, Uni Novi nitip CD soundtracknya.

 

 Gue juga sih, waktu pulang kemaren sampe lima kali nyanyi soundtrack itu di HP, Fatmawati (biasa, narsis…). Gara-gara lagi booming juga, orang-orang di ruangan meng-copy file bajakannya.  Begitu juga di beberapa milis yang aku ikuti. Semua seolah-olah ingin memberi komentar yang paling benar. Katanya wapres bela-belain nonton di PS dan kabarnya lagi film ini bakal dibuat versi extended-nya, alias memasukkan kembali scene scene yang sempat tidak dimunculkan. Kata beberapa orang yang nonton belakangan, sekarang ngantri-nya panjang dan melelahkan. Wah, untung aku nontonnya waktu baru naik, jadi masih sepi malah banyak bangku bangku yang kosong.

 

Cerita-cerita sebagian penonton, berkesimpulan : “cerita yang mengharukan”.   Tak sedikit yang tanpa segan-segan menitikkan air mata. Apalagi pas adegan Fahri menikah dengan Maria di Rumah Sakit dan Aishah berlari ke luar kamar dengan membawa hati yang “hancur”, dimana ia harus mengikhlaskan suami yang begitu dicintainya menikah dengan wanita lain  di depan matanya, karena  kondisi yang tiba-tiba memaksa itu harus dilakukan.  Tapi aku, yang mungkin (baru mungkin, lagi)  kurang sensitif, gak sempet pake acara nangis.  Bahkan aku coba nonton lagi filmnya (versi bajakan) tetap gak nangis juga 😛 .  Mungkin otakku sudah diprogram untuk  bilang: masih banyak hal menyedihkan yang lebih layak “ditangisi” (hehehe).  Bagiku sendiri  film itu  tidak terlalu melahirkan “chemistry” yang dalam.  Bisa jadi karena aku buka movie freak, hanya seorang book addict, yang mungkin chemistry  sudah abis waktu baca bukunya.  Mungkin juga (masih mungkin) aku udah terbiasa mengikhlaskan apa-apa yang memang (sudah jadi takdir) bukan untukku.  Mungkin juga karena aku menganggap pengorbanan adalah hal yang  jamak di dunia ini. Apalagi “hanya” berkorban demi kebahagian orang lain atas nama cinta kek, ketaatan kek, atau apalah yang lain. 

 

Ya, okelah..filmnya bagus, soundtrack-nya juga keren.  Palingan aku cuman senyum penuh penghayatan untuk beberapa quote bagus di film itu. Misal: “Allah sedang berbicara dengamu, Fahri,  Allah sedang mengingatkanmu  untuk tidak sombong, maka mintalah kepadaNya”  Atau adegan di tepi sungai Nil, kata Maria: “Semua orang diciptakan dengan jodohnya”, atau “tidak pernah orang hidup minta susah, tetapi ketika ia datang, kepada siapa kita harus kembali?”. Sorry kalo kutipannya kurang tepat.

 

Selebihnya, aku malah berfikir tentang arti pengorbanan yang sesungguhnya karena menonton film itu. Pengorbanan atas nama cinta dan ketakwaan kepada Allah SWT yang dilakukan dengan keikhlasan tingkat tinggi  meski hati hancur berkeping keeping.  Itu mungkin hanya dimiliki oleh sangat sedikit perempuan di muka bumi ini. Tapi bisa jadi perempuan-perempuan lain pun akan menjadi Aishah Aishah baru jika terjebak dalam situasi seperti yang digambarkan dalam film itu.  Untungnya (semoga) situasi yang begitu pelik itu hanya ada di novel atau film (hehehehe…)

 

Satu lagi, aku pikir laki laki innocent, lugu dan merasa tidak sempurna itu hanya Fahri atau Azzam- tokoh lain rekaan Habbiburahman di Ketika Cinta Bertasbih-. Ternyata informasi dari Jolie : Ada. Hahahahha…hebatnya lagi, dia ada di lingkungan yang begitu sarat godaan duniawi.  Yang katanya selalu sholat di tengah riuh rendah suara musik.  Masih menyempatkan sholat taubat sehabis show yang mencampurkannya dengan lawan jenisnya.  Konon (konon loh), tidak pernah bersentuhan hingga “never been kissed” dengan teman wanita-nya. Masya sih ?? Padahal  dia ada di dunia hingar bingar  dengan pergaulan yang mampu meluluhkan iman.  Siapa lagi kalo bukan si bulet bulet lucu itu. Hahahaha… Salut deh!  Alhamdulillah masih ada dan semoga masih banyak laki laki seperti itu meski bukan dari kalangan pesantren.

 

 

 

Hits: 1620

Selain pindah blog, minggu ini ada pindahan lain yang gak kalah penting. Pindah rumah. Yup, setelah menempati mess lama, rumah besar bertiang tinggi yang menyeramkan itu selama nyaris sembilan bulan, akhirnya minggu ini semua penghuninya bedol desa ke rumah baru  yang lebih kecil tapi nyaman, hommy dan terpenting dekat dengan pusat peradaban.  Rumah berlantai dua dengan warna orange pupus (yang gimana tuh ya…) dilengkapi dengan pohon jambu dan pohon mangga (di tetangga) dengan halaman luas yang cocok untuk buka usaha parkiran.

 

Read More

Hits: 1819

kenapa harus sedih?
kenapa harus marah?
kenapa harus kesal?
kenapa harus mellow ?

padahal kamu kan “wonder woman”
yang hatinya terbuat dari besi dan baja
yang sudah biasa tangguh dalam semua hal
yang egois memecahkan sendiri semua masalah
yang tidak pernah manja sama persoalan
yang tidak pernah tergantung sama siapa-siapa…
tapi,..wonder woman kan juga manusia..

yang meski hatinya dari baja, itu tetap bernama hati..
yang bisa capek, meski tubuhnya terbuat dari mesin
yang bisa menangis karena dia punya perasaan
yang bisa kecewa karena dia punya harapan
dan yang pasti bisa melankolis
karena dia tetap perempuan…..

(meja sempit, ruangan berisik- BNA, 24 Maret 2008)

Hits: 1908

Ini tercetus gara-gara beberapa hari yang lalu, seorang sahabat  curhat  padaku (atau tepatnya kita saling bercurhat ria), tentang kekhawatiran alias parno. Bukan Parno yang mas mas jawa itu loh, tapi parno bahasa gaul dari paranoid terhadap sesuatu. Ceritanya sahabatku itu, konon sudah sangat kenyang pengalaman dalam kehidupan percintaannya (baca: in her romantic life). Kini, di usia yang beranjak matang memang ia belum mempunyai  pendamping hidup walau sebenarnya sudah ada calon nun jauh disana. Yah, long distance relationship-lah. Seperti kata Marcel di firasat : bagai sungai yang mendamba samudera, kutahu pasti kemana kan kubermuara, seperti itulah..hubungan itu diharapkan menjadi tambatan terakhir bagi keduanya.  

Read More

Hits: 1891

Hah ? Lu sensitif? Sensitif darimana? dari Hongkong?. Itulah jawaban seorang teman ketika aku iseng menanyakan; “menurut lo, gue sensitif gak sih?”  Lanjutannya: Gimana bisa dikategorikan sensitif kalo temen-temen lu bisa ngomongin apa pun tentang lu tanpa tedeng aling-aling bahkan kadang kadang cenderung tidak berperasaan.  Tapi jeleknya, nih.. kata dia melanjutkan. Lu tuh kadang terlalu cuek, Vik.. Lu sering kurang peka sama apa yang orang-orang sekitar lu lakukan buat elu.  Bukan dalam arti, lu gak nyadar yah, tapi kalo ada sesuatu yang sebenernya “beda”,  lu sering meng-ignore alias suka ngeyel. Anehnya, sebenernya lu temen yang care kok! (Loh!!!) Ngebingungin gak? (thanks, lyn!!)

Read More

Hits: 1839
+ Nyak, tebak gw lagi dimana?
–  Ya, mana gw tau, emang gw pikirin!p1010936a.jpg
+ Yah, elu… gw lagi di Ragunan, di rumah sakit hewan.
 –  Hahhhhhhhh ??, lu sakit ??? Sakit apa?
+ Bukan gw, dodol!! Tapi kelinci gue, abis jatuh dari tembok, kayaknya pendarahan gitu, dia kan lagi hamil.
– Haaaaaaaaa ??
+ Iya, gw takut dia lemah kandungan (dengan suara sedih)..
–  @#$^(^%&!(!!??!!
+ Gimana menurut lo ? kalo dia keguguran gimana? 
–   Halah…kelinci lu tuh patah hati kali, cowoknya gak bertanggung jawab, jadi dia dalam rangka percobaan bunuh diri tuh, lu pake acara nyelametin segala!

Read More

Hits: 2082

Gara-gara semalem perempuan-perempuan mess itu nge-gosipin Mayangsari, sore ini gue iseng masukin “mayangsari” ke om google. Fantastis! Dalam waktu 0,04 detik keluar 98 ribu record ber-referensi Mayangsari. Meskipun tidak seluruh URL yang terjaring adalah Mayangsari yang dimaksud, tapi kira-kira sebegitulah bagaimana wanita Purwokerto ini merebut perhatian media.

Sumpah, gue gak meng-idolakan dia, meskipun dulu (banget) ada beberapa lagu dia yang sempet gue suka. Gue gak kenal sama dia dan yang pasti gue gak peduli sama hidup dia. Dia mo kawin sama Bambang kek, Yanto kek, Michael kek atau Bill Clinton sekalipun. EGP. Tapi yang sedikit menggelitik adalah nenek-nenek di mess yang demennnnnnnnnnn banget ngomongin nih cewek. Dengan berapi-api (dan agak sotoy) persis ketika Sumpah Pemuda dicetuskan di tahun 1928. Katanya sih mereka gak nge-fans, tapi setiap ada gosip soal Mayangsari kok ya tau-tau nya, gitu. Dari yang katanya si Mayang dibeliin rumah di Menteng, Mayang dimarahin sama keluarga Cendana sampe anaknya harus tes DNA karena diperkirakan itu bukan anak Bambang. Kok mukanya gak mirip ya, kok jelek ya ?, kok gak kayak Bapaknya ya? Loh..kok bisa-bisa nya tau ? Lah, padahal sebagai sesame cewek matre, mereka (termasuk gue), kayaknya jadi istri ke enam pun rela. (hehehe…)

Read More

Hits: 2537

Ini dia, kerjaan baru kalo pulang! Dititipin. Gara-gara nyempetin back to home, 28 Februari-4 Maret kemarin, ketiban rejeki-lah aku, diamanati titipan dari yang kecil dan paling mungkin sampai yang setengah mustahil. Entahlah maksud si penitip itu apa, tapi ya namanya udah janji, biar hujan, panas, gelombang, badai  hingga tsunami sekalipun tetep aku usahain semaksimal yang kubisa.

Dimulai dari titipan orang Jakarta buat dibawa dari Aceh. Suci yang nitip  tas Aceh, tiga biji. Katanya sih gak maksa, Tapi sms berkali-kali belum ditambah reminder via YM, pake webcam pula untuk menegaskan contoh tasnya. Cuman tetep pake embel-embel; “kalo lu ada waktu aja kok, vik…” Secara gue orangnya murah hati dan gak tegaan, apalagi untuk orang-orang yang pernah hidup di jaman romusha kayak dia, ya gimana gue gak iba!  So, H minus satu, aku ditemenin Bu Ruhama pun berburu tas etnik itu. Jolie kupluk itu laen lagi, tega-teganya dia nitip daun gan*** (titt..sensor).  Waduh, dengan berat hati, permintaan itu tak kululuskan karena ybs juga sepertinya tidak berminat menebus gue di bandara kalo terjadi apa-apa denganku. Insyaf-lah Hai anak manusia…. Haram!

Read More

Hits: 2688