Ada rencana ke Sydney? Bingung mau bikin itinerary? Berikut saya rekomendasikan beberapa agenda yang bisa dilakukan di Sydney. Tenang, semuanya bisa dilakukan cukup dengan jalan kaki saja di pusat kota Sydney. Ngapain aja? Yukk, cekidot…!

1. Tour Gedung Antik hingga Opera House

Yah, kalau ini mah gak usah dibilangin sih sebenernya. Opera House memang sudah jadi maskot alias landmark Kota Sydney. Kalau mau kesini, lebih baik naik kereta dan turun di Central Station lalu lanjut jalan kaki. Agak jauh memang sekitar 2 km, tapi sepanjang jalan banyak obyek foto yang menarik. Banyak gedung-gedung bergaya Mediterania yang sangat instagram-able.

opera
must taken!

Contohnya; museum, taman, perpustakaan, gedung pemerintahan bahkan disinilah lokasi Gereja Saint Mary yang sangat megah dan indah. Siapa pun boleh masuk loh melihat-lihat dalamnya. Saya aja yang pake kerudung, masuk dengan santai kok! Asal tetap tidak mengganggu yang sedang beribadah yah..

perpus1
National Library
gereja
Saint Mary

Kan asyik, satu tujuan tapi bisa dapat beberapa obyek. Sekalian juga bisa melihat lalu lintas dan kehidupan kota Sydney.

2. Eksplore Sydney Harbour Bridge

Deuh, segitu banget ya.. pake kata “berlayar”. Hehehehe. Harbour Bridge sebenarnya satu pandangan mata dengan Opera House. Pilih port Circular Quay sebagai titik awal untuk menjelajah Harbour Bridge. Dari atas ferry melihat sisi lain Sydney dari lautan, foto dengan latar belakang Harbour Bridge dari atas ferry pasti keren banget. Rebutan ambil posisi di geladak kapal. Saya sarankan kesini pada pagi hari sebelum pukul 12 siang, agar pencahayaan fotonya tidak backlight.

bridge
Harbour Bridge

Sepanjang perjalanan dengan feri ini ada beberapa poin-poin menarik yang bisa dikunjungi, seperti Luna Park, Sydney Aquarium, Maritime Museum atau sekedar foto-foto di Pyrmonth Bay Wharf.

Luna Park
Luna Park
pantai apaa...lupa namanya, heheheh..
pantai apaa…lupa namanya, heheheh..

Oya, sempatkan hari minggu saja keliling Sydney. Kenapa?? Karena hari minggu kita cukup mengeluarkan AUSD 2 saja untuk menggunakan seluruh moda transporartasi, tanpa batasan. Mau naik trem, bis, atau ferry berkali kali selama di hari minggu, ongkos cuma dua dollar saja, dipotong saat perjalanan pertama menggunakan kartu transportasi yang namanya Opal Card. 

3. Nonton Kembang Api di Harbour Darling

Pernah nonton kembang api di Hongkong? Kurang lebih di Sydney sama deh dengan disana. Pertunjukan ini ada setiap malam minggu di tepian Harbour Darling. Disini juga ada deretan café lengkap dengan mall. Cuma memang makanan disini agak lebih mahal, kalau mau irit kita bisa membawa cemilan sendiri dari rumah, atau beli di tempat lain dan dinikmati di tepi darmaga sembari memandang kerlap kerlip lampu-lampu kota. Eh, sayangnya waktu saya kesana…sedang ada renovasi jadi untuk sementara show kembang api tidak berlangsung. Tapi duduk-duduk di tepi port, memandang gemerlap lampu-lampu gedung di Sydney sudah sangat menyenangkan kok! 

darling

4. Berfoto di Gedung Sydney University

Entah kenapa saya suka banget bangunan ini. Gedung kuno yang mirip Istana Harry Porter ini ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 2 km dari Central Station yang berlawanan arah dengan Opera House. Aduh, sampai disini saya terkagum-kagum sendiri. Rumputnya hijau seperti karpet, bangunannya megah seperti di film film. Gedung indah itu dibangun pada 1850 dan dinobatkan sebagai salah satu kampus tercantik di dunia. Menuju kesini juga ada taman yang luas dan bagus. Benar-benar seperti back to past! Saat saya kesana, sedang gerimis mengundang tapi sama sekali tidak menghalangi niat saya untuk berfoto. Ternyata tempat ini memang sering jadi lokasi foto, bahkan ada sepasang calon pengantin yang tengah melakukan foto prewedding.

blog1

blog2

Saya juga sempat masuk ke dalam gedung, bagus banget. Speechless deh! Sempat kepikiran, kalau saja dulu saya pinteran dikit, pasti bisa deh kuliah disini. Hehehehe

5. Ngopi ngopi cantik!

Seperti biasa, kalau ke luar negeri, titipan yang paling sering saya terima adalah aksesoris Starbucks. Mulai dari mug sampau membercard. Thank God! di Sydney ternyata Starbucks-nya gak sebanyak di Amerika (Ya iyalah, kan Amerika emang asalnya….), jadi saya gak repot nyari titipan. Tapi sebagai gantinya, setiap sudut Sydney punya warung kopi yang autentik! Meski kedai-kedainya, tidak mengusung merek mahal, tapi kopinya dijamin mantep surantep! Mengingatkan saya dengan Aceh Lon Sayang. #uhuk

ngopi3

Saya sempat menjajal beberapa kedai kopi dan semuanya memuaskan. Di Jakarta atau Bogor, saya sering coba-coba warung kopi yang baru dibuka. Hasilnya sih lebih sering mengecewakan, sampai akhirnya saya hanya punya satu dua tempat ngopi langganan. Tapi di Sydney semua warung kopi asyik buat berlama-lama dan kopinya bikin saya -yang pencinta kopi ini-, sakau! Bahkan di ferry harbour bridge, saya sempat iseng membeli secangkir kopi di cafeteria yang posisinya agak nyempil deket toilet. Kirain akan dikasih kopi instan, ternyata di kapal pun, kopinya di-grill di tempat itu juga! Luar biasa!! Harga secangkir latte atau cappuccino rata-rata AUSD 3, sekitar 30 ribuan Standarlah yaa… gak jauh beda dengan kopi enak di tempat kita.

ngopi1

Oya, kalau mau pesan makanan samping/cemilan di kedai kopi, jangan kaget kalau porsinya geudee banget. Memang hampir semua makanan di Australia porsinya besar-besar. Jadi kalau sama teman, mending beli seporsi dan bagi dua. Hehehhe.. (irit ala anak kost)

6. Belanja di Paddys Market

Ini dia nih…liburan ala orang Indonesia. Belanja, belenjong, shopping dan ngabisin duit! Kebetulan banget, hostel saya menginap hanya beberapa blok dari Paddys, jadi deh saya belanja (seadanya) di Paddys juga. *Maklum horang kayahh…* Hehehe.. Pasar yang serupa hanggar besar dengan lapak-lapak ini, menjual berbagai barang mulai dari pernak pernik, souvenir, baju kaos, sepatu hingga kosmetik. Catat, Paddys hanya buka dari hari Rabu hingga Minggu. Kalau di Sydney, Paddys memang rekomendasi utama untuk membeli oleh-oleh. Tapi jangan terkecoh, untuk dapat harga murah lebih baik muter dulu seluruh bagian, cari perbandingan harga baru belanja, karena para pedagang disana tidak memiliki standar harga untuk satu barang.

Di Melbourne, ada Queen Victoria Market yang harganya lumayan lebih murah dari Paddys. Jadi, kalau masih mau ke Melbourne setelah dari Sydney, tahan tahan dulu deh belanjanya.

paddys1

Di lantai atas gedung yang sama dengan Paddys, ada mall yang tidak seberapa besar. Serunya, disini ada beberapa Factory Outlet baju dan sepatu merek-merek terkenal disini. Kalau punya uang lebih, silakan mampir. Lumayan bisa dapat kaos branded seharga 5 dollar alias 50 ribu saja.

paddys2

Oya, yang kangen makanan Indonesia, ada restoran bernama Podomoro, jalan sedikit sekitar 100 meter dari seberang Paddys. Tapi porsinya tetep gede, seperti porsi orang Australia pada umumnya. Biar aman (dan irit) pesen seporsi buat berdua aja (kan jadi romantis tuh…).

7. Nongkrong di Taman Kota

Enaknya di kota maju yang tetap mengutamakan kenyamanan penghuninya, adalah tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Begitu juga di Sydney, banyak sekali taman-taman yang bisa jadi tempat mencari inspirasi saat galau (hmmm…). Asyiknya, taman-taman ini ada di pusat kota, yang bisa dijangkau dengan mudah karena transportasi yang memadai bahkan bisa cukup dengan jalan kaki.

taman1

Emmm.. tapi, kalau saya sih senang liburan yang gak too rush alias buru-buru kayak harus ngabsen di kantor. Saya lebih senang liburan yang santai dan bisa dinikmati. Bisa berlama-lama di satu tempat, mengamati lingkungan, melihat tingkah polah penduduknya dan belajar dari banyak hal baru di sekeliling kita. Saya gak mau jadi turis check list. Itu loh, yang datang ke suatu tempat cuma buat sekedar udah sampe disana dan cekrek foto sekali, lalu berlalu.

taman3

Nah, karena itulah kalau kalian liburan yang tidak dikejar deadline, bawa buku, cemilan dan segelas kopi (dalam paper cup), di taman, pasti akan jadi sangat menyenangkan.

Hits: 1243

Mencari hotel yang dekat dengan pusat kota, tapi berstandar internasional sebenarnya susah-susah gampang. Jangankan di kota kecil, di Bali yang jumlah hotelnya sudah gak kira-kira pun tetap jadi tantangan sendiri. Ada yang ekonomis, tapi fasilitas dan pelayanannya pun ekonomis. Ada juga yang murah, tapi posisinya kurang strategis. Mau lebih bagus dikit, siap-siap deh merogok kocek lebih dalam

Bulan lalu, saya beruntung banget bisa mencicipi bermalam di dua hotel dalam jaringan Best Western Internasional (BW). Oya, dua bulan sebelumnya saya juga sempat menginap di Best Western Premier Solo Baru. So, ini adalah kali kedua saya merasakan fasilitas BW. Di Kuta Bali sendiri, ada tiga jaringan yaitu: BW Kuta Villa, BW Kuta Resort dan BW Kuta Beach. BW Kuta Resort dan Kuta Beach berkonsep hotel seperti pada umumnya, sedangkan BW Kuta Villa, selain kamar hotel berstandar bintang 4, juga ada villa villa yg dilengkapi kolam renang pribadi. Hari pertama saya dan teman-teman menginap di BW Kuta Resort, hari kedua kami pindah ke BW Kuta Beach.

BW Kuta Villa
BW Kuta Resort

Ini dia beberapa hal yang bisa dijadikan pertimbangan kenapa kalian harus memilih Best Western Kuta Bali.

Berstandar Internasional

Buat saya, poin ini penting banget! Kadang kita suka terkecoh dengan foto-foto keren dari sebuah hotel di situs-situs booking online. Kalau pilihannya di hotel yang memiliki jaringan worldwide, gak usah repot deh nanya-nanya atau baca review tentang fasilitasnya bagaimana, kebersihan gimana dan lain-lainnya. Nama besar BW yang sudah hadir di puluhan negara pasti jadi jaminan. Bahkan BW Kuta Resort beberapa tahun terakhir berturut-turut mendapat penghargaan Service Excellence dari Head Quarter BW di Arizona, USA.

Deluxe Room BW Kuta Beach
Deluxe Room Best Western Kuta Beach
Deluxe Room BW Kuta Villa
Deluxe Room Best Western Kuta Resort

Lokasi Strategis

Yes, BW Kuta Beach letaknya hanya sekitar 200 meter saja dari bibir pantai Kuta. Bagi yang memang liburannya penuh aktivitas di sekitar Kuta dan Jimbaran, udah paling pas deh memilih BW Kuta Beach. Cocok banget buat yang ke Bali pengen seseruan merasakan atmosfir keramaian dan hedonisme ala Kuta. Sementara BW Kuta Villa dan Kuta Resort posisinya memang tidak tepat di pinggir jalan, namun sesuai bagi yang menginginkan suasana tenang, private dan senyap tetapi tetap dekat pusat keramaian Bali. Jadi tidak perlu jauh-jauh ke Ubud atau Nusa Dua.

Best Western Kuta Beach
Best Western Kuta Beach
bw10
Best Western Kuta Villa

Makanan Enak

Sarapan pagi di BW Kuta Resort dan BW Kuta Beach menunya sangat beragam. Saya paling suka soalnya varian sambel-nya buanyakk..Hehehe. Saya ini kan penggemar sambal matah khas Bali, sampe-sampe bisa nambah beberapa kali karena sambelnya bikin gak mau berhenti makan. Heheheh.. Jangan khawatir, sebagai hotel international chain tentu saja menu internasionalnya juga komplit.

Saya juga sempat mencicipi soto ayam khas BW Kuta Villa yang disajikan di tempurung sejenis kelapa kopyor. Rasanya??!!. Hemmm.. soto ayam dengan bumbu spesial terasa unik karena berbaur dengan air kelapa yang masih menempel di tempurungnya. Minuman andalannya Pinacolada, sejenis jus nanas yang dipadukan dengan susu. Enak? Enak pake bangedd!

bw8

Oya, di BW Kuta Beach, sebelum sarapan pagi kita bisa ikut latihan yoga. Ada instrukur yang sabar banget membantu kita berlatih. Tempat latihannya pun dekat kolam renang dan restoran. Pas deh, habis yoga biasanya kita kelaperan dan langsung deh makan!

bw3

Harga Bersaing

Ini dia poin yang mungkin paling penting. Siapa sih, yang gak mau hotel terjangkau, lokasi oke, makanan enak, fasilitas keren dan berstandar internasional? Beneran deh, silakan cek rate BW di beberapa situs booking online.

Yuk Cuss… kalau ke Bali ajak-ajak saya lagi yaa!!

 

 

Hits: 1051

Hayo, kapan terakhir kali kamu piknik? Iyaa, piknik! Makan dan bercengkerama di alam terbuka, duduk santai di atas tikar dan menikmati makanan yang dibawa dari rumah. Saya sih, kalau tidak salah sekitar satu setengah tahun lalu bersama beberapa orang teman dari Bogor menuju Gunung Padang di Cianjur. Di tengah perjalanan, kami singgah tepat di tepi kebun teh, menikmati nasi goreng berbumbu Aceh yang dibawa dari rumah. Nikmat banget! Lupa deh sama makanan mall.

Nah, ceritanya minggu lalu saya menyempatkan piknik di alam terbuka. Tidak tanggung-tanggung, kali ini pikniknya di Melbourne, Australia. Jauh banget yaaa!! Setelah nonton Coldplay, muter-muter di Melbourne (yang ini akan saya tulis terpisah), seorang teman mengusulkan untuk piknik di sebuah taman di tepi danau bernama Lysterfield Park, sekitar 45 menit dari pusat kota Melbourne. Jadilah sore itu kami membeli kebutuhan piknik termasuk daging halal di sebuah toko produk-produk Timur Tengah. Niatnya pengen barbeque (bbq) di tengah rimbun pepohonan sembari memandang danau.

blog4

Disana disediakan meja-meja persegi yang besar lengkap dengan bangku yang melingkar sehingga kita tidak perlu gelar tikar lagi. Hebatnya, di beberapa bagian sudah disediakan perlengkapan bbq yang lengkap dan kita tinggal pakai. Wow! Kirain harus bawa perlengkapan dari rumah (kali aja rempong kudu bawa arang segala…)

blog20

Kami memilih satu meja yang paling dekat dengan sebuah tungku bbq.  Ternyata yang piknik, bukan hanya saya dan teman-teman. Di samping kami, berkumpul satu keluarga lengkap dari nenek hingga cucu yang tengah bertukar kado. Di sisi lain, sekumpulan anak muda yang nampaknya sedang reuni, asyik dalam gurau canda. Di ujung sana masih ada satu keluarga dengan dua anak balita. Ramai memang, tapi tetap tenang dan masing-masing kelompok memiliki privacy.

Di sekeliling taman, terdapat jogging track, terlihat beberapa orang sedang berolahraga, walau suhu saat itu hanya sekitar 15 derajat celcius saja. Tepat di depan mata terbentang danau buatan, yang membuat pemandangan makin cantik. Selain untuk estetika, ternyata danau itu juga merupakan sumber pembangkit listrik.

blog11

Di arah berlawanan dengan danau, ada tanah lapang dan hutan yang masih alami dan itulah habitat asli kanguru. Disini kanguru dibiarkan hidup bebas, loncat loncatan kesana kemari. Sedang asyik ngobrol, tau-tau seeokor melintas di depan kami. Cepat-cepat saya ambil kamera. Sayang, loncatannya lebih cepat daripada bidikan kamera Saya. Hahaha..

blog5
kanguru yang kabur

Tempat ini memang disediakan oleh Pemerintah Melbourne. Tidak hanya Ruang Terbuka Hijau (RTH) semua fasilitas seperti meja dan kursi taman, tempat bersantai, tungku bbq dan toilet yang bersih. Bahkan disediakan perahu-perahu untuk berkeliling danau yang sangat friendly terhadap para disable.

blog7

blog1
fasilitas toilet

Sambil bbq-an, Doddy teman kami yang memang menetap di Melbourne bercerita tentang dukungan pemerintah Australia terhadap keharmonisan keluarga.  Australia menerapkan prinsip Triple delapan (888), yaitu delapan jam bekerja, delapan jam istirahat dan delapan jam pleasure. Sangat jarang ada karyawan overtime alias lembur, karena bayar tenaga kerja untuk lembur muahaalll banget. Tiba-tiba teringat para karyawan bank yang senangnya lembur dan kalau gak lembur, berasa gak kerja. Heheheh..

blog2
rombongan piknik

blog10

Di Brisbane dan Sydney -mall yang tutup jam 6 sore saja- sudah cukup bikin saya shock! Di Jakarta, biasanya jam 7 malem baru nongkrong di mall. Lebih parah lagi di Melbourne, toko-toko rata-rata tutup jam 4 sore! Jadi hampir tidak ada istilah anak mall disini. Belum lagi, transportasi yang mapan membuat tidak ada kamus nongkrong di mall, sembari menunggu macet berakhir. Setelah bekerja selama delapan jam, pilihannya ya cuma satu: pulang berkumpul dengan keluarga.

Kata Doddy, semuanya merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memenuhi prinsip triple 8 tadi. Pemerintah konsisten mendukung komunikasi dan interaksi keluarga, salah satunya dengan tidak ada lembur dan tidak banyak keramaian yang buka sampai malam.

blog11

Saya salut, di tengah maju dan canggihnya fasilitas negara ini, pemerintah “masih percaya” bahwa keluarga adalah pondasi utama majunya bangsa  dan meyakini piknik sebagai salah satu cara mendekatkan hubungan keluarga. Komunikasi dalam keluarga didukung oleh aturan jam kerja dan fasilitas yang memadai. Bener sih, kata sebuah riset, berinteraksi di alam terbuka akan membuat kekerabatan makin baik.

Bahkan pemerintah Australia setiap tahun memberikan dua kali voucher gratis jalan-jalan domestik bagi setiap keluarga. Sambil bercanda, Doddy bilang; kalau ada pasangan yang mau pisah, coba pindah deh ke Melbourne, dijamin bisa baikan lagi.  Tidak heran angka perceraian disini cukup rendah.

blog12

Herannya kok kesadaran begini malah banyak di negara maju ya… Di Jakarta (baca: maskot Indonesia), ruang terbuka hijau tidak banyak, boro-boro deh yang lengkap dengan alat bbq, yang bisa digunakan untuk berkumpul saja sangat jarang. Kita yang dalam kenyataannya “lebih tradisional” malah lebih senang berkumpul di café-café ber-AC dan pusat perbelanjaan. Rasanya bangga kalau bisa nongkrong di café mahal, padahal disana pun seringnya masing-masing sibuk dengan gadget masing-masing.

blog13

Kalau saja Jakarta lebih banyak RTH dan masyarakatnya suka menikmati alam, artinya keluarga makin harmonis. Artinya lagi,keluarga akan mencetak generasi-generasi yang madani yang siap memajukan bangsa. Wah, panjang ya, dampaknya. Ternyata duduk-duduk di taman bersama keluarga bukan cuma menghabiskan waktu, tapi cara kita menjaga keutuhan bangsa.

Bagaimana, kapan kita piknik?

Hits: 1934

Pesawat Wings Air yang membawa kami dari Makassar, mendarat dengan mulus di Bandara H. Aroepalla Selayar. Burung besi bertenaga baling-baling dan bermuatan tidak lebih dari 50 orang ini, hanya punya satu kali penerbangan per hari dari Makassar. Beberapa bulan lalu, malah seminggu hanya tiga kali. Selain terbang, jalur transportasi menuju Selayar satu-satunya hanya menyebrang dari Pelabuhan Bulukumba selama sekitar 5 jam setelah sebelumnya harus menempuh perjalanan darat sekitar 3 jam dari Makassar. 

Buat saya yang punya darah Bugis dan pernah menetap di Makassar, Selayar sangat tidak asing. Namun sebagian orang di luar Sulawesi, bisa jadi belum mengenal daerah ini. Jadi gak heran deh, masih banyak yang bilang:  “Haa ? Selayar? dimana tuh?” kata seorang teman. Sayangnya, meski pernah lama menetap di Makassar, saya belum pernah sekalipun mampir ke Selayar. Makanya, ketika diundang kesini, saya bersemangat sekali. Horeee…!!

Sunset courtesy @agus_syaiful_arief_es
courtesy IG @agus_syaiful_arief_es

Secara geografis Kepulauan Selayar yang tepat di bawah Pulau Sulawesi dan masuk dalam provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten ini terdiri dari pulau-pulau kecil yang kaya potensi maritim. Selayar berbatasan langsung dengan NTT dan Wakatobi yang lebih dulu tenar wisata bahari. Nah, kalau sudah pernah dengar Taman Nasional Laut Takabonerate, Yes…itu masuk wilayah Kepulauan Selayar. Takabonerate adalah salah satu surga diving, yang ditempuh sekitar 2 jam dengan kapal cepat dari Banteng, ibukota Selayar.

Kaya Situs Sejarah

Tapi apakah, potensi wisata Selayar cuma wisata bahari? Ternyata Selayar juga kaya akan situs situs sejarah, yang mungkin belum banyak dikenal.

Baru tiba saja, saya dan teman-teman sudah diajak ke Kampung Bitombang, kampung tertua di Selayar yang konon sudah ada sebelum Islam masuk ke Selayar. Menuju Bitombang, membutuhkan waktu sekitar 30 menit dari Benteng, ibukota Selayar, dengan jalan mendaki dan berliku ditemani pemandangan kebun kelapa, cengkeh dan jambu monyet di sepanjang jalan. Cukup jauh untuk ukuran pulau kecil ini dan posisinya pun seperti terisolir. Namun setiba disini, rasanya seperti berada negeri atas awan. Posisinya yang berada sekitar 2500 mdpl membuat pemandangan sekitarnya indah sekali.

blog4

Rumah-rumah di kampung ini berdiri di atas tiang setinggi minimal 10 meter. Kata orang, selain mengikuti kontur daerahnya yang berbatu, rumah bertiang tinggi ini dulunya sebagai tempat perlindungan dari musuh dan binatang buas. Uniknya lagi, ada beberapa rumah yang sudah berusia ratusan tahun dan masih kokoh terawat. Kayu penopang yang kuat itu, disebut holasa oleh penduduk setempat dengan seluruh atap rumah terbuat dari daun kelapa dan rumbia. Konon, mereka tidak menggunakan genteng dari tanah liat, karena filosofinya tanah adalah tempat kembali (tempat manusia dimakamkan) dan harus terletak dibawah, bukan diatas (sebagai atap) Hemmmm…

bitombang

Kami sempat berbincang dengan Bapak Kepala Dusun yang mengaku sudah berusia 75 tahun. Ia bercerita banyak tentang kampungnya, dimana sebagian besar penduduk hidup dari pertanian. Ingatannya masih sangat jelas, bicaranya pun runut dengan bahasa Indonesia yang bercampur dengan Bahasa Selayar.

DCIM100MEDIA
Bitombang

Wah, si Bapak panjang umur juga, pikir saya. Tiba-tiba di tengah obrolan kami, muncul seorang Bapak yang kelihatannya lebih tua dan ternyata lelaki itu adalah mertua Bapak Kepala Dusun. Wow, berarti usianya sudah lebih dari 90 tahun! Ternyata, populasi manula di Kampung Bitombang memang cukup tinggi. Saya lupa menanyakan datanya sih, tapi keunikan lain kampung ini, memang dihuni banyak orang yang berusia lebih dari 70 tahun. Konon, mereka panjang umur karena menerapkan hidup yang sangat alami. jauh dari makanan instan dan jauh dari polusi udara. Hmm, sayang saya hanya mampir beberapa jam saja. Kalau ada rejeki lagi, ingin rasanya menginap satu dua malam untuk belajar tentang kearifan lokal kampung kecil ini. Pasti banyak yang bisa digali.

blog5

Tidak cuma Bitombang, Selayar juga punya sisa-sisa peninggalan sejarah lain seperti nekara dari jaman perunggu yang berbentuk seperti gong dengan gambar berbagai hewan dan simbol kehidupan sekelilingnya. Banyak filosofi kehidupan yang tergambar di gong tersebut. 

Ada pula jangkar jangkar raksasa peninggalan kapal besar asal Tiongkok milik saudagar kaya bernama Gowa Liong Hui yang pernah singgah ke pulau ini. Uniknya, awak kapal Liong Hui kemudian menetap dan berakulturasi dengan penduduk asli. Tidak heran jika penduduk Desa Padang banyak berkulit hitam tapi bermata sipit,

 jangkar

Pantai yang Meneduhkan

Selayar adalah salah satu daerah penghasil kopra di tanah air, tidak heran karena pantainya memang dikelilingi pohon kelapa yang banyak dan sangat teduh. Inilah yang menurut saya, menjadi pembeda utama pantai-pantai Selayar dengan daerah lain. Pantai-pantai itu bisa ditempuh tidak lebih dari 30 menit dari pusat kota.

blog8
Pantai Sunari

Salah satu pantai yang wajib dikunjungi untuk sekedar ngopi-ngopi cantik adalah Pantai Sunari. Pantainya landai meski tidak berpasir putih tetapi bersih sekali. Kita juga bisa bermalam di resor yang baru saja dibangun disini. Duh, rasanya saya gak mau nulis tentang ini, takut makin banyak yang datang kemudian mengotori pantai-pantai cantik ini. Jangan yaaa. Nikmati semua, tapi menjaga lingkungan tetap nomer satu. 

DCIM100MEDIA

Saya juga sempat main ke pulau kecil bernama Liang Kereta yang bisa ditempuh sekitar 40 menit dari kota Benteng, Pulau tidak berpenghuni ini, berpantai sangat tenang dengan air laut biru toska yang menggoda. Garis pantainya memang tidak panjang, tetapi unik karena dipisahkan oleh beberapa tebing. Kita bisa piknik diatas tebing dan memandang laut lepas dari ketinggian. Sayang, pengelolaan pulau ini belum optimal. Namun menurut Saya, tidak perlu pengelolaan yang canggih-canggih, cukup kebersihannya tetap dijaga dan fasilitas seperti toilet diperbaiki. Biarkan Liang Kereta tetap dengan kealamiannya, tanpa banyak pembangunan fisik.

liang kereta
liang kereta
liang-kareta
liang kereta

Sedikit keluar dari kota Benteng, juga masih banyak pantai yang nyaris jarang tersentuh pendatang. Ingin wisata edukasi? Bisa mampir ke Kampung Penyu di Desa Tulang. Posisinya tepat di tepi pantai lengkap dengan nyiur melambai dan hutan mangrove. Disini dilakukan penangkaran ratusan telur penyu berbagai jenis hingga menetas dan siap untuk dilepas ke laut bebas. Menariknya, kegiatan ini awalnya digagas oleh masyarakat sekitar yang melihat keberadaan penyu yang makin lama makin langka. Mereka sadar, berkurangnya populasi penyu akan menganggu siklus kehidupan di laut bebas.

penyu

 Akomodasi

Jangan berharap ada hotel chain nasional apalagi internasional di Selayar, dan sepertinya hotel-hotel yang ada pun belum berkolaborasi dengan situs-situs travel hotel online. Namun kalian bisa googling dan pesan melalui telepon. Di pantai Sunari sudah ada resor sederhana tapi cantik dan menyatu dengan alam. Fasilitasnya pun sudah oke, kalau lagi cari inspirasi dan butuh  ketenangan, cocok banget kesini. Jangan khawatir, harganya masih sangat bersahabat  (lihat kontakanya di bawah tulisan ini).

sunari
Sunari Resor

Transportasi umum di Selayar juga tidak banyak, karena turis yang datang umumnya ikut rombongan travel. Namun kalau mau jalan sendirian juga tidak masalah, pihak hotel akan dengan senang hati mencarikan mobil sewaan. Tenang, kemana-mana di Selayar ini deket banget. Tujuan yang jauh rata-rata bisa ditempuh kurang dari satu jam. Bahkan di dalam kota, kemana-mana paling cuma lima menit dan bisa jalan kaki, hehehe.. Gak habis buat dengerin satu lagu! Beneran!

hotel
rombongan jalan jalan di depan hotel.

Terakhir, kuliner daerah pantai apalagi kalau bukan seafood. Ada tempat makan asyik seperti Muara Karang disini. Food court tradisional yang menghadap langsung ke pantai. Asyik buat tempat dinner. Pun masih banyak rumah-rumah makan yang sajian khasnya memang seafood. Tidak sulit kok dicari, karena kota Benteng relatif kecil.  Duduk santai sore di tepi pantai sambil menunggu matahari terbenam sambil menikmati sarabba (sejenis bandrek) dan pisang goreng juga bisa menjadi pilihan. 

img20161128174358
kongkow di pantai kota

Saya merekomendasikan Selayar buat yag mencari tempat libur yang benar-benar masih alami. Belum banyak sentuhan manusia, belum banyak tangan-tangan jahil yang merusak lingkungan. Tenang, damai dan waktu seolah berhenti berjalan. Tapi kalau kesini, alamnya sama-sama kita jaga ya.. Jangan selalu mengharapkan pihak ketiga (pemerintah) untuk berbenah. Mulai dari diri kita sendiri untuk merawat alam Indonesia yang kaya ini.

 

Kontak Resor Pantai Sunari, Selayar; Pak Gede Eka (081223808669)

 

 

 

 

 

 

 

 

Hits: 1202

Kalau mendengar kata Brebes, apa yang ada dalam pikiranmu? Hanya bawang dan telor asin saja? Atau justru kejadian macet berhari-hari di Gerbang Tol Brebes alias Brexit lebaran lalu? Sama dong!! Hehehe… Beruntung banget beberapa minggu lalu saya mendapat kesempatan untuk mengeksplore Brebes lebih luas yang akhirnya membuat saya tidak lagi mengira bahwa Brebes hanya bawang dan telor asin. 

Emang ada apa aja?! Wisata Brebes banyak! Brebes punya hutan mangrove yang unik, kalau biasanya di wisata hutan mangrove kita hanya bisa berjalan-jalan saja, di Brebes saking luasnya kita bisa berlayar di area hutannya. Brebes juga punya kebun teh seperti puncak, punya perbukitan yang instagramable seperti Kalibiru dan Tebing Keraton (bahkan lebih keren), punya hutan pinus yang ciamik, ada canyon seperti Green Canyon di Pangandaraan dan hamparan sawah-sawah cantik terasering seperti di Ubud. Gak percaya?!

Plus tentu saja banyak kuliner khas yang jadi daya tarik lain bagi para wisatawan. Semua juga sudah tahu, telur asin khas Brebes itu rasanya gurih dan “masir” kata orang Brebes. Masir artinya bertekstur seperti ada butirannya, tidak amis sama sekali dan enak dimakan dengan nasi panas mengepul lengkap dengan sambal dan lalapan. Buat penggemar rawon apalagi, paling pas deh kalo makannya ditambahi telor asin Brebes. Tidak kalah tenar, Brebes juga memiliki makanan khas sate kambing (muda). Tidak heran jika di setiap sudut Brebes ada yang jual sate. Hemmm, untuk yang ini saya gak bisa komentar panjang deh…soalnya saya gak doyan daging kambing. Hihih…

Kabupaten yang bertetangga dengan Tegal di Jawa Tengah ini, sekarang bisa ditempuh kurang dari empat jam saja dari Jakarta melalui Tol Cipali. Mau mencoba kenyamanan lain, sekarang juga sudah ada kereta eksekutif langsung dari Gambir ke Brebes. Mau dari Cirebon juga bisa, Brebes ke Cirebon bisa ditempuh kurang dari satu jam saja.

Ini beberapa tempat yang highly recommended kalau mau ke Brebes

Hutan Mangrove Pandansari, Desa Kaliwlingi.

Saya sudah mengunjungi beberapa hutan mangrove wisata di Indonesia, yang paling dekat tentu saja di Pantai Indah Kapuk (Jakarta), kemudian Hutan mangrove kota di Tarakan, di Selayar dan di Bali. Bedanya, hutan mangrove ekowisata Brebes luasnya hampir mencapai 300 Ha. Kebayang gak gedenya? Lokasinya ditempuh sekitar satu jam dari pusat kota Brebes. Disini, pengunjung bisa menyusuri hutan mangrove dengan perahu yang disediakan oleh pengelola. Kalau berkunjung menjelang senja, selain bisa menikmati matahari terbenam, kita juga bisa menyaksikan kawanan ribuan burung camar yang terbang dan berkumpul di pulau pasir dengan gerakan yang seperti berirama. Di sisi lain, ada ribuan burung bangau putih yang cantik sekali untuk obyek fotografi. Dengan ongkos masuk hanya 15 ribu rupiah, kita bebas berlama-lama menikmati semua itu.

blog2

Nah, yang harus mendapat apresiasi adalah hutan mangrove ini dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat desa sendiri. Sampai-sampai desa ini sempat menyabet beberapa penghargaan tingkat Provinsi dan Nasional untuk Kelompok Masyarakat Sadar Hutan.

blog2

Kok bisa? Ceritanya sekitar dua dekade lalu, daerah ini merupakan tambak udang windu yang sangat luas. Namun di beberapa kejadian, ketiadaan hutan mangrove sebagai penahan abrasi membuat ombak besar dapat masuk ke desa dan membahayakan kehidupan penduduk. Alhasil beberapa tokoh dan pemuka masyarakat bergerak untuk berubah. Mereka sadar, pembabatan hutan mangrove yang besar-besaran untuk tambak udang, pada akhirnya hanya mendatangkan bencana. Bersyukur, masyarakat pun tergerak untuk membangun kembali desanya dan bahu membahu menanam mangrove secara massal. Perjalanan panjang dan penuh perjuangan itu kini semua membuahkan hasil. Bahkan berbagai lembaga pemerintah dan swasta tergerak untuk memberi dukungan dana pengelolaan. Masyarakat pun sudah banyak yang mulai bermatapencaharian dari ekowisata ini. Inspiring ya?

mengejar sunset di kaliwlingi
mengejar sunset di kaliwlingi

Kebun Teh Kaligua

Siapa bilang Brebes yang panas tidak punya daerah sejuk bak Puncak? Bisa dibilang ini maskotnya wisata Brebes. Lokasinya di Kecamatan Bumiayu, yang bisa ditempuh sekitar 1,5 jam dari Kota Brebes. Kebun yang dikelola oleh PTPN IX ini, berada di kaki Gunung Slamet dengan ciri khas produksi Teh Hitam. Rasa teh-nya agak pekat memang, tapi enak banget dinikmati dengan sepiring pisang goreng yang disantap hangat-hangat. Suasana pegunungan yang asri dengan udara sejuk pasti membuat kita betah berlama-lama disini. Banyak permainan juga yang bisa dicoba seperti flying fox dan permainan outbond lainnya.

img20161118104330

img20161118110955

Tidak jauh dari sana, ada Gua Jepang yaang dibangun di bawah Kebun Teh Kaligua sebagai tempat persembunyian tentara Jepang yang dulu berusaha merebut kebun teh yang dimiliki Van De Jong tersebut.Bonusnya nih, saat menuju Kaligua kita akan disuguhi pemandangan sawah dan kebun bawang yang memanjakan mata. Walau jalannya naik turun dan berliku, tapi mata rasanya enggan berkedip melihat keindahan hamparan hijau bak permadani.

img_20161118_100124_hdr

Sekitar 15 menit sebelum tiba di Kaligua, jangan lupa mampir sejenak di Telaga Ranjeng dan hutan pinusnya. Dari luar sepertinya telaga ini biasa-biasa saja, namun seperti ada aroma mistis didalamnya. Konon, telaga ini dihuni oleh mahluk gaib yang dipercaya akan terganggu jika ada manusia yang berenang atau bersampan di atasnya. Emmm….

Uniknya, di tepi telaga pada waktu-waktu tertentu ada ratusan bahkan ribuan ikan mas dan lele yang berebut meminta makan dari pengunjung. Persis seperti kumpulan ikan mas siap goreng yang sering kita temui di rumah makan Sunda. Ikan-ikan ini hidup bebas, berkembang biak tanpa boleh diambil seekor pun. Katanya sih.., siapa yang berani menangkap ikan-ikan tersebut akan mendapat musibah. Wallahualam. 

img_20161118_101813_hdr

img_20161118_101659_hdr

Kalibaya, Puncak Lio

Ini dia tempat main yang kekinian di Brebes. Kalibaya adalah obyek wisata yang dikembangkan mandiri oleh penduduk sekitarnya. Menurut saya sih akan jadi trend tempat selfie baru setelah Tebing Keraton di Bandung dan Kalibiru di Yogyakarta.

Dari ketinggian sekitar 2000 mdpl, kita bisa melihat pemandangan alam Brebes yang menentramkan hati. Bahkan kita bisa ngopi-ngopi di tatanan bambu yang dibuat tepat di pinggir jurang. Di tempat ini juga dibangun mini ouutbond lengkap dengan motor-motor mini offroad. Yang mau camping juga bisa loh!! Taman Kalibaya dilengkapi area camping dengan fasilitas toilet dan air bersih yang cukup.

c360_2016-11-18-17-51-06-231

Masih ada beberapa wisata alam di seputaran Kalibaya seperti rafting di Ranto Canyon dan Hutan wisata Panenjoan yang semuanya berada di Kecamatan Salem. Tapi tidak usah pergi kemana-mana, alam Salem saja sudah menggoda. Sejauh mata memandang ada hamparan sawah yang membentang indah. Beberapa diantaranya tersusun seperti sawah terasering di Bali. Ya, sayangnya ini bukan Bali, jadi belum ada satu pun hotel apalagi resor disini.

Di Salem juga ada pengerajin batik tulis rumahan yang murni menggunakan bahan-bahan alami. Ibu-ibu pembatik itu sebagian besar adalah buruh tani yang bekerja di sawah pada pagi hari dan membatik di waktu senggangnya. Hasil batik mereka masih bertema dan bermotif “old fashion”, namun justru itulah yang menjadi keunikannya. Cerita lengkap tentang batik Salem akan saya tulis terpisah ya….

img20161118154552
batik salem

Menuju Salem cukup perjuangan, karena jalannya yang mendaki dan berkelok. Namun ketika tiba disana bahkan sepanjang perjalanan, rasa lelah pasti terbayar. Mata sudah dimanjakan oleh pemandangan yang mendamaikan hati. Bagi yang sedang wisata alam yang masih benar-benar alami, wajib deh datang ke Salem!

Jadi kapan ke Brebes?

Kontak Taman Kalibaya; Arie (0819-0212-5551)

 

 

Hits: 1413