Anker alias Anak Kereta. Mungkin julukan itu tepat buat saya. Meski nggak sampai punya gank di gerbong kereta (eh, ini ada loh!) Saya sudah mengalami peralihan dari KRL Bogor-Jakarta dari yang kumuh, lusuh, panas dan tidak pernah ontime hingga sekarang jadi Kereta Rel Listrik (KRL) atau Commuter Line yang membuat saya bangga sebagai orang Indonesia.

Dulu, waktu stasiun masih jorok dan penuh PKL, saya berpikir apa bisa nih dibenahi mengingat kondisinya yang super amburadul. Belum lagi, karena sistem ticketing yang masih manual, banyak penumpang gelap yang masuk membuat kereta berdesakan, sampai di atap pun penuh orang. Dari sisi penumpang, jelas mengancam keselamatan jiwa, sementara dari sisi perusahaan tidak heran kalau bertahun-tahun PT KAI merugi.

Kini berbeda. Hampir semua stasiun sudah terlihat mewah dan keren. Meskipun belum sama persis dengan transportasi negara tetangga, setidaknya banyak sekali (baca; banyak banget) perubahan yang signifikan infrastruktur dan moda transportasi publik ini. Sistem ticketing pun semua sudah digital dan cashless. Tidak ada lagi penumpang gelap. Kebayang nggak, ketika pertama kali diaplikasikan, banyak suara-suara sumbang yang menolak sistem ini. Antrian di gate mengular, karena banyak yang belum paham cara kerja mesinnya. Tidak lama setelah itu, vending machine pun mulai beroperasi.  Penumpang mau tidak mau harus belajar lagi cara penggunaannya yang serba otomatis. Secara tidak langsung KRL (baca: pemerintah) tidak saja membuat fasilitas menjadi lebih baik, tetapi juga mengedukasi masyarakat.

Kalau dulu, naik KRL adalah milik golongan ekonomi menengah ke bawah, sekarang KRL jadi milik semua lapisan. Tidak ada lagi kasta-kasta karena tidak ada lagi kelas-kelas pada gerbong. Memang sudah seharusnya begitu ownership transportasi publik. Jangan heran jika KRL sudah menjadi etalase berbagai jenis profesi, kelas sosial bahkan suku dan ras. Seperti Indonesia kecil. Tidak percaya? Makanya, jangan naik kendaraan pribadi terus dong… Coba deh naik KRL sesekali. Data menyebutkan, saat ini sekitar 900 ribu orang diangkut oleh KRL Jabodetabek setiap hari, dan jumlah ini diprediksi akan naik menjadi sekitar 1,2 juta orag per hari pada 2019. Makanya Pemerintah gencar sekali membangun infrastrukturnya.

Setelah pembenahan bangunan stasiun yang sangat masif, stasiun-stasiun baru pun ditambah. Stasiun paling baru di Jabodetabek adalah Stasiun Bekasi Timur yang baru diresmikan Menteri Perhubungan pada 8 Oktober 2017. Tidak saja menjadi pangkal tujuan ke Jakarta, stasiun ini juga terhubung hingga Cikarang. Jadi sekarang judulnya ada #KRLSampai Cikarang. Lintasan KRL lintas Bekasi-Cikarang memiliki panjang 16,74 km. Dengan waktu tempuh sekitar 21 menit. Frekuensi perjalanan kereta sebanyak 32 kali per hari. Keberangkatan KRL pertama dari stasiun Cikarang pukul 05.05 WIB. Sedangkan kedatangan terakhirnya pukul 23.45 WIB.

Pembangunan stasiun ataupun lintasan Bekasi-Cikarang ini adalah hasil kerjasama Pemerintah Indonesia dan Jepang. Melalui kontrak paket B1 yaitu elektrifikasi lintasan Bekasi-Cikarang yang ditandatangani 2012 lalu dengan nilai kontrak Rp2,3 triliun. Kontrak tersebut meliputi semua aspek perkeretaapian.

Mau tau fasilitas apa saja yang ada di sini ? Peron sepanjang 270 meter yang dapat mengakomodir 1 rangkaian KRL dengan 12 kereta, Closed circuit television (CCTV), Lift khusus bagi lansia dan penyandang disabilitas, denah jalur evakuasi, toilet, musholla bahkan pos kesehatan. 

So, sekarang ke Cikarang bisa naik KRL! Anti macet dan waktu tempuhnya pun lebih cepat. PR kita sebagai pengguna cuma satu, yuk…kita jaga baik-baik!

 

Hits: 2251

Tak hanya fashion, dunia kuliner tanah air pun memiliki tren tersendiri. Kali ini, para artis Indonesia yang tengah berlomba-lomba untuk membuka bisnis oleh-oleh makanan di berbagai kota. Menariknya, oleh-oleh tersebut mengusung banyak kemiripan, baik dari bentuk kue, rasa, packaging, hingga promosinya. Padahal mereka pun tidak mendirikan bisnis secara bersama-sama.

Di berbagai kota, gerai toko oleh-oleh artis ini selalu terlihat ramai dan penuh antrian. Demi memantau perkembangan bisnis secara langsung, tidak jarang artis-artis ini  datang, pesan hotel di kotanya dan langsung dan ikut melayani secara langsung penjualan produknya. Hal ini tentu sangat ampuh untuk mendongkrak omzet. 

Jadi, siapa saja artis Indonesia yang berkecimpung di bisnis oleh-oleh makanan ini?

Malang Strudel – Teuku Wisnu

Bisa dibilang Teuku Wisnu-lah yang menjadi pelopor para artis untuk membuka usaha oleh-oleh dengan mengusung nama daerah. Berdiri sejak tahun 2014 lalu dan kini gerai Malang Strudel sudah memiliki 6 cabang di kawasan Malang. Ada beberapa varian rasa Malang Strudel yang bisa dipilih, yaitu apel, pisang cokelat, keju, stroberi, nanas, jeruk, mixfruit, dan yang terbaru adalah greentea serta red velvet.

sumber: beautynesia.com

Jogja Scrummy – Dude Harlino

Tak lama kemudian, Dude Harlino ikut membuka usaha serupa di Yogyakarta. Ia bekerja sama dengan petani lokal untuk memadukan kue dengan wortel. Respon masyarakat Yogja dan sekitarnya juga positif, terbukti kini Jogja Scrummy sudah membuka 4 gerai. Varian rasanya terdiri dari cokelat, keju, taro, srikaya, karamel, dan mangga.

Medan Napoleon – Irwansyah

Buat yang di Medan, kamu bisa mampir juga ke Medan Napoleon. Kabarnya, usaha oleh-oleh Irwansyah di Medan tak pernah sepi pengunjung. Dalam suatu wawancara, ia bahkan mengaku kewalahan untuk melayani pesanan. Medan Napoleon merupakan perpaduan kue lapis dengan pastry yang tersedia dalam berbagai rasa, seperti keju dan red velvet.

sumber: mhm.asia

Surabaya Snowcake – Zaskia Sungkar

Tidak mau kalah dengan sang suami, istri dari Irwansyah ini juga turut membuka usaha oleh-oleh di Surabaya. Surabaya Snowcake bisa dikatakan sebagai versi kekinian dari kue lapis khas Surabaya, yaitu terdiri dari cake aneka rasa yang diapit oleh pastry. Bagian atasnya ditaburi gula halus sehingga menyerupai salju.

Bogor Raincake – Shireen Sungkar

Menyusul jejak kakak dan suaminya, Shireen Sungkar ikut merintis usaha oleh-oleh bernama Bogor Raincake. Baru dibuka pada bulan April 2017 lalu, gerai oleh-oleh Shireen sepertinya tak pernah sepi pengunjung. Tidak mengherankan jika ada pengunjung dari luar kota yang sengaja pesan hotel di dekat gerai Bogor Raincake agar tidak kehabisan.

Makassar Baklave – Irfan Hakim

Oleh-oleh kekinian milik Irfan Hakim punya tampilan yang agak berbeda. Tidak memanjang seperti yang lain, Makassar Baklave berbentuk bulat dengan potongan segitiga layaknya pizza. Varian rasanya pun cukup beragam dan sangat kekinian, seperti oreo blast, royal chocolate, rich cheese, dan nutty fruity.

sumber: makassarbaklave.com

Bandung Makuta – Laudya Cynthia Bella

Beralih ke Kota Bandung, ada Laudya Cynthia Bella dengan usaha oleh-olehnya bernama Bandung Makuta. Mirip seperti yang lainnya, makanan satu ini juga terdiri dari pastry dan cake, ditambah dengan krim di atasnya. Beberapa varian rasa yang tersedia adalah cokelat, keju, dan blueberry.

Cirebon Sultana – Indra Bekti

Bersama dengan istrinya, Indra Bekti merintis usaha oleh-oleh Cirebon Sultana yang resmi dirilis pada April 2017 lalu. Cirebon Sultana hadir dalam bentuk cake yang dibalut dengan pastry. Ada berbagai jenis rasa yang ditawarkan oleh Cirebon Sultana, yaitu mangga, blueberry, chocobanana, keju, dan double chocolate. Semuanya dibanderol dengan harga Rp 55.000.

Nah,..Itulah beberapa artis Indonesia yang membuka usaha oleh-oleh kekinian di berbagai kota. Jika tertarik untuk mencobanya dan sekalian ingin berlibur, yuk langsung saja pesan hotel di dekat gerai oleh-oleh tersebut agar bisa segera mendatanginya begitu jam operasional dibuka. Dengan begitu, kamu tak perlu ikut antri panjang atau bahkan tidak kebagian rasa kue yang kamu inginkan.

 

Featured image : https://www.tokopedia.com/silabanstore1st/kue-bolu-medan-napoleon

Hits: 1193

Beberapa waktu lalu, saya terbang dari Palembang ke Jakarta. Sengaja saya pilih pesawat paling pagi, agar bisa segera beraktivitas di Jakarta seperti biasa. Dari rencana take off pukul 06.30 pagi, hingga pukul 09.00 pagi belum juga ada tanda-tanda keberangkatan. Katanya, ada kerusakan pada pesawat sehingga harus menunggu perbaikan atau pesawat pengganti. Hingga menjelang pukul 11.00 siang belum juga ada pergerakan. Keterlambatan lumayan lama ini membuat saya harus membatalkan beberapa janji.

Saya langsung menuju Customer Service maskapai yang dimaksud untuk meminta kompensasi. Saat itu hanya ada dua orang penumpang yang komplain termasuk saya. Penumpang lain lebih senang menggerutu tanpa berbuat apa-apa. Sesuai Peraturan Pemerintah, keterlambatan lebih dari 240 menit, penumpang mendapat uang sebesar Rp 300.000,- Petugas Customer Service nampaknya tidak sigap melayani kami. Ketika saya bertanya soal kompensasi, awalnya mereka menolak. Tetapi dengan sedikit diplomasi akhirnya kami pun disuruh menunggu. Tepat pukul 11.30 siang (setelah delay 5,5 jam) akhirnya uang kompensasi pun dibagikan. Pyiuhh.. Coba kalau saya pasrah saja seperti penumpang yang lain, belum tentu maskapai yang terkenal suka telat ini bagi-bagi uang.

Service Crossword Concept

Teman saya pernah bilang saya ini tukang komplain. Dari call center yang cuma dijawab oleh mesin, kuota selular yang mendadak lenyap, tagihan yang tidak pernah diterima, hosting blog yang suka lemot bahkan air PAM yang mati seharian. Semua saya komplain. Makanya saya menyimpan semua nomer-nomer pengaduan. Jangan heran juga kalau beberapa akun perusahaan tenar follow saya di twitter. Daripada saya ngoceh di timeline mereka, mending di-folbek dan kemudian mereka bisa menjelaskan via Direct Message (DM). Heheheh..

Menurut Saya, Sudah bukan jamannya lagi pelanggan itu pasrah. Konsumen kini memiliki banyak pilihan. Makanya, kita sebagai konsumen juga harus proaktif jika ada pelayanan yang tidak memuaskan bahkan merugikan. Sebagai contoh, saat hosting blog ini down, ada klien yang mau ngecek tulisan dan blog ini tidak bisa diakses. Saya tentu merasa dirugikan, wajar dong kalau saya komplain. Sayangnya belum semua perusahaan memiliki unit pelayanan pelanggan yang mumpuni.

***

Pas banget, minggu lalu saya bersama beberapa blogger menghadiri event keren yang bertajuk New Customer Experience in Digital Era. Acara ini digagas oleh 168Solution, leading contact center consultant di Indonesia. Meskipun saya belum punya rencana bikin Contact Center untuk bisnis yang tengah saya jalankan, tapi ajang ini bikin belajar bagaimana teknologi bisa mempermudah produsen dan konsumen dalam berkomunikasi. Acara ini menarik, karena yang disajikan adalah best practice dari pemerintahan maupun korporasi yang sudah mapan maupun start up.

Saya baru tahu, ternyata BCA punya layanan chat yang namanya VIRA (Virtual Assistant). Layanan ini running di tiga platform yaitu Facebook Chat, Line dan Kaskus Chat. Bahkan, kata Ibu Wani Sabu (Senior VP BCA), chat-chat ini menjawab pertanyaan konsumen bahkan lebih cepat dari pasangan Anda.

Traveloka yang juga ikut dalam event akbar ini, justru telah setahun belakangan mengaktifkan chat box di website-nya. Jadi kalau ada kendala, kita tinggal chat tidak perlu repot lagi angkat telpon dan buang biaya pulsa. Sudah banyak e-commerce yang mengadopsi layanan ini. Belum lagi hampir semua korporasi yang fokus pada layanan pelanggan, memiliki sosial media. Selain sebagai wadah informasi produk mereka, juga bisa jadi tempat kita bertanya bahkan komplain.

Ada lagi Jakarta Siaga 112. Orang Jakarta yang belum tahu nomer ini, pasti kudet (kurang update). Di Jakarta yang memiliki persoalan sangat kompleks, layanan tanggap darurat menjadi salah satu unsur paling krusial. Ibukota negara ini memang belum memiliki pelayanan sesempurna 911,namun keberadaan berbagai kanal pengaduan setidaknya membuat Jakarta memastikan diri menuju ke arah itu. Contact Center ini menjembatani seluruh masyarakat Jakarta yang perlu bantuan kedaruratan tanpa perlu menginstal berbagai aplikasi. Nomornya pun mudah diingat dan akan menjadi nomor kedaruratan nasional. Oya, nomor ini bisa dihubungi tanpa pulsa, bahkan dapat dihubungi tanpa simcard sekalipun.

***

Dulu, Call Center (sekarang lebih luas menjadi Contact Center) hanya dianggap sebagai supporting unit. Namun, di era digital yang serba terbuka dan masyarakat makin melek teknologi, peranan Contact Center menjadi sangat krusial. Contoh yang paling dekat dengan kita adalah provider selular dan penjual tiket online. Penanganan Contact Center yang baik menjadi komitmen yang paling penting agar tidak ditinggalkan oleh pelanggan.

Saya jadi belajar, ternyata dibalik pelanggan yang kritis seperti saya, ada perusahaan yang kian berbenah untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggannya. Jadi seimbang dong, pelanggan kian cerdas dan korporasi pun makin peduli.

 

 

 

Hits: 1494