Catatan : Bukan tulisan gue.. ASLI dari temen.. Tapi aku suka banget… (thanks buat Ulfa)

AKU vs CINTA

Beberapa waktu yg lalu…
Aku ingat…
Apa yg dilakukan cinta

Cinta membuatku meningkatkan kadar naifku
Cinta membuatku mengurangi logikaku
Cinta membuatku dgn ringannya mengeluarkan sejuta maaf saat kau mengulangi salahmu (lagi)
Cinta membuatku berlebihan mengkuadratkan hari saat jauh darimu
Cinta membuatku menutup mata akan kepegecutanmu
Cinta memang membuatku menjadi bodoh
Cinta membuat mataku pun jd lembur memproduksi air nya
Yup…cinta berhasil menguasaiku

Sekarang…
Lihatlah wahai cinta…

Aku mulai membangunkan alam sadarku..
Aku akan membuatmu memperoleh perbuatanmu sendiri
Aku akan menggunakan cinta…untuk memberitaumu apa itu “sakit”
Dan untuk memberitaumu bagaimana untuk tdk sombong dengan hatimu
Cinta membuatku jd berhubungan baik dengan tegasku
Cinta berhasil membuatmu mencariku
Cinta membuatku akhirnya memakai logikaku…untuk tidak memperdulikanmu
Cinta membuatku menertawakan cinta
Cinta membuatku jd tak percaya cinta
hah… aku tlah berhasil menguasaimu…cinta

Hits: 675

Alhamdulillah..akhirnya pesawat itu landing dengan sempurna meski agak mepet ke pinggir dan nyaris ke lapangan rumput, tapi tetap smooth.. Huh… sempet terdera rasa cemas selama 20 menit terakhir. Keinget kalo aku nyaris gak pernah memperhatikan video atau pramugari yang memperagakan proses evakuasi jika terjadi apa-apa. Dimana pelampung ? dibawah kursikah? Atau di bagasi di atas kepala? Dimana pintu darurat yang kata pesawat Malaysia itu pintu “kecemasan” ? Sungguh aku nyaris cemas saat itu. Belum lagi inget dosa, inget utang piutang, inget belum karaoke minggu ini.. Huh… ah..sudah lebay..

 

Begitulah, minggu lalu ..seperti biasa karena sudah menjadi bagian dari tugas, aku kembali bertolak ke Banda Aceh. Yes ! I wanna say.. Banda Aceh is already becoming my new hometown.. Seperti biasa, aku menumpang Garuda Airlines (gak masalah nyebut merek toh??) dengan nomor penerbangan GA 142. Pesawat terlihat lengang, padahal aku seperti biasa selalu memesan kursi di koridor dengan harapan cepat ngacir ke toilet. Karena kosong, aku pun berniat jika sudah terbang, mending cari tempat duduk yang lebih lapang alias kosong melompong.

Dari rencana take off pukul 08.00 pagi sempat molor hingga 20 menit dan itu pun kelamaan di dalam pesawat. Setelah terbang nyaris 20 menit lampu seat belt tidak pernah mati!! Waduh…gue kebelet pipis!! Sementara para pramugari nampaknya masih duduk manis tak bergeming. Mendadak Om Pilot mengumumkan jika ada satu indikator pesawat yg tidak berfungsi dengan baik dan diputuskan untuk kembali ke Jakarta. Huuh… habis sudah rencana pindah kursi dan tidur sampe aceh (karena dari malamnya gak bisa tidur). Dan dibutuhkan waktu 20 menit untuk kembali mendarat. Belum terbayang kalau bakal ada sesuatu yang membahayakan mengingat nyaris tidak ada turbulensi. Namun sudah lewat 1 jam dari waktu 20 menit yang dijanjikan belum juga ada tanda-tanda akan landing. Seingatku, 2x pilot memberi instruksi “prepare for landing” dan atap bandara Soekarno Hatta (SH) sudah nampak di ujung mata, tiba tiba pesawat kembali naik..begitu terus hingga beberapa kali dan terasa sekali pesawat hanya berputar putar di atas Selat Jakarta dengan gugusan Pulau Seribu di bawahnya. Kuperhatikan wajah wajah penumpang lain, awalnya yang tampak lebih banyak raut bingung daripada cemas, seperti juga aku.

Hingga kali ketiga, akhirnya pesawat berhasil mendarat, namun menjelang detik detik pendaratan dari atas sudah terlihat deretan ambulans yang pemadan kebakaran yang mengikuti laju pesawat belum ditambah puluhan mobil siaga bandara dan puluhan crew. Tentu saja ini mengagetkan semua penumpang. Wajah cemas kembali berganti bingung dan beberapa penumpang kulihat berjabat tangan. Barisan karyawan Garuda menyambut penumpang dengan ramah dan takzim nyaris seperti tidak terjadi apa-apa bahkan terlihat dengan pelayanan yang berlebihan.

Hingga di ruang tunggu, beberapa orang karyawan Garuda (mungkin dari jajaran Public Relation-nya) mendekati penumpang satu persatu menjelaskan duduk persoalan yang terjadi.Usut punya usut, oh…ternyata salah satu ban belakang pesawat itu “ketinggalan” alias jatuh di Bandara SH sesaat sebelum take off. Keliatannya sepele memang, tapi ternyata itu sangat berpengaruh terhadap proses landing yang aman. Pesawat memang bisa saja terus terbang hingga Banda Aceh, namun dikhawatirkan terjadi sesuatu mengingat landasan Bandara disana tidak panjang. Apalagi katanya dalam keadaan seperti itu, konon pesawat tidak bisa direm karena bisa menimbulkan percikan api. Ihhh…syereemm.. Pantas saja sekitar 10 ambulans dan pemadam kebakaran sudah berjaga-jaga.

Huhh.. jadi inget awal 2007 lalu, dalam perjalanan ke Makassar, cuaca saat itu..sangat sangat buruk. Seingetku turbulensinya luar biasa kenceng, sampe sampe kuping mau berdarah kalo gak ditutup. Belum lagi kepelanting pelanting di toilet pesawat. Pilot mengambil keputusan cepat untuk mendarat di Balikpapan atau di Denpasar dan akhirnya dipilih Denpasar sebagai bandara yang paling memungkinkan. Setelah sampai Makassar, besoknya kami tahu bahwa Adam Air hilang dalama cuaca buruk itu. Alhamdulillah….aku masih diselamatkan meski harus pake mampir di Bali (tanpa jalan jalan).

 

 

Hits: 1753

Ini adalah puasa pertama di haribaan Bogor tercinta, setelah dua tahun sebelumnya hampir full menjalani puasa di Tanah Rencong. Ada yang beda? Pasti.. Di Bogor, menjalani puasa di tengah keluarga sementara di Aceh berjibaku dengan teman-teman disana. Puasa pertama di 2007, Saya dinobatkan sebagai Dirdur alias Direktur dapur oleh temen-temen mess. Kerjanya krontang kronteng di dapur, masak ini masak itu, enak gak enak tetep aja habis. Tahun 2008 di rumah yang berbeda kegiatannya tidak jauh berbeda. Rutinitas dimulai jam 4 pagi hingga azan subuh berkumandang. Oya..di Aceh imsaknya bisa jam 5 lewat.

Teman setia di dapur biasanya Vivi, yang emang lumayan jago masaknya. Masakan unggulan Saya (soalnya paling gampang.hehehehe) adalah teri medan oseng oseng dengan cabe ijo plus daun aceh yang biasa dipake buat ayam tangkap. Namanya daun temurui. Rresepnya gak jelas darimana, bener-bener ngarang sendiri.  Sementara Vivi jago banget ngeracik mie..gak ada namanya mi instan buat Vivi. Meski asalnya Indomie tetep aja rasanya nendang. Entah dikasih bumbu apa olehnya.  Setelah semua kelar siap-siap baru bangunin temen-temen. Untung gak mesti jerit jerit atau kentongan!

Persiapan berbuka lebih repot.. terutama kalo weekend. Paling sebel sama Mpok Depoy, bantuin cuman motong kangkung tapi lamanya bisa sejam karena pake bonus ngegosip. Alhamdulillah dia jago nyuci piring. 🙂 Mpok Fitri beda lagi..doyan belanja menuhin kulkas,..tapi gak bisa masak dan gak tau mo masak apa! Nasib..nasib, sayalah jadi juruk masaknya!

bukber di warkop
bukber di warkop

Yang selalu Saya ingat khususnya dengan anak-anak Pusdatin adalah Safari Ramadhan. Selama sebulan ada saja rumah atau orang yang jadi korban buat mengenyangkan perut setelah seharian berpuasa. Mulai dari rumah Pak Zamri, Roli, ditraktir Wasi di PP Cafe, bareng Pak Ed di rumah makan sunda di Lingke, makan rame-rame di RM Bunda hingga mampir ke rumah bu Ruhama di Bireun sepulang dari Lhoksumawe. Seru deh!

Kebiasaan buruk di bulan Ramadhan tahun lalu, yang nyaris gak pernah absen adalah ngopi abis jam taraweh! Taraweh gak taraweh ngopi hukumnya wajib.  Chek Yukee dan Solong jadi langganan. Alex is my best friend yang setia jemput gue tiap malam. Di bulan ini juga gank ngopi nambah satu siapa lahi kalo Baserr Qadri gak penting, manusia selundupan dari Mercy Corps.

Jangan tanya soal budaya ngopi di Aceh. Asal tahu saja, makin menjelang ramadhan berakhir, jamaah ngopi lebih banyak daripada jamaah taraweh di mesjid raya!! Hehehe..

Tapi tunggu dulu, ada juga sih kebiasaan bagusnya. Di siang hari biasanya di hari libur, sama temen-temen rumah masih nyempetin sholat di Mesjid Raya Baiturrahman sekalian ngabuburit.  Beda banget dengan disini, ngabuburit-nya ngemall dan sibuk ngeliatin jadwal film bagus di 21. Di hari biasa, kesibukan membuat lapar dan dahaga sama sekali tidak terasa.

Nuansa puasa sangat terasa di Aceh. Selama Ramadhan, merupakan pelanggaran besar jika ada rumah makan yang buka sebelum waktu ashar. Di siang hari, jalanan berasa bak kota mati saking sepinya apalagi kalo kaum adam jumatan. lagi gak puasa, kondisi begini menyiksa banget. Tapi tetep ada colongan satu kantin yang buka di sebuah organisasi besar di daerah Sudirman, Banda Aceh.  Kebetulan isinya bule-bule semua,  jadi mereka tetep jualan meski dengan sembunyi sembunyi. Kalo lagi gak males sih bisa bawa dari rumah sisa sahur temen-temen (itu juga kalo bersisa).

Semoga suatu saat masih diberi kesempatan merasakan roh puasa yang sama dengan teman teman yang sama..

 

Hits: 1789
Ibuku sering sekali berujar, “jangan terlalu banyak berharap, nanti kalo gak dapet jadi sakit”. Sementara aku yang lumayan kenyang makan buku-buku motivasi, sering terhasut bahwa untuk mencapai segala sesuatu kita harus “think big”, “berpikir pasti bisa”, berprasangka baik bahwa semua pasti tercapai, “memanipulasi pikiran agar semua terlaksana dan sejenisnya, yang secara tidak langsung mengatakan bahwa untuk memperoleh sesuatu, berharap dengan penuh adalah elemen dari sebuah usaha.

Dua hal diatas menurutku sedikit anomali, pada saat berproses untuk mencapai sesuatu, tak bisa tidak pasti dibarengi dengan harapan agar semua terwujud. Yah,..agak-agak terpengaruhlah sama The Secret-nya Rhonda Byrne, tapi di sisi lain mendadak ada bagian naluri yang mendorongku untuk mengingat kata-kata Ibuku tadi. Istilahnya mau gas poll tapi ragu ragu karena ingat bahwa keberhasilan dan kegagalan adalah dua sisi mata uang. Kalo gagal, akan nada kecewa yang artinya harus ada “persiapan” juga ke arah sana. Eitsss..jangan bilang kecewa bukan unsur sebuah proses ya,. Hanya besar kecilnya saja yang berbeda untuk tiap urusan.

Aku coba menghayati itu, akhirnya aku ingat bahwa ada kata kunci lain yang harus dibarengi dengan antara usaha dan harapan. Apalagi kalo bukan , tidak mudah putus aja dan tidak gampang menyerah. Biarkan semua harapan itu selalu penuh, malah memang tidak boleh setengah setengah tentu dengan ikhtiar yang juga tidak kalah penuh.

Gagal di urusan satu, bukan berarti kalah, mungkin hanya masalah waktu. Masalah keluarga, pekerjaan, teman teman hingga percintaan yang datang silih berganti mungkin hanya permainan hidup. Ahh…sudahlah, nyantai aja! Mungkin bahasa kerennya begitu. Hidup memang satu paket yang sungguh sulit dicari kesempurnaannya.

On a flight, 23 Juli 2009

Hits: 692

Dari jaman dulu, bisa dibilang frekuensi-ku ke toilet lebih sering dibanding manusia-manusia lain. Istilah kerennya, saya tuh beser banget. Sejauh ini sih tidak ada masalah dan saya pun merasa sehat-sehat saja. Tidak pernah pula saya coba mencari tahu apa penyebabnya. Menurut saya, ini semua masih dalam tahap yang normal tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari.

Toilet di kantor pasti sudah jadi teman baik, sementara letak toilet di beberapa mall besar di Jakarta yang paling sering kukunjungi juga nyaris saya hapal, sampai lorong-lorongnya. Jangan tanya soal WC umum di terminal atau di stasiun yang sering saya lewati. Itu pun pasti sudah diluar kepala. Agak jorok mungkin kedengarannya, tapi mau gimana lagi..daripada nahan pipis berjam-jam yang bisa membuat serasa mati berdiri, lebih baik saya pipis di tempat-tempat umum begitu. Makanya saya selalu sedia tissue dan cairan pencuci tangan instan di tas. Yah…buat jaga-jaga biar tetep hygienis meski gak bener bener hygienis. Untungnya selama ini saya belum pernah sampe nekad pipis di semak-semak atau belakang pohon, hihihi..  

Kata pakar kesehatan sering-sering menahan pipis dalam waktu yang lama akan berakibat tidak baik bagi ginjal.

Namun, saat-saat tertentu, ada juga masalah yang timbul dari “hobi” ini. Misalnya jika dalam perjalanan jauh. Repot kan kalo dikit-dikit mau pipis. Iya kalo jalannya pake kendaraan pribadi, bisa mampir dimana saja, tapi kalo perginya  dengan kendaraan umum kan nggak enak kalo harus dipelototin penumpang lain gara-gara minta berhenti. Belum lagi kalo kebeletnya di jalan tol yang nggak bisa asal berhenti.  Kalau kebelet di KRL yang nonstop, sejauh ini yang pernah saya tumpangin baru KRL Bogor-Jakarta  yang paling rata-rata 1 jam perjalanan. Untuk ukuran waktu 1 jam masih sangguplah saya tahan. Kalau bener-bener gak kuat lagi,  saya memilih turun di stasiun terdekat dengan resiko bayar tiket baru dan belum tentu kebagian tempat duduk lagi.

Ada beberapa kejadian lucu menyangkut urusan pipis-mempipis ini. Kalau cerita saya sering pipis di tempat karaoke bukan barang baru. Kebiasaan pipis ketika datang dan ketika pulang dari suatu tempat juga sudah lumrah. Beberapa kali kejadian saya harus ikhlas nahan pipis di tengah jalan tol, sementara tujuan masih lumayan jauh. Pernah juga saya harus berjuang “bertahan” dalam tol sejak Jagorawi hingga bandara Soekarno Hatta. Kalau jalannya lancar sih masih tidak begitu masalah, ini macet bangett dan rasanya sekujur badan sudah gemetaran gak jelas. Kejadian terakhir, masih menuju bandara, jalan tol ruarrrrrrrrrr biasa macetnya. Bukan hanya nahan pipis, saya juga harap-harap cemas takut ditinggal pesawat, karena waktunya sangat mepet. Padahal dari rumah aku sudah mempercepat keberangkatan dengan harapan bisa menikmati wifi gratis di salah satu kafe di bandara sebelum boarding.

Dalam posisi ini, perasaan saya campur aduk, berdebar-debar, cemas sembari nahan hajat yang luar biasa dan kesal!!  Kesal selain macet juga karena HP juga berkali kali bordering baik itu untuk urusan penting maupun tidak penting. Bagaimana kita bisa berbicara dengan baik jika kondisi lagi begitu? Akhirnya dengan sangat terpaksa beberapa telpon dari nomor yang kukenal kudiamkan saja, dengan asumsi toh nanti saya bisa menelpon mereka kembali. Namun kemacetan yang hebat itu tak dinyana justru membawa berkah. Ketika memasuki salah satu gerbang tol, ADA TOILET ! Yes! Saya pun berteriak histeris (dalam hati). Dengan malu-malu, muka memelas dan suara pelan (agar tidak ketahuan penumpang lain) saya memohon ke pengemudi bis untuk bisa mengambil jalur paling kiri dan membiarkanku lari sejenak ke toilet itu sementara menunggu kemacetan berakhir. Dan itu berhasil! HURAA.. Leganya luar biasa, kayak abis melahirkan anak kembar. Hahahaha..

Urusan lobi- melobi supir bis seperti diatas, sebenarnya juga bukan barang baru. Jaman kuliah dulu, Saya paling sering praktikum di Pelabuhan Ratu, Sukabumi yang jalannya berkelok-kelok dengan pepohonan besar di kanan kiri jalan. Kondisi begini memperparah beser-er kayak gue. Dengan memasang tampang mahasiswa susah karena kiriman pas-pasan, biasanya supirnya mau untuk berhenti jika sudah tak terhankan. Iya…kalo baru satu kali sih no problem, tapi kalo dalam sekitar 3-4 jam perjalanan bisa mengajukan proposal hingga 4 kali, udah kelewatan juga kali ye…hehehhe.. Tapi begitulah kejadiannya. Teman-teman pun sudah biasa dan dengan senang hati mau urunan beli pispot buatku jika memang dibutuhkan.

Ketika sempat liburan ke Bangkok tahun lalu, saya sempat pengen ngamuk sama pramuwisata kami. Ceritanya di jalan tol Bangkok-Pattaya Saya sudah kebelet pipis yang naujubillah hebatnya. Di tepi jalan  banyak sekali rumah makan baik kecil maupun besar dan beberapa pom bensin, tapi si pemandu enggan meminta supirnya untuk berhenti,karena dia bilang masih ada toilet yang lebih bagus di depan sana, mungkin ini atas nama pelayanan yang baik. Kesal luar biasa, secara gue sebenernya gak peduli mau bagus apa gak, gak liat apa muka gue udah merah kayak udang goreng mentega??? Herannya dia masih mencoba bercanda yang menurutku saat itu garing abisss… Dan ternyata.. yang dia maksud “di depan” itu ternyata di ujung jalan tol dan itu sudah nyaris masuk Pattaya yang berarti hampir dua jam dari awal Saya minta berhenti untuk pipis. Nyebelin, kan ? Memang sih pelayanan dia sebagai pemandu cukup baik, tapi tetep aja buat gue nilainya 3, baca : TIGA dari skala 10! Gak ngerti ini kondisi darurat ?

Ini jadi tips juga buat yang mau jalan-jalan, cari guide yang “mengerti” kondisi pelanggannya, genting dan penting apalagi menyangkut nyawa orang! Kebelet pipis itu menyangkut nyawa looo…!!

Oya, aku pikir “penyakit” ini hanya milik saya sendiri. Ternyata atasan Saya dulu (nama dirahasiakan) sebut saja namanya Pak Jacky, mengalami hal serupa. Dari ceritanya mampir di hotel-hotel ternama di ibukota buat dinner eh..buat pipis sudah menjadi hal biasa. Ini level beser-er yang lebih tinggi nampaknya. Kalo gue pipisnya di WC umum, beliau di hotel, man!! Pernah satu kejadian Saya dan beliau berniat meeting ke daerah Jakarta Pusat dari kantor kami yang berada di seputaran Jakarta Selatan. Tak disangka, ketika hampir sampai ke lokasi yang dituju, yang mau diajak meeting membatalkan rencana. Walhasil kami pun balik mundur. Tiba tiba di tengah jalan yang macet, beliau kebelet pipis. Hebatnya, mobil langsung diarahkan ke sebuah hotel berbintang 5 di seputaran Thamrin, dan pipislah kami disana. Oya, aku juga ikutan pipis, makanya jadi “kami”. :D. So perjalanan kurang lebih 2 jam muter-muter tersebut hanya diselesaikan dengan acara pipis di hotel bintang 5.

Untuk menghindari rasa tidak nyaman baik bagi diri sendiri dan orang lain, Saya akhirnya menerapkan beberapa aturan. Misalnya kalo cari kamar tidur sebisa mungkin di dekat kamar mandi. Alhamdulillah selama tinggal di mess kantor di Banda Aceh kamar Saya adalah yang aksesnya paling cepat ke tempat buang hajat ini. Kalau naik pesawat, sudah tidak jaman bagi saya duduk di dekat jendela, harus duduk di koridor, agar tidak menggangu penumpang lain jika harus bolak balik ke lavatory.  Pernah sih satu kali kejadian “terpaksa” duduk deket jendela dan lebih naasnya lagi, Saya sebangku sama dua orang big boss kantor. Duh, malu banget dikit-dikit ijin dan mereka terpaksa harus berdiri demi melewatkan aku. Terakhir, agar kantong kemih tidak penuh, setiap mau pergi kewajiban pertama HARUS PIPIS dan jangan sering-sering minum, gak perlu nurutin anjuran minum minimal 3 liter sehari. ^_^

 

Hits: 3814

 

Sejujurnya aku sudah paling malas menulis hal-hal berbau cinta khususnya ke lawan jenis. Karena sesuatu dan lain hal, urusan beginian hanya membuatku mendadak menjadi Nia Daniaty, bawaannya mellow, sedih, menyesali nasib tentu saja dengan iringan soundtrack lagu-lagu patah hati. Klop banget.

Namun, ada satu peristiwa dalam keluargaku yang bisa jadi akan jadi salah satu milestone penting bagi kami. Tentang sebuah pernikahan yang batal hanya dalam hitungan hari dikala hampir semua persiapan sudah rampung. Surat undangan pun sudah tinggal menunggu diantarkan. Apa mau dikata, ketika masalah-masalah kecil yang sebenarnya bisa diselesaikan tanpa membatalkan rencana, mendadak menjadi polemik besar dan memaksa  semua persiapan yang sudah disusun cukup lama harus menjadi sisa kenangan belaka.  Kecewa pasti. Rugi ? Lebih pasti lagi. Rugi waktu, biaya, tenaga dan yang jelas rugi hati. Sakit yang sulit terbayarkan. Tidak hanya calon pasangan batal, tapi juga kedua pihak keluarga. Hubungan yang sudah terbina kurang lebih empat tahun yang awalnya diharapkan menjadi labuhan terakhir bahagia, ternyata tidak berarti apa-apa, hanya karena  perbedaan yang tidak dicoba dicari jalan keluarnya, karena pikiran yang sudah tertutup oleh kemarahan.  

Itu mungkin namanya jodoh ya..Aku sempat ingat seorang teman yang sudah menjalin hubungan lebih dari 10 tahun, sudah niat akan menikah meski seadanya. Toh batal juga, karena urusan-urusan yang menurutku agak tidak penting.  Atau teman yang lain yang begitu memuja pacarnya laksana segala-galanya. Sudah lamaran, tinggal persiapan. Namun manakala Tuhan berkata lain, habislah semua hanya karena urusan yang mungkin sepele buat orang diluar mereka. Namun tidak sedikit pula yang ketemu jodoh dengan singkat. Ketemu seminggu trus nikah deh.. Atau dengan cara yg ajaib, misal ketemu lewat internet, tidak pernah bertatap muka tapi bisa sampai menikah. Cara terakhir ini buat aku sih,..gak bangett… Karena setiap orang bisa jadi siapapun yang dia mau di dunia maya. Argghh..

Ah, urusan cinta memang repot. Ajaib.  Katanya cinta bisa mengalahkan segalanya. Kelebihan pasangan pasti menjadi kebanggaan, tapi kekurangan adalah kenyataan yang harus diterima. Bahkan konon cinta bisa datang justru dari kekurangan pasangan kita. Kata Naff : “bila nanti kusanding dirimu, miliki aku dengan segala kelemahanku”, ingat…bukan kelebihan yang ditonjolkan, namun kekurangan/kelemahan-lah yang menjadi titik poin. Aku semakin sulit mengerti masih adakah cinta sejati yang tulus? Yang tidak memandang apa-apa?

Aku jadi ingat pembicaraanku dengan seorang teman beberapa waktu lalu. Dia bilang cinta yang paling abadi itu, cinta kepada Tuhanmu yang tidak akan pernah mengecewakanmu. Sementara dengan pasangan duniamu, cinta itu adalah satu paket dengan kekecewaan.  Semua mau mengalami indahnya cinta, tapi hampir semuanya pula tidak mau mengalami kekecewaan.  Manakala kau memutuskan untuk jatuh cinta, maka saat itu juga kau sudah memutuskan untuk siap kecewa.

Sudahlah,..apa yang baru saja terjadi di keluargaku mungkin adalah cerminan kasih sayang Allah pada kami  sebagai bagian untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik di depan sana atau bisa jadi juga menjadi kaca untuk mengintrospeksi masih ada dosa yang belum  ditobatkan dan masih banyak amalan yang belum dilakukan.  Only God knows..

 

 

Hits: 1999

Selamat Tinggal!

Terlalui sudah 2 Juli 2007-15 April 2009.

Daripada melamun di pesawat, sementara tidur pun tak bisa, aku iseng buka notebook dan menengok kembali semua foto-foto selama hampir 2 tahun di tanah rencong yang mengingatkan semua peristiwa tak terlupakan selama disini. Ceritanya gak mau mellow, tapi tetap kejadian. Di setiap pertemuan, pasti ada perpisahan.  Mencoba aku anggap biasa, toh aku yakin suatu saat, masih akan bertemu keluarga dan sahabat sahabat terbaikku disana, meskipun bukan berkumpul bersama di ruang paling ujung BRR Lueng Bata itu.  Ruang sumpek , berisik, berantakan, listriknya suka turun naik, dengan aksesoris utama meja –nya Oi yang paling berantakan sedunia,  namun penuh dengan jutaan kenangan yang gak bakal cukup ditampung dalam Hardisk Maxtour 1 Tera. Huh..

Tertular ide Apop di Facebook, aku coba menulisan  kenangan-kenangan lucu dan unik yang semoga akan ter-memory hingga ujung dunia nanti..

  • Sempat jadi “baby sitter” seorang teman yang akhirnya  tenar dengan semboyan “I’ll be back” yang menakutkan itu  di bulan-bulan pertama di Pusdatin. Masih inget tingkahnya yang tiba-tiba nge-rock tapi lypsinc. Mau  ngetawain gak enak, akhirnya aku, Rynal dan Waladi ngeluarin emoticon orang ketawa guling-guling via YM dengan perut sakit menahan ketawa.
  • Hobi jalan-jalan ke pantai naik motor. Suatu ketika masih dalam pencarian sebuah pantai, entah kena kutuk nenek moyang dari kerajaan Samudera Pasai, entah kenapa nyasar hingga dua kali balik ke Makan Syiah Kuala. Udah salah, pede pula.
  • Masa eforia Andrea Hirata. Rame-rame nonton ke Unsyiah. Kayak anak panti asuhan, ngantri minta tanda tangan,  repot nyari dress code. Untung pulangnya makan di Cibiuk. Herannya tuh anak-anak mau aja gue pengaruhin.
  • Kangen Mie Lala. Mi aceh yang TOP MARKOTOP. Meski kalo kesana nunggu mi-nya masak sampai 1 jam itu dengan bonus digigitan nyamuk dimana-mana. Tapi semua terbayar kita menyantap mi kepiting dan mi jamurnya yang gak ada duanya.
  • Juni 2008, ada awak baru di Pusdatin, lungsuran dari ekonomi, masuk ruangan gak pake kenalan, hanya senyam senyum gak jelas sok kegantengan. Katanya dia mau jadi admin alias sekretarisnya bos., padahal asli tampangnya gak mendukung. Karena mungkin tampang gue galak, dia gak berani nanya nama gue, lewat Lala dia nanya via YM : “kakak yang baju kuning siapa namanya”.  Seminggu, dua minggu jadi admin kena protes anak-anak, karena surat-surat gak ada yang beres, males nganterin dokumen (karena merasa bukan kurir) dan barang bukti utamanya, ada satu dokumen penting ketumpahan kopi-nya. Amburadul. Bulan kedua, Pak Zamri bilang dia dipindahkan saja ke tim aku. Sebenernya agak setengah gak rela, karena waktu dia apply, CV sempat aku hina dina.  Sorry ban!
  • Waktu musim tes PNS rata-rata pada ikut. Emi gak masuk 2 hari demi tes PNS Sabang (jadi tukang markir kapal katanya). Oi dan Ulfa berjuang demi status abdi negara untuk aceh besar. Yang lulus hanya Itha untuk jadi guru BP di Langsa. Emi dipastikan gak lulus..karena dia lebih cocok di Departemen Komunikasi sebagai Jubir, sedang Oi dan Ulfa..Dodol!!! Kenapa gak bawa kalkulator ???
  • Terima kasih untuk Nila Silvana dan Munardy yang selalu menyediakan penyemprot ruangan dikala “gaya andalan” itu tereksekusi.
  • Bakal kangen gue sama “BUSUKE”-nya Itha, kangen dengerin Itha marah-marah dengan si bule Ray yang pensiunan veteran perang Vietnam. Bayangkan yang satu pake bahasa Indonesia dengan dialek dan istilah-istilah yang aceh banget, yang satu pake bahasa inggris pakem. Tapi nyambung!
  • Wasiiiiiiiii.. makasih untuk Bu Neneng, sehingga terjadilah 91% untuk makan-makan di Hermes. Sssssttt.
  • Pak Zamri baru menyadari kalo di MS Excel itu ada Pivot.. dan kita pun makan-makan!!
  • Labaran Haji di Samosir. Satu malam sebelumnya nyari mesjid-nya dulu di kampung-kampung. Baru pertama ngerasain sholat ied di daerah minoritas muslim
  • “kamu dimana, sama siapa, semalam berbuat apa?”..  “Bisa bicara dengan Yolanda ?’
  • Waktu gue masuk RS, Alex sama Rynal bela-belain ikutan jaga nemenin di RS, tapi gak tahan Rynal tidurnya ngorok poll!!! Malah tambah bikin gue sakit.
  • Rebutan makanan di ruangan. Makan sepiring ber-5 sampai ber-7. Sementara Makcik repot menjaga kopi dkk dari gangguan tikus teman-temannya Waladi.
  • Doyan makan di Hasan,meskipun pulangnya teler, ngantuk dan MAHAL. Tapi tetap dijabanin.
  • Udah hapal sama teknik kriminalnya Lala dan Rynal, kalo bayar-bayar mereka belakangan. Misal total 110 ribu, 100 ribu dipalakin dari anak-anak, mereka berdua 10 ribu-nya.
  • Punya anggota baru si Emiriza yang mantan anak Unicef dan demen banget nyeritain “masa lalu”-nya itu. Kasian Waladi yang gak bisa tidur di pesawat demi mendengar petuah Emi.
  • Owwwwww..lipan!! dan Yudi pun meloncat mundur ke belakang hingga beberapa meter. Seruangan heboh. Terlebih Rynal sebagai penganiaya Yudi, mendadak punya senjata baru untuk menghakimi alumni Universitas Brawijaya yang malang itu.
  • Setelah bergaul selama setahun lebih, Rynal baru menyadari kalau bu Ruhama itu adalah makcik-nya.
  • Rynal yang sukses mengantarkan Pak Zamri untuk naik bis, dua hari dua malam ke Pekanbaru.
  • “Whats going on?, “Oh… I seeee…”,.. Hmmmmmmmmmmmmm…. (berdebar debar menunggu nama siapa yang disebutkankan selanjutnya)… “Tolong diprint dulu”, “Mari kita discuss”..   Hahahha.. bayar royalty neh kayaknya gue..
  • Bosan dengan Oi yang hampir tiap pagi sms bilang dia telat..Alasannya udah aneh-aneh aja.. mulai dari bangun kesiangan, nganterin mami belanja, ke kampus dulu, ke bank dulu, ke toko komputer dulu sampai alasan mobilnya mengalami kelainan.. (alasan yang aneh..)
  • Demi ke Jakarta beramai-ramai untuk CFAN, Oi dan Alex didaftarkan sebagai Asrot (asisten sorot), padahal sampe Jakarta kerjaannya cari cewek!!   Oya, disini kita juga sempat lliburan bareng ke Bandung dan memetik strawberry di halaman rumah orang demi Itha (Tha.. aku nulisnya pake ‘h” loh…)
  • Pada periode Agustus-Desember 2008 adalah puncak dimana Pusdatin penuh manusia. Sampai-sampai beberapa orang harus duduk bersebelahan dalam satu meja. Persis anak SD. Pasangan serasi Emi dan Waladi, Nardy dan Ulfa.
  • Bahaya laten KPI untuk report akhir BRR. Ngorek-ngorek puluhan ribu row data, dipelototin satu-satu sampe bikin sakit mata. Meski sudah dibagi-bagi ke banyak orang, tetap gak selesai-selesai juga. Udah selesai pun tetap ada masalah. Mr. Waladi nampaknya udah capek bikin judul file. Semua pake nama FINAL padahal gak final-final. Akhirnya ditambahin aja jadi  Insya Allah Final, Semoga Final, Final Amin,…, Final Kok.. Udah Final Belum  sampai “kapan yang FINAL-nya”?
  • Di penghujung masa bakti, ada ribuan dokumen yang harus di-scan dengan Lala sebagai punggawa. Senewen gara-gara si Ami yang sekretaris membuat semua  judul file yang discan dengan nama-nya sendiri. Ami1 hingga Ami 200! Untung belum sampe 1000!
  • Kangen maen sinetron di ruangan itu..Abannnnnnnnnnnnnnnnnnn…, kangen panggilan ngopi di tiap malam minggu dan malam-malam membosankan.
  • Meskipun ruang 5 di ujung itu mungkin sudah akan tiada, semua kenangan yang pernah tercipta di dalamnya akan terpatri selalu di hati. I love you,all..
Hits: 673

Minggu terakhir di Banda Aceh.  Empat hari tanggal merah dan tidak kemana-mana. Selain masih ada sedikit pekerjaan yang harus dituntaskan, tanggung juga kalo harus pergi-pergi. Kapan lagi menikmati saat saat terakhir di Banda Aceh apalagi di hari Pemilu yang hanya terjadi 5 tahun sekali. Sayangnya tahun ini aku terpaksa jadi Golput, karena tidak berhasil mendapatkan form A5 dari PPS asal di Bogor. Ah..sudahlah, toh sebenarnya tujuan ke TPS juga buat liat keramaiannya saja.  Tanpa tahu mau milih siapa. Heheheh..  Seingatku, tahun lalu juga ada libur panjang seperti ini dan aku pun tidak kemana-mana. Namun saat itu masih ada Apop yang setia menemani mulai dari berenang di Hermes lalu menyempatkan mencoba Wifi gratis di Oasis Hotel.  Tapi tahun ini aku sengaja tidak merencanakan apa-apa, apalagi sebagian besar teman-teman dekat sudah punya acara sendiri.. Hanya saja tadi siang sempat berputar di beberapa lokasi melihat dari dekat kesenyapan kota Banda Aceh. Sepi benar-benar sepi. Entah karena penduduknya menikmati libur panjang setelah mencontreng atau justru takut kemana-mana di hari pesta politik yang atanya….katanya loh..dikhawatirkan masih ada konflik.

jambo-tape
Jambo Tape yang lengang

Saat-saat begini, notebook adalah teman yang paling setia buatku.  Bukan hanya untuk urusan kerjaan namun “kerjaan” lain, seperti  buka facebook, main plurk, nge-blog atau hanya membuka folder foto-foto lama.   Huhuhuhu….gara-gara itu, aku  jadi sedih, jadi pengen nangis.. Mulai dari foto di ruangan kerja berantakan itu, foto di hotel berbintang, di lapangan, di warung kopi, seribu pantai, brastagi, danau toba hingga foto-foto meeting gak penting.  Disadari atau tidak mereka semua sudah menjadi bagian hidupku selama nyaris dua tahun ini.   Dan di penghujung minggu depan, semuanya menjadi hanya tinggal kenangan. Hikss… hikss..

Biasanya kalau libur paling tidak tiga hari aku sudah blingsatan pengen ke Jakarta. Tapi tidak di minggu ini. Bukan karena bulan kemarin keseringan ke Jakarta , tapi itu tadi. Ini moment-moment terakhir.  Nantinya walaupun mungkin aku tetap akan sering ke kota tercinta ini, bisa jadi aura-nya sudah beda. Namun, Lueng Bata, Cek Yuke, sanger dingin, mie kepiting, nasi kuning cumi-cumi (loh..makanan semua), internet putus nyambung, lamgugop-neusu, Lmpuuk, taman seribu janji, ruangan sumpek itu, my best friend dan my lovely bunch akan selalu ada dalam satu kotak khusus di hatiku.

sepinya simpang surabaya
sepinya simpang surabaya
Hits: 602

Selain ngopi ngopi di pinggir kali, satu hal lagi yang paling aku sukai di kota ini. Apalagi kalau bukan Naik Becak. Jangan salah, becak yang dimaksud disini adalah becak yang ditarik dengan sepeda motor ya, bukan yang tenaganya tergantung dari genjotan si mamang. Kalo dihitung rata-rata, dalam satu minggu mungkin ada lima kali aku numpang di kendaraan ini. Kadang-kadang kalo kangen naik becak, aku sengaja tidak ikut jemputan kantor. Rasanya seneng aja berada disamping si abang becak dengan dengan semilir angin yang suwir suwir menyapu wajah di pagi hari. Jangan lupa pasar earphone dari HP untuk mendengarkan lagu lagu cengeng. Rasanya indah banget. Waktu 15 menit, jarak kantor dan rumah seolah-olah jadi moment penuh kenikmatan yang tiada tanding.

Dulu aku waktu masih tinggal di mess yang lama, yang cukup jauh dari pusat kota, aku punya becak langganan. Namanya Bang Imron. becak1Becaknya keren, dengan motor Honda Tiger keluaran terbaru yang semua body-nya dicat biru tua sehingga menimbulkan kesan macho. Si abang-nya pun sangat ramah. Meski hampir semua keluarganya sudah hilang sebagai korban tsunami, garis-garis kesedihan di wajahnya seperti sudah tergantikan dengan semangat juang melayani penumpang (baca: customer) sebaik-baiknya. Bang Imron yang lumayan ganteng ini pun siap dipanggil ke rumah kapan pun. Tinggal sms, tunggu tidak lebih dari 15 menit, ia sudah siap mengantar kemanapun kita mau. Ke pasar, ke kantor bahkan pernah sampai ke Pelabuhan Laut yang lumayan jauh untuk menumpang becak, si abang siap sedia. Itu pun sebelumnya masih pake acara jemput jemput teman dulu. Jatah penumpang yang sebenernya hanya berdua bisa jadi bertiga bahkan berempat yang jadi berlima sama abangnya. Ketika Mama kesini setahun yang lalu, Bang Imron pulalah yang mengantar kemana-mana. Mengingat aku sendiri tidak punya banyak waktu untuk menemani Mama kemana-mana. Hebatnya lagi, ia sama sekali tidak pernah mematok tarif. Padahal naik becak di Aceh terkenal mahal jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain yang juga menggunakan kendaraan umum jenis ini. Di Medan misalnya, dengan jarak tempuh yang sama bisa lebih murah hingga 60% dibandingkan di Aceh. Karena pelayanan Bang Imron yang memuaskan ini, aku tidak segan-segan merekomendasikan jasanya ke teman-teman. Hasilnya, semua bermerasa senang atas service yang diberikan si abang.

Dua hari lalu, masih urusan becak aku bela-belain naik becak di tengah gerimis. Berharap ada kisah romantis yang pernah terulang seperti tahun lalu.

Sst…tapi bukan dengan abang becaknya loh. Siapa nyana, di tengah jalan hujan turun dengan sangat deras. Mau tidak mau harus mampir berteduh, kasian si abng basah kuyup dan aku pun mulai kecipratan air. Walau basah, moment berlindung sesaat di tukang sayur di pinggir jalan menjadikan aku semakin menghayati makna bersyukur. Indah saja.

Sekarang aku jadi sering membayangkan kalau kendaraan ini ad adi Jakarta atau Bogor. Tentu tidak dengan kondisi macet yang bikin orang makin tua di jalan. Naik becak di Sudirman ?. Tapi bisa jadi, Sudirman toh cukup teduh, asyik kalo bisa naik becak di sini. Hemm.. waktu yang paling oke mungkin sekitar jam empat sore, menjelang orang pulang kantor sambil ber-say hai jika berpapasan dengan seorang teman. Wow !!! Mimpi kali yeee. Ah… irama kota besar memang selalu mengurangi makna kekerabatan…

 

Hits: 1726

Apa yang lebih menyedihkan bagi para blogger selain miskin ide buat nulis? Dan itu yang mendadak aku alami nyaris dua bulan ini. Entah apa sebabnya, mungkin karena kerjaan yang emang lagi numpuk kayak piring kotor atau lagi gak ada orang yang dulu hampir tiap hari ngasih ide buat nulis ini, itu..( Halah.. Itu mungkin bagian gak penting) Miskin ide sama dengan miskin kreativitas. Otaknya mampet, buntu, kesumbat. Padahal otak kalo tidak bekerja sama dengan mati raga.Suatu malam, setelah bolak balik ngeliatin kerjaan di tabel excel dan sambil menunggu jemputan temen untuk nonton Kambing Jantan The Movie, aku coba blogwalking alias menjenguk beberapa blog temen. Ternyata seru juga, banyak yang gak pernah miskin ide. Setiap titik yang dilalui tiap hari ternyata bisa jadi bahan tulisan. Dari urusan bangun pagi, jalanan ke kantor, kentut, ngupil semua bisa diulas. Hebat. Lah..terus ada apa dengan gue yang akhir-akhir ini “kering” banget ? Ada sih beberapa ide curhat yellow mellow. Tapi udah gak jaman lagi untuk menulis hal-hal sentimental seperti itu disini.

Gak kurang akal, aku membuka HP, ngutak ngatik SMS. Mungkin aja bisa ketemu si ide itu. Tetep nihil. Secara seminggu lalu baru saja ada acara penghapusan sms secara besar-besaran dari HPku. Hmmm..ngapain ya ? Melamun kali ya.. Oke, aku coba. Tanpa memegang keyboard kupandangi layar notebook 12” ini.Tetep aja besarnya segitu gak melar atau mengkerut jadi VaiO mini. Huh..Masih gaya cybermania. Buka Facebook, kadang-kadang ada aja comment nyeleneh atau note temen-temen yang kuprediksi bisa memunculkan si ide itu. Hasilnya, tetep nol besar. Ada juga yang muncul ide buat upload foto-foto baru yang temanya Welcome to the narcisme of me. Sebagai penulis kelas curhatan aku merasa sekali, saat emosi cenderung stabil saat ini malah jadi gak punya ide. Huhuhu… Kalau pun ada ya…mungkin masih kalangan terbatas saja yang bisa baca. Jadi memang belum layak dipublikasikan disini.

Ah,.sudahlah, buka aja langsunghalaman blog-nya. Ketik huruf yang bisa diketik. Toh katanya penulis penulis besar juga liat sepeda ontel aja bisa timbul ide bikin buku sampe 10 jilid yang setebal bantal. Masa aku yang liat BMW (punya orang) tiap hari gak bisa nyari ide, kecuali ide ngejahilin orang. Malam ini akhirnya setelah nyaris bulan gak sempet sempet , akhirnya bisa menikmati satu novelcemen. Lagi lagi kepikir di otak gue, gila ya..beginian aja bisa jadi ide nulis,gue yang merasa punya pengalaman lebih “kaya” , punya temen banyak dengan tabiat dari gak normal, setengah normal sampe bener-bener normal, gue yang ngerasa hidup gue tuh colorful banget, harusnya punya jutaan ide buat ditulis. Lalu masalahnya apa dong? Setelah gue telusuri selain yang pertama tadi (gak ada lagi yang suka ngasih inspirasi), emang kurang bakat juga mungkin dan yang ketiga yang paling penting alasannya karena gue malas. Malas, saudara-saudara!! Itu bahaya laten yang lebih gawat dari PKI.Gara-gara malas itu, jujur- kadang-kadang aku suka sedikit menyesal, merasa punya waktu yang masih terbuang sia-sia.Kalo lagi punya ide kreatip dikit baik untuk nulis ato buat yang lain, kadang-kadang teredam oleh rasa malas, leyeh-leyeh, ngelamun sambil ngetik ngetik plurk dan facebook mobile lebih jadi pilihan.Berjuang mengalahkan malas ternyata bukan hal mudah. Tekad saja tidak cukup, harus dijalanin. Aku berharap banget, satu bulan terakhir sebelum Insya Allah, meninggalkan Aceh for good,ini aku bisa mengalahkan rasa malas itu dan menghasilkan sesuatu yang pernah aku inginkan.Amienn..

Udah ah..males juga ngelanjutin nulis ini, mending tidur…capek. Kapan-kapan aja disambung lag

 


Hits: 704

Tidak terasa akhirnya aku harus meninggalkan Aceh yang sudah menjadi bagian dari hidupku selama hampir dua tahun ini. Tapi aku yakin tidak hanya untuk dua tahun itu, namun sepanjang tahun dalam hidupku, Aceh akan selalu jadi bagian yang tidak pernah mati.

Dalam sebuah perjalanan yang membosankan,  aku membuka kembali sebuah video tsunami kutipan dari berbagai media. Sedih, miris bercampur jadi satu.  Gempa dan ombak besar yang meluluhlantakkan Aceh itu laksana kiamat yang membunuh 169 ribu jiwa dan nyaris menghancurkan semua yang ad adi sekitarnya. Pada 26 Desember 2004 lalu, ketika pertama kulihat berita bencana ini di TV, sama sekali, tidak terbayangkan jika 2,5 tahun berikutnya aku akan menjadi bagian dari sebuah sejarah bencana terbesar dunia abad ini.

Aceh adalah cerita buat anak cucu-ku kelak. Pekerjaanku, sahabat-sahabatku, hari-hariku dan romantika picisan di dalamnya kuyakinkan tidak akan pernah lepas dari ingatanku sampai dunia ini tutup usia.  Ada ribuan kenangan terpatri, bahagia, sedih, duka, suka dan setumpuk makna hidup aku dapatkan disini.  Terima kasih untuk semua yang sudah menjadikanku satu bagian penting dari sebuah prasasti sejarah.

Sejuta cinta dan semua yang terbaik untuk Aceh ..

On a  flight to Jakarta, 3 Maret 2009 08.55 PM

Hits: 623

Nyaris dua minggu ini agak sedikit “tersiksa” oleh pekerjaan yang numpuk. Tapi untungnya karena udah biasa, “siksaan” itu bisa dibikin enjoy apalagi aku punya temen temen tim yang hebat dan bisa diandalkan ( I love you, gus..). Namun sering juga terlintas betapa membosankannya semua ini dan itu yang akhirnya bikin aku merasa, “Oh No…, gue kayak gak punya kehidupan lain?!!” Tapi, setelah ngobrol-ngobrol dengan seorang temen kemarin aku tiba-tiba diingetin kalo hidupku dengan semua kejadian dan peristiwa yang pernah kualami itu berwarna banget. Asumsi seperti gak punya kehidupan lain mungkin hanya sesuatu yang tanpa kusadari aku “setting” sendiri. So terrible, isn’t it?
Ingatanku menerawang ke semua hal-hal penting yang pernah terjadi dalam nafasku. Ibaratnya hidup ini penuh dengan milestone. Lahir dari orang tua dengan budaya yang cukup berbeda, yang membuatku tumbuh dengan gabungan kultur Sulawesi dan Sumatera. Atau paling tidak menambah perbendaharaan bahasa daerah yang aku cukup pahami. Jadi aku punya “koleksi” saudara yang beda banget adat dan bahasanya kalo lagi ngumpul. Lalu masa kecilku yang menclok dari satu kota ke kota lain menambah koleksi teman-teman. Untuk temen-temen sekolah, aku nyaris gak punya temen TK yang se-SD, temen SD yang se-SMP, temen SMP yang se-SMA dan temen SMA yang sekampus. Semua berbeda. Ketika kuliah pun aku masuk di lingkungan yang dipenuhi oleh orang-orang dari 27 provinsi (btw, sekarang udah 33 ya?) Lagi-lagi membuka mataku bagaimana berbaur dan menyesuaikan diri dengan orang-orang yang datang dari latar belakang yang berbeda. Alhamdulillah bisa dibilang aku masih keep contact dengan teman-teman terdekat yang berbeda-beda wahana itu, meski pun hanya dengan perantara teknologi.
slide1
Sebagian masa kecilku adalah bahagia, tapi ada juga bagian lain yang idealnya pada saat itu belum layak aku alami. Namun itu sungguh bukan satu penyesalan justru suatu karunia besar yang kini aku sadari. Belum lagi milestone penting perjuangan Mama untuk aku dan adik-adikku yang akan selalu jadi sejarah penting sampai dunia ini tutup usia. Kalau ingat hal-hal berat kala itu, rasanya aku tidak yakin bisa melewati itu semua. Satu hal yang sudah jadi garis tanganku, bahwa selama ini apapun yang aku capai sama dengan perjuangan. Hampir tidak ada setitik hal kecil yang aku dapatkan tanpa usaha keras untuk mencapai itu. Ngomong-ngomong soal ini, aku pernah “dibaca” oleh seseorang, bahwa katanya untuk memperoleh sesuatu rata-rata aku harus melewati lebih banyak tahap dibanding orang lain padahal bisa jadi itu untuk sesuatu yang sama. In others words, nothing such an easy thing for me. Lagi-lagi itu bukan satu penyesalan yang membuatku menggerutu dan bilang bahwa rumput tetangga selalu lebih hijau, tapi merupakan satu suratan dan pembuktian; my life is my fight.

Beranjak dewasa ketemu dengan puluhan teman-teman dari berbagai tempat kerja dengan karakter yang beda-beda. Herannya dari semua bos yang pernah aku temui, rata-rata punya benang merah yang sama alias nyaris se-type. Analisisku, pasti bos-bos itu ketika mewawancarai aku, mencari orang yang tepat untuk karakter mereka dan mungkin itu emang porsiku. Lucu. Karena beberapa kali loncat-loncat itu, aku juga ketemu rekan-rekan kerja yang sampai kini masih jadi sahabat-sahabat terbaik dan selalu siap membantu saat aku butuh mereka.

Tahun 2007 satu milestone lagi. Setelah capek melintasi kemacetan Jakarta, aku berani nerima tawaran kerja di Aceh. Thanks God..banyak hal terjawab setelah aku ada disini. Yang makin bikin aku percaya, jika kita memikirkan sesuatu dan berharap hasilnya adalah A, maka percayalah bahwa Tuhan akan membuka jalan tanpa kamu duga dengan solusi B yang jauhhhhhhh lebih baik daripada yang kita pikirkan. Bukan sok bijak loh, sebenernya ini juga buat ngingetin aku akan makna meminta dan bersyukur. Hebatnya disini aku ketemu temen-temen yang luar biasa. Incredible. Padahal ketika memutuskan untuk pergi kesini, sempet nangis gak jelas seminggu karena bingung. Kalo nurut kata Apop : Dasar Libra!!

Yang membuatku lebih merasa berwarna lagi, adalah aku punya banyak teman tidak hanya eks temen sekolah, kuliah atau eks temen sekantor. Tapi juga temen-temen yang aku “temuin” karena kita punya hobi yang sama. Makasih 7bi & gank-nya, you’re one of the best thing ever happened in my life. Walau mereka terkadang nyebelin, suka bikin aku marah tapi selalu ada cinta buat mereka.

Yang paling seru dan antara penting dan gak penting adalah soal berisi lima huruf bernama CINTA. Hahahaha.. pastilah ada catatan tentang beberapa orang disana, semua dengan cerita dan tema yang signifikan perbedaannya. Ada seseoang dengan inisial MA dengan cerita pendek-nya tapi panjang dalam ukuran waktu. Atau orang Kedung Halang Bogor yang menjadi salah satu milestone penting dalam hidupku. “Azzurra” yang tega banget nikah sama temenku sendiri dan bikin aku nangis 16 jam (lucunya sekarang katanya mo divorce??!!). Atau tentang seseorang yang rela nungguin di gerbang tol Bogor pada pukul 12 malam demi sekotak roti unyil. Bla.. Bla.. Bla.. Terakhir, tentu saja yang masih begitu lekat dalam ingatanku adalah Mr. Hommer yang sudah meletakkan satu catatan penting dalam hidupku sebagai seorang perempuan. Tidak itu saja, cerita cerita didalamnya bahkan setelah semuanya berakhir, membuat hidupku seperti glitter yang berpendar pendar. Meriah. Oya, banyak bagian-bagian itu aku tuliskan dalam blog ini.

Seneng, sedih, suka, duka adalah hal yang datang silih berganti. Tidak ada hari tanpa masalah yang harusnya sebagai bagian pendewasaan diri. Meskipun aku moody, sensitif, kadang-kadang gak tau malu, kadang-kadang ke-PD-an, tapi kadang kadang juga minderan aku mencoba menggangap semua itu adalah manusiawi. Walau banyak banget yang aku belum punya, namun lebih banyak lagi yang sudah aku punya. Keluarga, teman-temanku, pekerjaanku, hari-hariku, semua orang disekitarku, kenangan-kenangan indah dan buruk adalah warna-warna dalam hidupku.

Hal terpenting adalah; seandainya kamu merasa banyak hal yang kamu tidak punya, pastikan semuanya perlahan satu persatu akan jadi milikmu. Bukan seperti orang yang sudah punya segalanya, tapi perlahan satu persatu akan hilang dan bukan jadi miliknya lagi (bunch, 8 Februari 2009)

Hits: 2105

Seumur-umur gak pernah telat naek pesawat. Aku selalu inget kalo pesawat itu bukan angkot yang apapun kejadiannya tetep nunggu penuh baru jalan. Biasanya kalo ada teman yang ketinggalan pesawat, aku pasti dengan sukses tertawa tawa penuh kemenangan. Tapi pagi tadi kejadiannya jadi ke aku.Untuk rute rutin Jakarta-Banda Aceh via Medan.

Pukul 3 pagi teng..alarm HP dengan ringtone Senam Kesegaran Jasmani itu membangunkan aku. Bukannya segera beringsut mandi atau paling gak cuci cuci muka (ritual biasa kalo berangkat pagi), aku malah narik selimut. Gerimis mengundang yang mengguyur Bogor sejak semalamnya membuatku lupa, kalo aku gak kenal sama pilot pesawat yang bakal kutumpangi di pukul 5.30-nya (jadinya gak bisa minta tungguin). Tepat 3.30 baru beranjak dari rumah dan tepat pukul 4.00 Damri meninggalkan Bogor menuju Bandara. Jalan menuju bandara hujan deras, so bis yang dingin itu pelan banget lajunya. Saat normal di jam jam dimana maling baru pulang beroperasi begitu, gak rata-rata 45 menit sudah sampai bandara. Tapi tadi.. nyaris 1 .30 menit!

Udah deg-deg-an di counter check-in, pake cara nyerobot antrian pula. Yang dikhawatirkan terjadi : CLOSED! Aku memohon-mohon dan si mas penjaga counter yang lumayan manis itu luluh.. Dia kontak ke dalem, aku nunggu sekitar 5 menit. Tapi hasilnya mengecewakan. Tetep gak bisa ikutan! Bete, Kesel dan mo marah rasanya. Akhirnya dicadangkan untuk penerbangan berikutnya di 09.20 pagi. Itu pun posisinya masih waiting list. Dan kalau pun dapet harus nombok Rp 580 ribu. Wadohhhhhhhhh, bayar sendiri? ? Gak mau dong secara ke Jakarta juga disuruh kantor. Aku coba telpon beberapa temen kantor untuk mastiin kalo bisa reimburst. Good news, bisa katanya meski harus diakalin :D.  Untuk flight yang jam 1 siang udah confirm.  Tapi mikir-mikir kelamaan banget yah..ngapain gue nongkrong selama itu di bandara. Jadi Porter ? Halah.. Tanya tiket untuk keesokan harinya statusnya sama aja.

Akhirnya dengan H2C dan berdoa yang diiringi ngomel-ngomel aku berharap tetap dapat di pukul 09.20. Untungnya ketemu Jolie yang lagi jemput si Ibuk Tia di Terminal 1B. Ngerumpilah disana. Sempet tergoda juga untuk back to Jakarta, trus jalan jalan ke PIM ngikutin rencana mereka. Tapi kalo inget kerjaan yang numpuk dan dedikasi gak penting sebagai seorang karyawan teladan (ciee…) aku batalkan. Tepat 08.40 aku balik ke counter, dan Alhamdulillah dapet!!! Hebatnya lagi..gak perlu bayar 580 ribu tadi! Thanks to si Om yang udah bantuin.

Semua kejadian emang ada hikmahnya,..ketika tiba di Medan, aku dapet kabar kalo pesawat yang gagal aku tumpangi itu telat sampe ke Medan karena cuaca buruk dan terpaksa mendarat di Pekanbaru. Ya..kalo itung-itungan waktu ternyata kurang lebih sama aja.. J

Anyway..kenapa sih harus milih flight yang paling pagi ? Ini gara gara “kewajiban”nonton Tia dan Jolie di missing lyrics pas pukul 13.30. Dengan asumsi kalo berangkat yang jam 9.20 sampe di Aceh mepet, padahal tiket aslinya memang yang 9.20 itu. Dodol kan ? udah bela-belain dipindahin ke 5.30 eh…ketinggalan dan balik lagi ke 9.20! Itu plus acara drama gak penting!!

Hits: 2023

Setelah “kenal” dan beberapa kali berbincang dengan perempuan itu aku merasakan seolah menemukan diriku sendiri.

Cara bicaranya yang meledak ledak

Caranya mengungkapkan emosi

Caranya menyimpulkan sesuatu

Caranya memandang masalahnya

Caranya bercerita yang ceplas ceplos

Gayanya yang berusaha sok tegar menghadapi semuanya

dan semua yang terungkap dari lisannya..

yang akhirnya membuatku bertanya..

benarkah laki-laki itu tertarik pada satu typical perempuan yang sama ?

Hits: 1793