Sering nggak sih kita datang ke satu acara kawinan dan ketemu rombongan tamu terutama Ibu-ibu dengan perhiasan emas bergelantungan tak ubahnya etalase berjalan? Beberapa dekade lalu, mungkin hal itu menjadi sesuatu yang sangat lumrah bahkan dilakukan oleh banyak golongan masyarakat agar bisa terlihat “naik kasta”. Ya, memang tidak bisa dipungkiri kepemilikan logam mulia menjadi salah satu indikator status sosial seseorang.

Dari jaman dahulu kala, emas dan logam mulia memang menjadi pilihan investasi. Hasil tambang ini memiliki harga yang cenderung stabil setiap tahunnya, bahkan selalu ada kemungkinan untuk naik. Walaupun terlihat konvensional, bisa dibilang investasi emas sangat kecil risikonya apalagi dibanding saham atau forex. Jika dikomparasi dengan investasi properti, investasi emas relatif mudah dicairkan saat perlu dana mendesak. Proses pembeliannya pun jauh lebih mudah daripada membeli aset lain.  Makanya tidak heran emas masih menjadi primadona investasi.

Tapi apa iya, punya emas banyak harus dibawa kemana-mana?! Sekarang sudah trend menyimpan emas dalam bentuk batangan. Sudah bukan jamannya lagi, menimbun emas di rumah bak harta karun yang ditayangkan film-film. Di Indonesia, ada PT Antam (Persero), Tbk (ANTAM) sebuah badan usaha milik pemerintah yang sejak dulu terpercaya menjual emas batangan berkualitas terbaik. Kini, Antam kerap melakukan terobosan dengan meluncurkan berbagai produk baru agar masyarakat makin mudah berinvestasi.

Dari Butik hingga Kantor Pos 

Kalau mendengar kata “butik”, pastilah identik dengan toko busana. Tapi Antam justru mengembangkan butik sebagai tempat jual beli emas. Saat ini butik emas Antam ada di 13 kota besar di Indonesia. Calon pembeli bisa datang, berkonsultasi dan kemudian memilih sesuai kebutuhan investasinya. Semua produk emas Antam memiliki sertifikat sebagai bukti kepemilikan yang sah.

Untuk memperluas jangkauan pemasaran, Antam menggandeng PT Pegadaian (Persero). Pembelian di pegadaian bisa dalam bentuk tunai maupun kredit. Jika memilih kredit, fisik emas baru dapat dibawa pulang bila sudah lunas. Kelebihannya, emas yang sudah dibeli dapat disimpan di Pegadaian sebagai investasi dan titip jual. Gampangnya gini, kita punya sejumlah emas batangan, Pegadaian dapat membantu menjualkan kepada pihak ketiga jika kita ingin mencairkan dananya. Nantinya akan ada keuntungan yang dibagi antara pihak Pegadaian dan pemilik emas.

Pada 2017 ini, lagi-lagi untuk melebarkan sayap, Antam mulai menjalin kerjasama dengan PT Pos Indonesia (Persero) yang kita semua tahu, cabangnya ada di semua pelosok negeri. Pada tahap awal, ada 109 kantor pos yang sudah masuk jaringan penjualan. Mekanisme pembelian emas Antam melalui Kantor Pos menggunakan sistem pemesanan. Emas pesanan akan dikirim menggunakan layanan Pos Indonesia yang terdekat dengan lokasi Antam menuju lokasi Kantor pos tempat pembelian. 

 Brankas, Aman simpan Aset

Sebagian besar diantara kita, mungkin hanya tahu Safe Deposit Box di Bank sebagai tempat penyimpanan surat-surat berharga dan aset seperti emas dan perhiasan yang biasanya disimpan begitu saja di dalam rumah. Tahun lalu, Antam mulai membuka layanan baru yang diberi nama “Brankas”; yang khusus diperuntukkan menyimpan invetasi dalam bentuk emas. Menyimpan emas disini, sama saja dengan menabung untuk masa depan. Jumlahnya pun tidak dibatasi mulai dari 1 gram setiap bulannya. Setelah registrasi pertama, bulan-bulan berikutnya kita bisa membeli via online. Hmm. mudah dan terjangkau banget ya.. disini secara tidak langsung, kita juga “dipaksa” menabung.

Kalau lagi perlu dana segar, nilai yang tersedia bisa kita titip jual melalui Butik Emas Antam. Atau, kalau ingin diambil fisiknya pun boleh. Kali aja, perlu dijadikan perhiasan buat kondangan, hehehhe..

Brankas sendiri punya 3 kategori produk, yaitu: Brankas Corporate ditujukan bagi korporasi yang ingin berinvestasi pada instrumen emas sebagai penyimpanan modal perusahaan. Brankas Corporate juga dapat ditujukan untuk karyawan korporasi yang dimaksud. Mereka dapat mengkonversi sebagian gaji bulanannya untuk membeli minimum 1 gram emas. Ada juga Brankas Berzakat khusus bagi umat Muslim yang ingin berinvestasi sekaligus menunaikan zakat. Layanan ini secara otomatis akan menghitung zakat jika sudah mencapai nishab 85 gram dan telah mencapai batas waktu haul selama 1 tahun. Antam bekerjasama untuk menyalurkan nilai zakat dengan Badan Amil Zakat Nasional, institusi pemerintah yang menjadi pengumpul dan penyalur zakat. Terakhir, ini yang paling ringan dan murah. Ada Brankas individu yang menawarkan pembelian minimum 1 gram emas dengan biaya keanggotaan mulai dari Rp25 ribu saja per bulan. Cocok buat siapa saja yang ingin menyimpan emas sebagai tabungan likuid.

Hmmm, jadi kepikiran buat menabung di emas, nih….

Hits: 1169

Kapan terakhir ke Ancol? Pertanyaan ini saya ajukan ke beberapa teman minggu lalu. Jawabannya ternyata tidak terlalu mengejutkan. Yes, bener banget! Sebagian besar mengaku terakhir ke Ancol lebih dari 5 tahun atau bahkan 10 tahun lalu. Kalau pun ada yang setahun belakangan, umumnya karena acara-acara khusus seperti gathering kantor atau menghadiri undangan.

Kalau pertama kali ke Ancol? Mmmm..ayooo masih ingat nggak? Saya, ketika masih duduk di bangku SD masih tinggal di Makassar dan cuma liburan ke Jakarta. Wah, piknik ke Ancol waktu itu, rasanya mewah dan membanggakan. Memang sih, buat sebagian orang, Ancol ibarat liburan masa kecil. Padahal sebenarnya wahana-wahana di Ancol banyak yang ditujukan untuk semua usia. Apalagi sekarang Ancol kian berbenah dan tambah menarik. Wajib banget nih kembali ke Ancol dan menjadikannya referensi liburan. Ini dia 5 alasan kenapa harus kembali ke Ancol.

(1). Onestop Recreation

Memangnya Ancol cuma Dufan ? Nggak dong, ada puluhan wahana Ancol dari yang berbayar hingga gratis. Dufan dan beberapa wahana besar memang berbayar, harganya pun keliatan cukup merogoh kocek walaupun itu sebanding dengan yang kita dapat. Bahkan Dufan memiliki Annual Pass yang bikin hemat berlipat-lipat selama satu tahun.

Mau murah, santai dan gratis? Banyak! Bisa ke pantai yang kini berpasir putih dengan panjang 3,5 km dengan aneka pilihan aktivitas atau ke Allianz Ecopark, wahana dengan konsep hutan kota yang penuh dengan taman, danau dan ruang terbuka hijau. Ada Pos Jaga bak di film Baywatch atau Promenade Bridge yang cocok jadi tempat nge-galau. Hehehe…

ansol2b ok
Life Guard, Pantai Pasir Putih
ansol15ok
Senja di Promenade Brigde

Pengen nge-mall ? Ancol juga punya! Dan ini mungkin satu-satunya mall dengan pemandangan laut lepas di Jakarta. Mahal, nggak? Jangan khawatir, harga produk dan makanan di Ancol dikontrol ketat oleh Manajemen. Jadi, mau nongkrong dimana pun di Ancol tidak perlu takut “dipalak”. Jadi praktis deh,.. nggak rempong bawa bekal dari rumah.

(2). Ramah Lingkungan

Belum tahu kan kalau Manajemen Ancol memiliki kebijakan melarang seluruh supplier-nya menggunakan styrofoam yang berbahaya bagi lingkungan?  Saya iseng mengecek ke salah satu kedai, dan ternyata betul, para pedagang mengakui diwajibkan menggunakan kemasan kertas atau minimal plastik untuk produknya. Kalau pun sekarang masih ada, itu adalah limbah pengunjung yang dibawa dari luar. Ancol akan terus mengembangkan kebijakan ini agar nanti bisa berlaku bagi seluruh pihak. Ancol juga sudah mengolah sendiri siklus limbah hariannya sehingga bisa mengurangi beban pembuangannya ke Bantar Gebang sampai 30%. Keren, kan?!

 IMG20170722082857

Ada lagi nih, beberapa waktu lalu, Ancol diberi penghargaan oleh Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, sebagai ganjaran keberhasilannya menyulap areal lapangan golf-nya seluas kurang lebih 34 Ha menjadi hutan wisata dan konservasi. Jadi, kalau dulu wilayah ini hanya bisa dinikmati segelintir orang, kini semua bisa merasakan keteduhan Allianz Ecopark yang sudah menjelma menjadi salah satu paru-paru di utara Jakarta.

IMG20170722095251
Allianz Ecopark

(3) Selalu ada wahana baru

Jika tidak punya sesuatu yang baru, Ancol harus siap-siap ditinggalkan pengunjungnya, makanya Ancol selalu menghadirkan sesuatu yang segar dan kekinian agar kita tidak bosan datang kesini. Pada musim liburan ini saja ada pertunjukan Teenage Mutant Ninja Turtle asli dari Nicklodeon, USA dan Mysterious Island di Dufan. Lalu di Ocean Dream Samudra ada pertunjukan 4D Yogi The Bear. Paling baru dan gratis, adalah naik Sato Sato, kereta mini keliling Ancol buat yang anti capek. Pantau terus deh instagram Ancol di @ancoltamanimpian atau twitter @ancoltmnimpian biar tahu kalau ada yang baru lagi.

IMG20170722144233 (1)
Mysterious Island
sato2
Sato Sato

 

(4) Belajar, Bermain dan Terapi

Sudah pernah mampir ke Allianz Ecopark? Disini ada jogging track, danau buatan, mini zoo, mini outbond, bicycle track, aktivitas back to nature seperti belajar bercocok tanam, belajar tentang hewan ternak dan masih banyak lagi. Saya merekomendasikan banget untuk datang kesini di akhir pekan, soalnya sambil jalan-jalan dan olahraga ada ecomarket yang menyediakan menu sarapan yang beragam dan murah.

IMG_1616
Ocean Dream Samudera

Oya, mungkin belum banyak yang paham bahwa lumba-lumba di Ocean Dream Samudra bisa memberi terapi penyembuhan bagi anak berkebutuhan khusus (autisme) dan para penderita stroke?! Riset membuktikan suara dan gerakan yang diberikan oleh lumba-lumba itu mampu menjadi terapi yang baik bagi mereka. Therapyst berpengalaman di Ancol telag menyusun paket-paket terapi tergantung tingkat keluhan penderita. Tentu saja calon pasien harus berkonsultasi dulu.

Mau belajar seni? Ada Pasar Seni! Lokasi “heritage” ini masih terjaga dan terawat baik. Selain bisa bertemu dengan seniman lukis, seniman pahat, Pasar Seni juga memiliki spot-spot foto menarik. Di waktu-waktu tertentu, disini sering digelar pertunjukan-pertunjukan seni dan musik. Ingin nongkrong sambil ngopi saja pun boleh. Saya saja masih penasaran, belum sempat mencicipi satu kedai kopi lokal di salah satu sudutnya.

20170721_115117
Pasar Seni

(5) Aksesnya mudah

Ini dia nih…yang sering dikeluhkan orang. Pengen sih ke Ancol, tapi jauh. Kelihatannya begitu, apalagi buat mereka yang bermukim di kota-kota satelit sekitar Jakarta. Tapi aksesnya mudah lho, hampir seluruh jalur tol di Jabodetabek terhubung ke Ancol, bahkan ada pintu tol keluar sendiri untuk masuk arealnya. 

Kendaraan umum, seperti Trans Jakarta sekarang juga sudah punya rute/koridor Cililitan-Ancol. Tidak perlu jalan jauh lagi, karena haltenya sudah langsung masuk Ancol. Bagaimana dengan KRL? Jarak antara Stasiun Kota ke Ancol tidak lebih dari 4 km lalu bisa nyambung angkot atau ojek. Bisa juga naik dari Stasiun Kampung Bandan dan berhenti di Stasiun Ancol yang posisinya tepat berada di seberang pintu gerbang utama Ancol.

Jadi gimana?! Masih ada alasan untuk tidak kembali ke Ancol?

Pic by IG @suryadi_sulthan, @dh.haqiqi @nugisuke

Hits: 1929

Beberapa tahun lalu, bandara bagi saya ibarat tempat kos. Di pekerjaan sebelumnya hampir setiap minggu saya nongkrong di bandara untuk pergi keluar kota. Meskipun alternatif transportasinya banyak, namun naik kendaraan umum yang efisien dan efektif ternyata belum banyak. Kita cuma punya Damri dan beberapa shuttle bus perusahaan swasta yang itu pun hanya dari tempat-tempat tertentu. Naksi taksi, bagi saya kadang-kadang kurang efisien. Selain tarifnya cukup merogoh kantong kalau jalan sendirian, saya juga lebih sering bawa hand carrier, yang tinggal dorong atau gotong saja. Jadi tidak perlu ruang besar untuk meletakkan bagasi.

life

Bulan lalu saya baru tahu, ada alternatif baru bagi warga Jakarta dan sekitarnya. Baru-baru ini Badan Pengelola Tranportasi Jakarta (BPTJ) bersama beberapa operator bus-bus terpercaya meluncurkan Jakarta Aiport atau JA)Connexion. FYI, BPTJ ini adalah salah satu badan di bawah Kementerian Perhubungan yang punya tugas mulia mengintegrasikan seluruh fasilitas dan moda transportasi di Jabodetabek. Kebayang dong, kalau urusan trasnsportasi dipegang masing-masing Pemda, sementara orang-orang dari wilayah itu, sangat tinggi mobilitasnya dan semua saling terkait. BPTJ nantinya akan jadi tulang punggung koordinasi dan integrasi ini, yang tujuan akhirnya membuat kita para commuter jadi lebih nyaman.

IMG20170708114156
Bapak Bambang Prihartono, Kepala BPTJ

 

IMG-20170708-WA0000 (1) 

Nah,  JAC sendiri apa sih ?JAC adalah bis poin to poin yang melayani rute dari hotel dan mall-mall strategis di Jakarta ke Bandara Soetta (PP).  

Lokasinya dimana saja sih?  JAC tersedia di beberapa mall dan hotel strategis di Jakarta.  Ini dia rutenya:

Rute 1 – Hotel Borobudur, Hotel Alila, Hotel Luminor, Redtop Hotel, bandara Soetta
Rute 2 – Grand Mercure Harmoni, Hotel Sari Pan Pacific, Hotel Aryaduta, bandara Soetta
Rute 3 – Hotel Grand Cemara, Hotel Ibis Tamarin, Hotel Millenium, bandara Soetta
Rute 4 – Hotel Grand Sahid, Mall Grand Indonesia, Hotel Ascott, bandara Soetta

Sebenernya ada beberapa operator yang bergabung dengan JAC, tapi kebetulan, minggu lalu saya bersama serombongan blogger-blogger keceh diajak Blue Bird Group selaku salah satu operator JAC mencoba armadanya menuju Bandara  Soetta. Kalau nama besar Blue Bird tentu saja tidak perlu diragukan ya..  Istimewanya? Yang jelasnya bisnya nyaman, dengan recyclining seat, wifi on board (anti mati gaya) dan tarifnya bersaing hanya Rp50 ribu selama promosi dan nantinya menjadi Rp75 ribu.

IMG-20170708-WA0009
Ngariung sebelum mencoba JA Connexiion
IMG20170708121614
Yeay…

Dengan mobilitas orang Jakarta yang makin tinggi, kini Bandara tidak ubahnya seperti stasiun dan terminal yang sudah akrab setiap hari. Wajar jika titik-titik keberangkatan ke bandara diperbanyak. Mau ngemall dulu sebelum ke Bandara, bisa! Atau setelah landing langsung meeting di mall, juga bisa! Atau buat kalian yang di luar Jakarta dan ada rencana ke Jekarta, cek dulu..kali-kali aja hotel atau tempat kalian tinggal dekat dengan poin JAC.

Yang belum tinggal kereta bandara nih..kita tunggu ya..semoga benar-benar terwujud dalam 1-2 tahun ke depan!

 

Hits: 1650

Rumput di halaman belakang mulai menguning. Tanaman merambat yang dulu ditanam Ibu sudah memenuhi tembok membatas rumah kami dengan kali kecil di belakangnya. Pondok bambu tempat kami dulu sering bercengkrama kini sudah rubuh. Bekas kayu dan bambunya masih berserakan di sumur, sumber air utama keluarga kami. Bibir sumur pun mulai retak, untung saja airnya masih jernih. Jika tidak segera diperbaiki, bisa-bisa dindingnya ambles dan temboknya runtuh masuk ke dalam sumur.

Saya duduk di meja makan yang menghadap langsung dengan halaman belakang itu. Dinding ruang makan merangkap dapur ini dipenuhi foto-foto keluarga. Bingkai bingkai tua yang melingkari potret-potret itu tertutup debu karena lama tak tersentuh. Meski tak bersuara, semuanya seolah bercerita tentang kehangatan yang pernah ada disini. Tiga bulan lalu saya juga sempat pulang, ketika banjir besar menggenangi kampung ini, menengok rumah ini, rumah keluarga kami. Dan hari ini saya kembali kesini, setelah setengah mati minta cuti satu hari dengan bos di kantor yang menyebalkan. Saya cuma rindu.

Di samping rumah, pohon rambutan Ibu masih ada. Buahnya masih hijau kekuningan, tetapi rasanya sudah manis. Musim rambutan memang sudah berlalu, tapi saya masih bisa memetik satu dua buah sambil mengingat ketika dulu buahnya masih tumpah ruah dan menggoda sepupu-sepupu kecil kami.

“Kapan sampai?” suara Mang Udin tiba tiba membuyarkan lamunanku.

“Tadi siang, mang.. “ kataku, sambil mengelap sisa sisa debu yang memenuhi foto pernikahan Dion dan Dina.

Mang Udin, penjaga rumah ini kemudian pamit ke belakang. Pelan pelan saya beranjak ke ruang tengah. Kursi kursi dan perabot diletakkan rapat dengan dinding, hingga menyisakan ruang luas di tengahnya. Permadani kesayangan Ibu sudah digulung tersimpan rapih di sudut ruangan. Banjir beberapa bulan lalu membuat penataan ruangan ini tidak seperti biasanya.

Rumah besar peninggalan mendiang Ayah ini terasa senyap. Jendela-jendela tua yang dibuat 30 tahun lalu masih kokoh dan seakan jadi saksi kehangatan yang pernah ada disini. Lima belas tahun lalu, kami besar dan tumbuh disini. Pelan tapi pasti, Saya, Dila dan Dion meninggakan rumah ini. Merantau ke Jakarta, mencari hidup kami sendiri. Dua tiga tahun lalu kami masih disini berlebaran bersama, tapi mungkin itu sudah jadi lebaran terakhir kami bersama. Sudah dua tahun Ibu pindah ke negeri Belanda, mengikuti Dila yang sudah berganti kewarganegaraan. Mau tidak mau, tugas merawat rumah ini menjadi tanggung jawab Saya, sesuatu yang akhirnya jadi rutinitas setiap tiga bulan. Jarak Jakarta kesini cukup jauh, masih butuh waktu 5 jam lagi dari bandara terdekat setelah terbang kurang lebih satu jam dari Jakarta. Sedangkan Dion,… air mata ini rasanya ingin menetes ketika memandangi foto Romi anak semata wayang Dion dan Dina. Anak yang sudah saya anggap seperti anak sendiri. Ya, pernikahan mereka di ujung tanduk.

Tiba tiba saya sudah tertidur lelap di kamar Ibu. Tiga puluh menit lagi waktu berbuka puasa. Di luar hujan. Kata Mang Udin, sudah dua minggu tidak turun hujan, mungkin di sore ini kota pun menyambut Saya dengan hujannya.

“Widaaa,..ayoo bangun,..sebentar lagi berbuka!”

Suara Ibu memanggil Saya, Ia pasti sudah siap dengan menu hidangan puasa kesukaan anak-anaknya. Saya cepat-cepat beringsut dari kamar dingin ini. Sekejap kemudian, Saya sadar…tadi hanya lamunan. Terakhir kami berbuka puasa di rumah ini tiga tahun lalu. Namun sore ini, saya sendirian. Tidak ada siapa-siapa. Sunyi.

Tiga tahun lalu, Romi bocah kecil nan lucu itu menemani kami menunggu waktu berbuka. Tingkah polahnya yang lucu, membuat waktu berjalan tak terasa. Foto-foto Romi masih tertata apik di dinding ruang tamu. Ibu selalu bangga pada cucunya itu. Mata saya berkaca-kaca. Hubungan Ibu dengan menantunya sekarang kurang baik. Masalah rumah tangga Dion dan Dina menjadi akar penyebabnya. Mungkin tidak ada yang mutlak bersalah, yang memberatkan adalah komunikasi yang mungkin makin minim. Ibu nun jauh disana sementara Dion dan Dina di Jakarta. Jangan bilang, teknologi sekarang mampu membuat semuanya tanpa batas, ternyata tidak pernah ada yang menggantikan interaksi langsung, tatapan mata dan sentuhan tangan.

Semua tiba-tiba terasa begitu senyap. Ada yang hilang atau mungkin semua telah hilang. Entahlah. Rasanya air mata ini ingin tumpah, tapi toh buat apa. Saya disini sendiri, tidak tahu kepada siapa harus mengadu. Tidak pula ada bahu untuk bersandar. Teman dekat? Ah, sudahlah.. masih tersisa keping-keping traumatik di kepala saya tentang hubungan terakhir dengan seseorang di ujung Pulau Sumatera sana.

Saya bukan orang yang bisa mengumbar masalah keluarga kemana-mana. Biarkan teman-teman saya tahu, kalau saya punya keluarga yang bahagia, karir yang bagus, jalan-jalan terus keliling Indonesia, minimal satu kali dalam satu tahun ke Amerika dan semuanya.

Bingung rasanya untuk mengurai benang yang terlanjur kusut. Saya cuma bagian dari keluarga ini, namun tidak punya hak untuk menentukan kemana arah hidup saudara-saudara saya. Saya sadar, apapun yang terjadi dalam keluarga adik dan kakak saya adalah privasi mereka. Namun ibarat darah dalam daging, pedihnya perpisahan terasa begitu membekas di hati. Tuhan tahu, saya korbankan begitu banyak kepentingan pribadi untuk melihat mereka bahagia meski harus menunda kebahagiaan saya sendiri.

Bergegas saya menuju kamar mandi. Berkaca-kaca mata ini ketika melihat mainan ikan-ikan plastik masih ada di bak mandinya. Yah, itu mainan Romi. Lemari besar di kamarnya masih berisi baju-bajunya, mainan-mainannya dan tumpukan selimut selimut lucu khas balita. Semua masih tersusun rapih. Di sudut kamar terlihat beberapa tumpukan barang tidak terpakai. Sumpah, saya enggan menjamahnya. Saya biarkan semua tetap seperti itu, karena membukanya sama saja dengan menuai kenangan lama.

Sungguh, saya benci perpisahan. Saya benci jarak. Saya benci keluarga yang semuanya tidak pernah ada dalam satu pulau bahkan satu negara. Tapi saya tidak bisa membenci semua yang sudah ditakdirkan Tuhan. Saya tidak bisa pergi dari masa lalu saya, masa lalu kami. Saya berusaha berdamai dengan keadaan. Mungkin memang saya harus pergi, meninggalkan rumah cinta masa kecil ini, untuk memahami arti hidup, untuk mengerti arti perjuangan, untuk meresapi makna cinta yang sebenarnya. 

Dan sore ini…saya membiarkan semuanya tertinggal seperti dulu. Agar selalu ada rindu untuk kembali.

 

 

 

 

 

Hits: 2228

Kali ketiga berkunjung ke Arizona, saya masih mengira salah satu negara bagian Amerika Serikat ini super gersang dengan perubahan suhu yang sangat signifikan antara musim panas dan musim dingin. Ternyata anggapan saya iitu salah. Februari lalu saya menyambangi Prescott, sebuah kota kecil yang ditempuh sekitar 2 jam dari Phoenix, ibukota Arizona. Kota ini menyimpan banyak keindahan dengan cuaca yang berbeda dibandingkan kota-kota lain di Arizona. Jika kota-kota lain tidak bersalju, Prescott bersalju pada musim dingin meskipun sebagian besar daerahnya tandus bak gurun. Ketika saya kesana, musim dingin seharusnya sudah berakhir, tapi masih cukup dingin. Buat saya -yang sama AC saja, alergi bentol-bentol- cukup menyiksa. Lumayan loh, bisa dibawah nol derajat di pagi hari dan paling tinggi sekitar 15 derajat di siang hari. Brrr,…gak asyik banget rasanya harus pake kaus kaki plus kaus tangan kemana-mana. Namun ada jajaran pohon-pohon yang daunnya habis dan menunggu bertunas kembali, yang membuat kota ini menjadi cantik

IMG-20170208-WA0012
dari puncak kota

Prescott dipenuhi lokasi-lokasi teduh dengan pepohonan, bangunan heritage dan jalan-jalan cantik yang memesona. Karena konturnya perbukitan, kota ini seperti gurun yang bertingkat-tingkat. Dari beberapa puncak bukit kita bisa memandang seluruh penjuru kota. Prescott juga dikenal sebagai salah satu kota tertua di Arizona, Hampir tidak ada bangunan tinggi disini, seluruh pusat kota dipenuhi gedung-gedung tua yang tetap terawat dan berfungsi dengan baik, bahkan ada hotel tua dengan lift dari abad ke 18 yang persis seperti kerangkeng besi. 

kota

alun alun

Tante Lina, tuan rumah yang menjamu saya selama disana bilang; tempat yang wajib didatangi di Prescott adalah museum. Iya, museum! Wisata yang buat sebagian besar orang kita tidak umum. Kalau umum, mungkin Museum Nasional tidak pernah sepi. Yeekaan? Nah, dari sekitar 10 museum yang ada di Prescott, Sharlott Hall Museum adalah yang paling direkomendasikan. Museum ini adalah peninggalan rumah Gubernur Arizona dan pusat pemerintahan Arizona State pada abad ke 19  yang didirikan di 1928 oleh Sharlott Hall seorang politisi wanita pertama di Arizona.

museum1

“Where are you come from?” tanya petugas museum dengan ramah saat saya membubuhkan tanda tangan di buku tamu. Perempuan berusia sekitar 50an tahun itu, sedikit mengernyitkan dahi ketika saya menulis : INDONESIA (dengan bangga pasti!). Sesaat kemudian dia tersenyum kembali. Mungkin saja dia tidak tahu Indonesia dimana, atau  bisa jadi belum ada orang Indonesia lain selain saya yang kesini. Ah, GR.. Eh, pasti ada sih ..tapi yang mengisi buku tamu, sepertinya memang cuma saya! Hahahah.. 

buku tamu

 

Kemudian saya terkagum-kagum sendiri, menyaksikan bagaimana rumah pribadi yang digunakan di sekitar 100an tahun lalu menjadi begitu menarik. Kalau sering nonton film-film Amerika berlatar belakang abad 18-19, ya kira-kira begitulah barang-barang yang dipamerkan. Tempat tidur antik di kamar dengan gorden berenda-renda, jas pria lengkap dengan wig yang bergelung-gelung pirang, longdress wanita dengan rok lebar bergelembung -yang mungkin kalau dipakai sekarang sangat ribet-. Bahkan seisi perabot rumah pun menjadi pajangan yang menarik. Dapur dengan alat masak kuno, ruang tamu dengan furniture beraroma mistis hingga ornamen-ornamen dekorasi rumah yang kini pasti sudah jarang kita temui.

Sharlott Hall juga memiliki bangunan-bangunan terpisah yang berisi sejarah Arizona. Negara bagian yang berbatasan langsung dengan Meksiko ini, sarat cerita tentang pembaruan antara orang native Amerika (suku Indian), bangsa Meksiko dan para kulit putih sendiri. Milestone-milestone perkembangan Arizona sebagai negara bagian USA yang ke-50 juga tertata sangat apik. Bikin betah, tambah wawasan dan  sama sekali tidak membosankan.

museum8

museum7

Spot kedua yang saya kunjungi adalah Historical Boulevard (HB) atau Historic Distric. Jalanan sepanjang tidak lebih dari 2 km ini menjadi salah satu atraksi turis unggulan di Prescott. Masih dalam tema kota antik, HB dipenuhi rumah-rumah kuno yang berjajar rapih dan semuanya berpenghuni. Rumah-rumah tua ini tetap didiami pemiliknya, tapi dikembangkan menjadi obyek wisata oleh pemerintah. Rumahnya lucu-lucu, dari model rumah bak kastil jaman dulu hingga rumah drakula pun ada.

HD

Baiknya lagi, para penghuninya sadar bahwa kediaman mereka menjadi tontonan dan menganggap itu sudah jadi bagian dari keseharian mereka. Jadi tidak bakal ada yang marah kalau kita foto-foto di halaman rumahnya. Bahkan jika beruntung, kita akan ketemu pemilik yang dengan ramah menyilakan masuk ke dalam rumahnya. Wow!

HD1

HD4

Siang itu suhu cukup dingin untuk ukuran orang kita, sekitar 15 derajat celcius. Tapi keunikan, keindahan dan keramahan Prescott  membuat saya yakin, akan kembali lagi kesini suatu saat nanti 🙂

 

 

 

Hits: 2616

Sebenernya sih, saya ini bukan “perempuan perempuan” banget yang doyan nongkrong di salon, kemana-mana bawa catokan rambut, satu set peralatan make up komplit dan punya jadwal rutin meni pedi. Namun biar bagaimana pun, tetep yang namanya perempuan menjaga kebersihan diri itu wajib hukumnya, Bukan buat siapa-siapa, tapi terutama untuk kenyamanan diri sendiri. Nah, soal perawatan diri itu umumnya sulit dilakukan saat kita sedang traveling. Tapi bukan berarti tidak mungkin loh, tetap harus disempatkan, agar kalau pulang dari jalan-jalan tidak ada masalah yang terjadi dengan kulit. 

Bagi saya- traveling apalagi yang lebih dari tiga hari, harus diusahakan membawa keperluan se-efisien mungkin termasuk perlengkapan mandi. Tidak perlulah membawa seluruh isi kamar mandi di rumah. Nanti jadinya kayak pindah rumah dong! Karena saya orangnya anti rempong, seringnya kebutuhan yang saya bawa pun harus multifungsi. Salah satunya sabun sekalian lulur yang aman dipakai setiap hari. Eh, beneran ada? Ada dong…namanya Purbasari Lulur Mandi Green Tea! Satu-satunya lulur mandi yang baik dipakai setiap hari. Kemasannya juga praktis karena ada yang kecil, jadi pas deh buat di koper atau ransel.

Purbasari4

Kebanyakan traveling saya memang outdoor, lulur mandi purbasari ini pas banget fungsinya. Bahan-bahan alami yang terkandung di dalamnya akan melindungi kulit sepanjang hari. Panas-panasan di bawah matahari gak perlu takut-takut amat, karena lulur sekaligus sabun mandi ini bisa melindungi kulit dari efek buruk sinar matahari.  Kandungan antioksidan dan vitamin E-nya, membuat kita gak perlu repot membawa tambahan “perlengkapan perang” lain saat traveling.

Bulan lalu, saya sempat ke Kupang untuk sebuah pekerjaan. Suhu di Kupang saat itu, panasnya minta ampun. Ibarat ada lebih dari satu matahari di satu tempat. Tapi godaan untuk main ke pantai-pantainya yang cantik tentu saja tidak bisa saya hindari. Beruntung kami menginap di hotel yang cukup layak, jadi sepulang beraktivitas saya masih bisa mandi dengan Purbasari Lulur Mandi. Kebayang gak sih pas capek-capek abis kepanasan, ngadem sambil luluran?! Really Priceless! Tidak perlu ada waktu khusus untuk perawatan, tidak perlu repot-repot cari spa atau salon. Traveling bisa tetap cantik, anti kumel dan lusuh meski cuaca terik dan penuh debu.

Purbasari-Green-Tea-1000x638

Oya, meski saya berhijab yang artinya sering menggunakan baju tertutup, tetap dong saat kondisi begitu kulit harus diperhatikan. Secuek-cueknya kalian, kalau masih merasa perempuan pasti akan timbul rasa khawatir jika berada dalam cuaca yang ekstrim. Meski selalu tertutup, perawatan dari dalam masih wajib hukumnya. Nah, kandungan Double Antioksdan yang dimiliki dari Ekstrak Green Tea dan Vitamin E di Purbasari lulur mandi ini membantu mencegah kulit kusam, penangkal radikal bebas dan polusi serta mencegah penuaan dini. Jadi jangan menunggu kulit bermasalah baru kita cari solusinya.

purbassari

Tidak kalah penting adalah Purbasari lulur mandi green tea ini distribusinya sudah hampir tersebar merata. Di berbagai supermarket maupun toko online pasti ada yang jualan. Ada dua jenis ukuran yaitu 125gram dan 235gram, tentu saja dengan harga yang gak bikin bangkrut. Ukuran 125 gram harganya cuma Rp10000, dan ukuran 235 gram harganya hanya Rp13000.

Sudahlah manfaatnya segitu banyak, harganya juga segitu mendukung.Kalau males kemana-mana, bisa juga beli online di Tokopedia atau Lazada. Tinggal duduk cantik di rumah, lulur mandi purbasari akan segera tiba. Oya, kalau saat jalan-jalan saja kita bisa leluasa menggunakan Purbasari, apalagi kalau sedang tidak kemana-mana kan? Pokoknya, Purbasari Lulur Mandi Green Tea harus jadi sahabat cewek kapan pun, dimana pun!

 

 

Hits: 835

Rumah berhalaman tak seberapa luas itu, terletak di kompleks perumahan yang sempit. Jika tidak ada deretan kendaraan terparkir di depannya, mungkin orang tidak pernah tahu, bahwa di dalamnya ada kesibukan yang mempengaruhi lajunya pemerintahan Kabupaten Pohuwato. Inilah kantor Tatiye.Net, rumah bagi sekelompok anak muda asli Gorontalo yang terobsesi membantu pemerintah lokal membangun berbagai aplikasi untuk mengefisienkan berbagai proses pelayanan publik di Pohuwato. 

***

Dua minggu sebelumnya, ketika diminta memberi usulan tagline kampanye digital Kabupaten Pohuwato, kami cukup berpikir keras. Terus terang, saya sendiri belum banyak mengenal kabupaten ini. Selain karena posisinya nun jauh di luar Jawa juga pemberitaan nasional yang masih minim tentang kabupaten yang baru berusia 14 tahun ini. Setelah membongkar-bongkar beberapa referensi, melakukan riset kecil-kecilan ditambah dengan informasi dari pihak internal sendiri, akhirnya kami pun mengusulkan : Pohuwato Goes Digital.

Kenapa sampai dipilih rangkaian kata berbahasa Inggris tersebut, tidak lain karena ingin menunjukkan positioning Pohuwato sebagai kabupaten yang sudah menjadikan teknologi bagian penting dalam tata pemerintahan dan pelayanan pada masyarakat. Pohuwato Goes Digital juga mengindikasikan bahwa kabupaten ini terus berbenah dan bergerak mewujudkan digitalisasi pemerintahan. Sempat terpikir beberapa kata seperti Smart City, Digital City, namun sepertinya kurang pas karena sudah digunakan oleh banyak daerah di Indonesia. 

Pohuwato Goes Digital

Terus terang, ada rasa penasaran juga, apa betul kabupaten yang beribukota Marisa ini sudah pantas disebut kota digital. Hingga tiba hari kami sampai Gorontalo, semuanya terjawab. Waktu tempuh kurang lebih tiga jam dari Bandara Jalaludin menjadi tidak terasa, karena sepanjang jalan kita disuguhi pemandangan pegunungan yang berpadu dengan alam pesisir. Kontur jalan yang berkelok, berliku dan mendaki membuat perjalanannya seperti sebuah tantangan tersendiri.

***

Akhirnya saya paham, di rumah kecil itulah semua teknologi yang digunakan di Pohuwato digodok. Kami berbincang santai dengan para pengelola Tatiye.Net. Raut wajah penuh semangat, melek teknologi dan bersahabat menyambut kami. Mereka menyadari masalah paling mendasar dalam mewujudkan kota digital adalah ketersediaan informasi. Oleh karena itulah, pengembangan portal yang khusus mengangkat aktivitas pemerintah, informasi layanan publik dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan menjadi sangat krusial. Kami  lalu ditunjukkan portal Pohuwatokab.go.id sebagai sentra informasi publik kabupaten Pohuwato. Portal ini diperbaharui tiap hari, mau tau apa saja tentang Pohuwato, bisa dicari disini. 

Portal Pohuwato
Portal Pohuwato

Wah, ternyata rumah yang dari depan terlihat biasa saja itu penuh dengan komputer canggih lengkap dengan server sendiri. Disinilah semua informasi tentang Pohuwato diramu dan dikelola.

Dibawah kepemimpinan Bapak Bupati Haji Syarif Mbuinga, S.Pd,MM, Pohuwato tidak main-main mewujudkan mimpi sejajar dengan daerah daerah lain di Indonesia yang sudah lebih dulu tergantung pada teknologi. Bagi Pak Bupati, teknologi adalah keniscayaan di era open and clean goverment saat ini. Tidak mengadopsi teknologi bukan saja berarti ketertinggalan tetapi sama saja dengan tidak membangun.

Bersama Tim Tatiye.Net
Bersama Tim Tatiye.Net
Bersama Bapak Bupati Pohuwato
Bersama Bapak Bupati Pohuwato

Menuju Digitalisme

Optimisme Pahuwato dimulai dari beberapa aplikasi yang kini telah dijalankan untuk melayani masyarakat. Contoh RSUD Buni Panua meluncurkan aplikasi tentang ketersedian fasilitas mulai dari jumlah kamar, jumlah pasien saat ini, jadwal dokter dan lain-lain yang semuanya terintegrasi dengan portal Pohuwato. Tidak kalah Perpustakaan Daerah mulai menggembangkan aplikasi sendiri, agar lebih banyak masyarakat yang mau berkunjung ke perpustakaan. Sementara kantor arsip daerah juga sudah mulai mendigitalkan dokumen-dokumennya. Ada lagi Laporan kemajuan pembangunan Pohuwato juga telah dirintis dalam format digital melalui Aplikasi Elektronik Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (e-LPPD). 

Tatiye.Net kini juga tengah mengembangkan aplikasi pelayanan satu pintu dibawah ownership Dinas Penanaman Modal. Sama seperti daerah-daerah lain, Pohuwato menyadari pentingnya investasi baru di daerahnya. Karena itu, kemudahan perijinan bagi calon investor baru, mutlak hukumnya. Tentu saja dikembangkan juga aplikasi-aplikasi umum yang diwajibkan Pemerintah Pusat seperti e-planning, e-musrenbang dan e-procurement. 

Aplikasi informasi layanan RSUD
Aplikasi informasi layanan RSUD

Terobosan yang paling menarik adalah mengembangkan website untuk setiap desa. Jika selama ini informasi desa hanya terpusat di Kantor Kelurahan atau Balai Desa, kini Pohuwato pelan-pelan mengedukasi setiap desa menjadi tidak gagap teknologi. Nantinya sekitar 70 desa yang tersebar di 13 kecamatan dapat dipantau secara online dari pusat pemerintahan. Tanpa menghilangkan nilai-nilai luhur tradisional dan khas pedesaan, teknologi digital diharapkan bisa memperlancar pelayanan bagi masyarakat di pedesaan.

 Anak Muda Kreatif dan Potensi Wisata

Tiga hari di Pohuwato membuat saya makin sadar bahwa Indonesia ini kaya dan sangat indah.  Pohuwato dikelingi pantai dan gunung yang menawan, budaya yang unik perpaduan berbagai suku, makanan-makanan lokal yang lezat tiada tara (nanti saya akan tulis terpisah tentang kuliner Pohuwato), infrastruktur yang sudah mendukung dan masyarakat yang ramah dan terbuka terhadap pendatang.  Sungguh itu merupakan sebuah kemewahan untuk yang bernilai jual. Sayang, kadang kita memang suka lupa kalau rumah sendiri kaya potensi yang wajib dikenalkan ke dunia di luar sana.

Di satu sisi, ternyata Pohuwato penuh dengan generasi millenium yang tumbuh berdampingan dengan internet dan sosial media. Kami sempat melakukan diskusi kecil di sebuah cafe yang cozy di sudut Kota Marisa. Saya kagum, tidak sedikit dari mereka yang sudah merintis bisnis online, menulis buku, membuka cafe dengan promosi online bahkan menjadi fotografer. Borderless world karena hadirnya internet membuat anak-anak muda itu mampu menciptakan sendiri lapangan pekerjaannya.  Ternyata bukan cuma anak-anak di kota besar loh, yang bisa merintis start up! Nah, keeksisan para generasi kekinian itu tentu saja bisa dimanfaatkan untuk menunjang promosi pariwisata lokal.

DIskusi di Warong Inspirasi
Diskusi di Warong Inspirasi

phg2

 

Saya percaya, duta wisata terbaik sebuah daerah itu, bukan orang yang dipilih melalui kompetisi tapi justru kita-kita sendiri yang hidup di dalamnya.

Dan mereka yang kami temui malam ini bisa jadi pionirnya. Dengan kekuatan jaringan sosial media mereka, sangat mungkin Pohuwato akan menjadi salah satu destinasi unggulan pariwisata Gorontalo. 

Pemerintah Kabupaten Pohuwato memang masih punya banyak pekerjaan rumah dan lika-liku tantangan. Tapi semangat dan upaya mereka patut diacungi jempol. Perlahan tapi pasti, pantas kan disebut Pohuwato Goes Digital?!

Hits: 1394

Adakah cinta pada pandangan pertama? Dulu saya yakin 100% itu tidak ada. Bagi saya cinta itu merupakan sebuah rangkaian, bagaimana bisa suka apalagi cinta kalau cuma melihat sekelebat. Menurut saya, cinta pada pandangan pertama hanya merupakan proses visual sementara cinta sebenarnya  perlu “bukan hanya sekedar apa yang kelihatan oleh mata” Ok, ok..jangan di-argue ya.. kan semua orang sah sah saja memiliki pendapat yang berbeda.

Gara-gara baca buku dan nonton film Critical Eleven, opini saya tadi tiba-tiba sedikit berubah. Kata buku itu, dalam dunia penerbangan, ada istilah critical eleven yaitu sebelas menit paling kritis di dalam pesawat – tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing. Alasannya, secara statistik 80% kecelakaan pesawat terjadi dalam rentang waktu sebelas menit tersebut. Ternyata itu bisa dianalogikan pula dengan pertemuan kita dengan seseorang. Tiga menit pertama merupakan titik kritis, karena disitulah kesan pertama terbentuk. Kemudian ada delapan menit sebelum berpisah, dimana ekspresi dan sikap orang tersebut akan jadi pertanda apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah merupakan pertemuan yang pertama dan terakhir.

Saya tidak akan menganalogikan 11 menit pada pertemuan dengan seseorang merupakan pertanda dari ada tidaknya cinta pada pandangan pertama. Bukan! Beneran bukan! Tapi saya mencoba menarik benang merah dari pengalaman jatuh cinta saya sampai akhirnya nekad (baca: iseng) menulis artikel ini . Ciyeee.

Jadi gini, bagi saya cinta pada pandangan pertama itu ibarat sebuah kebohongan besar. Tapi saya (mungkin juga kamu) sering lupa bahwa selalu ada kesan yang terbentuk dari pertemuan pertama.

Tidak selalu kesan yang manis, imut, lucu, baik, ganteng, sopan, menarik atau apalah yang bagus-bagus lainnya. Bisa juga kesan, seperti “duh, ini cowok jutek amat jadi laki” atau “hmm…gak banget deh nih orang”, atau “yah, kayaknya oke juga nih orang, tapi kok tengil banget mentang-mentang keren”.

Persepti seperti itu tanpa sadar tersimpan di kepala hingga cukup lama, meskipun mungkin beberapa waktu setelah itu, tidak lagi bertemu orang yang dimaksud. Eh, tapi siapa sangka kesan-kesan itu akhirnya nempel di memori otak dan melahirkan “kekuatan” tersendiri yang bisa jadi justru membuat kita ingin mengenal dia lebih jauh. Kemudian semua berjalan begitu saja, ada dorongan yang secara biologis memancing hormon-hormon untuk bergerak ke arah yang lebih jauh. Menurut saya, itu adalah “chemistry” yang memang sudah Tuhan ciptakan buat kita. Jangan dibantah, itu takdir!

love-at-first-sight_100286346

Pada pertemuan pertama, syaraf-syaraf otak sudah bergerak menumbuhkan rasa “ketertarikan”, makanya ada kesan tercipta otomotis. Ingat, “ketertarikan disini tidak seujug-ujug berarti: “I want to stay with you”. Sederhananya begini; kalau kita sampai bisa menyimpulkan karakter orang yang kita jumpai hanya dalam beberapa menit saja, artinya otak bekerja lebih keras mencari sesuatu tentang dirinya dalam waktu yang singkat itu. Nah, otak yang bekerja lebih keras tadi, sejatinya memang pertanda yang semesta kirim ke kita. Kamu percaya kan, kita terkadang memang tidak bisa memilih dengan siapa kita harus jatuh cinta? #uhuy. Kalau alam tidak memberikan sinyal, artinya otak juga diem-diem aja makan gaji buta dan akhirnya kita cuma bisa bilang: Ah, biasa saja atau hmm, standar aja nih orang, dan atau sejenisnya.

Memang kesimpulan dari kesan tadi, sifatnya sangat prematur, tapi itulah yang menjadi bekal kita untuk melangkah ke depan. Misal kesan pertama tentang dia adalah : memang jutek orangnya, memang tengil, memang cuek. Eh, ternyata itulah sisi-sisi dari dirinya yang membuat kita tanpa sadar (TANPA SADAR) memberinya ruangan dalam memori kita yang kemudian bisa tumbuh dan berkembang jadi cinta. Eh…ini beneran, coba kalian cek lagi pengalaman pribadi masing-masing. Atau yang lebih ekstrim, kita mungkin bisa total benci maksimal sama seseorang, ini bisa jadi lebih gawat. Kata orang, jangan terlalu benci nanti jadinya suka. Bener banget sih, soalnya benci dan suka kan bedanya tipis banget. Setipis kain kelambu. Hehehe..

Hmm, kok saya bisa-biasanya sok biologis bin psikologis ngomong begini ya? Tapi percayalah: nothing beat experiences. Orang-orang yang pernah mengisi hati saya (#eaaa) semuanya adalah mereka yang SELURUHNYA tidak memberi kesan menyenangkan saat pertemuan pertama. Dan saya juga percaya, sebagian besar dari kita pasti mengingat pertemuan pertama dengan orang-orang yang pernah (atau masih ada di hati). Mau langsung suka, atau tidak suka, semuanya selalu tersimpan rapih di memori masing-masing. Iya, kan? Dan harus diakui sebenarnya itu adalah asal muasal cinta. Iya, kan?

So, do you believe in love at first sight?

Hits: 2552

Seorang putri cantik dari Negeri Johor tiba-tiba hilang saat bermain di tepi pantai. Tak ayal, Sang Raja memerintahkan pasukannya untuk mencari sang putri tercinta. Namun yang menemukan putri itu, justru seorang Pangeran asal Makassar yang akhirnya menikahinya. Mereka lalu hidup dan beranak pinak di tengah lautan dan kemudian dianggap sebagai nenek moyang suku Bajo.

Konon legenda tadi hanya salah satu penggalan cerita asal muasal Suku Bajo. Banyak sekali kisah-kisah lain yang tercetus tentang sejarah suku terapung ini. Ada pula yang menyebut asalnya dari Filipina, karena di perairan negara ini ditemukan beberapa titik pemukiman mereka. Namun di Indonesia, setidaknya mereka ada di Torosiaje (Gorontalo), Jambi, Wakatobi (Sultra) dan Berau (Kaltim). Karena asal muasal mereka yang sedikit simpang siur, wajar saja jika ada yang bilang ini adalah bagian sejarah yang hilang.

Team Kamadigital.com
Team Kamadigital.com

Dilanda rasa penasaran akan cerita Putri Johor itulah perjalanan kami dilakukan. Siang itu perahu bermesin kecil yang mengantarkan kami ke Torosiaje, sudah menunggu cukup lama di satu-satunya darmaga menuju desa ini. Entah ini kali keberapa saya bersampan melewati hutan mangrove yang memenuhi sisi darmaga. Bedanya, kali ini sama sekali bukan menuju daratan, melainkan perkampungan di atas laut. Sesaat lagi semua lelah akan terbayar setelah menempuh penerbangan sekitar 3 jam dari Jakarta dilanjutkan 3 jam perjalanan darat dari Marisa (Ibukota Kabupaten Pohuwato) dan terakhir menyeberang laut sekitar 10 menit. 

blog4

Kapal kecil kami dikemudikan oleh Pak Sunaryo. Ia mengantar kami dengan ramah hingga penginapan yang posisinya tepat di ujung desa.”Namanya kok “Kejawa-jawaan” ya?” pikir saya. Ternyata pemukiman Suku Bajo di Torasiaje ini sering disebut Bajo modern, salah satunya karena sudah banyak orang Bajo yang menikah dengan suku lain kemudian ikut menetap disini. Tidak heran jika 1300 penduduk disini ada yang berasal dari Jawa, Bugis, Makassar bahkan keturunan Tionghoa.

IMG20170505100904

Sepanjang jalan, sekilas seperti kampung biasa dengan aktivitas warga sehari-hari. Bedanya, jelas tidak ada daratan disini. Seluruh kampung dihubungkan dengan jembatan-jembatan kayu yang kokoh yang dinamakan kayu gopasa batu. Di setiap rumah terparkir pula satu dua perahu sebagai kendaaraan pribadi setiap keluarga. Beberapa rumah dicat warna warni menambah obyek foto kami. Laut di bawah rumah-rumah itu tampak begitu jernih. Banyak penduduk yang membuat keramba di depan atau samping rumah. Di satu sudut sekelompok anak muda sedang nongkrong santai tanpa kopi berlogo kepala hijau. Di sudut lain, beberapa ibu-ibu asyik mengobrol sambil membawa balitanya, sementara dua orang ibu lain sibuk menjajakan kue-kue kecil seharga seribu rupiah saja kepada kami. Riak bersahabat terpancar di wajah mereka yang  paham betul bahwa kampung ini sudah menjadi  tujuan wisata utama Pohuwato.

blog5
pic by @suryadi.sulthan
blog6
pic by @suryadi.sulthan

Tiba-tiba seorang anak berseragam sekolah dengan santai melintas dengan perahu kecilnya. Latar belakang langit biru, dengan laut jernih Toroasiaje membuat peristiwa itu menjadi begitu memesona. Kata Pak Jackson Sompat, Kepala Desa yang akrab dipanggil Ayah, satu dekade terakhir pendidikan sudah menjadi prioritas bagi warga Torosiaje. Mereka sudah punya sekolah dari tingkat TK hingga SLTP yang juga terapung. Beberapa fasilitas umum pun mulai dibangun. Bahkan jaringan air bersih sudah mulai masuk sejak beberapa tahun lalu. Satu hal yang mungkin masih perlu pembenahan adalah masalah sampah rumah tangga. Namun walau belum optimal tetap saja kampung ini bersih dan nyaman. Masyarakat Bajo yang hidup turun temurun di laut tahu betul bagaimana menjaga lautnya. Sebagai nelayan, mereka juga memegang teguh prinsip 3P dalam melaut; Pukat, Pancing dan Panah adalah alat alat yang digunakan dalam mencari ikan. Pantang bagi mereka menggunakan alat tangkap yang dapat merusak lingkungan. 

 

pic by @suryadi.sulthan
pic by @suryadi.sulthan

blog3

Sambil menikmati hidangan ikan goreng, ikan bumbu kuning lengkap dengan sambal pedas nikmat ala Gorontalo, kami berbincang dengan Pak Akbar pemilik rumah makan asal Makassar dan Pak Faldi Pakaya, Sekretaris Desa orang asli  Torosiaje. Mereka bertutur, Suku Bajo hidup harmonis di tengah lautan, nilai-nilai Islami mereka jalankan dengan taat. Tidak ada kawula muda yang boleh keluar lebih dari jam 10 malam. Jangan dikira sanksinya ringan, loh. Dua orang remaja lawan jenis yang kedapatan masih berdua di atas jam itu, harus dinikahkan. Nah loh! Belum lagi ada larangan untuk melaut di hari Jumat. Konon, barang siapa yang melanggar bisa tertimpa malapetaka di laut. Mungkin  saja ini secara tidak langsung dimaksudkan agar Bapak-Bapak nelayan dapat khusuk beribadah di hari yang sakral itu. Setiap tahun mereka juga melakukan Masaro, sebuah ritual tolak bala dan bentuk rasa bersyukur atas karunia laut yang menghidupi mereka.

pic by @suryadi.sulthan
pic by @suryadi.sulthan

Ketika sore mulai turun, kami beringsut mencari tempat terbaik untuk menikmati sunset. Seorang Ibu dengan ramah mempersilakan untuk menunggu perginya matahari dari dapur belakang rumahnya. Pandangan mata bebas lepas seperti lautan di depan sana.

Kemudian Senja turun pelan-pelan, air laut tetap tanpa riak. Semburat jingga, biru berpendar dengan perginya cahaya. Mungkin ini adalah salah satu senja terbaik saya. Pagi esok, saya akan bangun menyongsong kembalinya matahari. Karena hanya matahari yang PASTI menepati janji untuk terbit di pagi hari

 

Hits: 1928

Menuju ke Kawasan Lilifuk, benar-benar seperti menonton acara TV My Trip My Adventure. Lokasinya memang tidak terlalu jauh dari pusat Desa Kuanheun, jalanannya pun sudah cukup baik, tapi lumayan menantang buat yang mau kesini. Dari tepi jalan raya, masih perlu jalan kaki ke lokasi sekitar 700 meter. Kalau mau lebih cihuy bisa jalan kaki sekitar 3 km dari pusat desa.

Kontur tanah berbatu karang tajam yang harus dilewati membuat langkah pun menjadi lebih hati-hati. Di tanah gersang itu, terlihat hamparan tanaman kacang tanah dan jagung yang tidak terlalu terawat. Dua jenis tanaman ini, adalah yang paling mampu bertahan di iklim Kupang yang sangat panas.  Siang itu saja, walau masih di musim penghujan, cuacanya cukup terik. “Tapi ini cukup bersahabat, kok”, kata Pak Desa (sebutan untuk Kepala Desa) yang ikut menemani kami. Bahkan katanya ini belum apa-apa dibandingkan musim kemarau disekitar pertengahan tahun. “Saking panasnya, wajah-wajah orang sini juga bisa ikut kering”, lanjutnya sambil bercanda. Meski berpeluh keringat, langit Nusa Tenggara yang biru tanpa asap polusi dengan awan putih berarak dan pemandangan lautan di ujung mata membuat semua tetap menyenangkan.

menuju Lilifuk
menuju Lilifuk

“Panen ikan di lilifuk dilakukan dua kali dalam setahun, biasanya bulan Juni dan Desember”, ujar Pak Desa kembali. Memang, pertama kali menjejakkan kaki di desa ini, Ia sudah menawari saya dan teman-teman untuk melihat kolam Lilifuk, kebijakan lokal masyarakat Desa Kuanheun. Cerita punya cerita, ternyata Lilifuk adalah tradisi menjaga alam khususnya laut dan ikan-ikannya yang sudah dimulai sejak tahun 1940an. 

Intinya begini: Lilifuk adalah kolam air laut raksasa yang dibentuk dengan cara menutup satu kawasan laut selama 6 bulan- 1 tahun. Selama masa itu, ribuan ekor ikan dibiarkan berkembang biak bebas tanpa diganggu populasinya. Pada saat ditutup, tidak boleh dilakukan penangkapan ikan di daerah tersebut baik oleh masyarakat setempat ataupun orang luar, Bagi yang melanggar akan dikenakan sanksi adat seperti denda berupa uang atau hewan (babi dan kambing).

Saat panen, kolam Lilifuk dibuka satu hari penuh dimulai saat surut terjauh sekitar pukul 4 pagi. Seluruh penduduk bahkan masyarakat luar desa bisa datang untuk mengambil ikan sepuasnya. Saking banyaknya ikan, kita bahkan tidak memerlukan alat bantu yang canggih untuk menangkap ikan-ikan itu. Bijaknya lagi, masyarakat tidak diperkenankan untuk menggunakan alat tangkap yang merusak lingkungan, cukup menggunakan serok saja.

Keunikan lain, sehari sebelum panen dan saat pembukaan biasanya dilakukan upacara adat lengkap dengan doa dan tari-tarian dan penyembelihan hewan untuk  dimakan bersama-sama.

Wah. sebagai mantan mahasiswa kelautan  yang kenyang dicekoki ilmu-ilmu tentang perikanan, saya terkagum-kagum sendiri, ternyata masyarakat disini sudah memikirkan kelestarian alam jauh sebelum berbagai kampanye lingkungan menggempur kita.

Mereka sudah memikirkan pola konservasi yang mengedepankan kekerabatan dimana hasil panennya dinikmati bersama. Kegiatan ini juga diikuti upacara dan ritual sebagai wujud rasa spiritual yang dalam kepada Pencipta. Hmm dulu, mungkin di kuliah dulu, saya tidak belajar sampai sejauh itu. 

Ngobrol dengan Pak Desa  di tepi Lilifuk
Ngobrol dengan Pak Desa di tepi Lilifuk

Lilifuk kini sudah banyak dikenal di masyarakat NTT. Tidak heran, saat panen banyak masyarakat luar Desa Kuanheun yang datang. Desa pun mengeluarkan kebijakan retribusi bagi pengunjung yang hasilnya menjadi pemasukan desa. Sayangnya, upacara ini belum sepenuhnya menjadi atraksi wisatawan. Dari bincang-bincang dengan Kepala Desa dan Kepala Adat, mereka belum sadar bahwa local wisdom ini dapat menjadi sebuah pertunjukan yang bisa dikemas dan dijual. Padahal, jika dikelola dengan baik, ritual ini dapat menghasilkan sumber pendapatan baru bagi desa Kuanheun.

Lokasi Desa Kuanheun yang hanya sekitar 25 km atau kurang lebih 40 menit dari Kota Kupang seharusnya dapat menjadi faktor pendukung datangnya para wisatawan.  Desa ini juga memiliki potensi pantai-pantai cantik nan perawan seperti Pantai Bali dan Pantai Asem yang bisa jadi obyek wisata pendamping. 

Menuju Pantai Asem
Menuju Pantai Asem
pantai bali
Pantai Bali

Nah, saya masih penasaran untuk kembali saat panen Lilifuk di bulan Juni atau akhir tahun ini. Namun, sepertinya, Desa Kuanheun perlu binaan dan sentuhan pihak ketiga agar kebiasan baik ini lebih dikenal dunia luar dan menjadi inspirasi bagi daerah-daerah pesisir lain.  Ada yang berminat membantu?

Hits: 1075

Jadi, mungkin kalian sudah banyak yang tahu bahwa Australia negara yang tak seberapa jauh dari kita itu adalah salah satu negara dengan biaya hidup termahal. Karena saya seringnya ke Amrik (numpang sombong dikit), saya berani bilang biaya hidup di Amrik dan Australia kurang lebih sama. Misal buat makan di USA paling ngirit deh sekitar 7 dollar USA (sekitar Rp90 ribuan), kalau mau murah sih emang sarapan di IKEA dengan makanan lumayan setingkat di atas fast food dan harganya di kisaran 3-5 dollar saja. Di Aussie, satu kali makan sekitar 5-10 dollar AUS. Tengah-tengah deh, ambil di kisaran 7 dollar  atau sekitar Rp70 ribuan. 

hostel1
Pintu Masuk YHA Melbourne

Nah, karena komponen jalan-jalan itu yang paling mahal biasanya makan dan penginapan, makanya dua item tersebut kalo bisa dihemat dengan tetap mengedepankan konsep kesejahteraan rakyat (alias gak susah-susah amat). Di Australia, salah satu cara menghemat adalah nginep di hostel. Wah, buat kalian yang biasa bobo di hotel yang nyaman dan penuh privasi, jangan khawatir…nginep di hostel di Australia sama sekali jauhhh dari kesan kumuh dan “miskin”. Sebagai perbandingan, saya pernah juga nge-hostel di Singapura dan Hongkong beberapa tahun lalu, dan menurut saya, fasilitas hostel di Australia, gak jauh beda dengan hotel bintang 3 di Singapura. Mungkin lebih. Hemmm..

hostel4

 

Dari tiga kota yang saya singgahi di Aussie (Sydney, Brisbane dan Melbourne), Desember 2016, tiga-tiganya saya dan teman-teman nginep di hostel. Hasil riset dan hunting kecil-kecilan, kita putuskan dengan beberapa pertimbangan seperti di bawah ini. Simak cerita dan tips-nya!

Lebih Efisien

Saya tidak tidak bilang lebih murah loh, tapi lokasi apartemen yang ada di pusat kota (down town) harus dipertimbangkan. Di Sydney dan Melbourne, saya menginap di YHA Hostel, sementara di Brisbane saya tidur manja di Brisbane Embassy. Posisi ketiganya hanya beberapa ratus meter dari Central Station. Moda transportasi yang paling nyaman, efektif dan efisien di tiga kota tersebut adalah kereta, dan memilih tempat menginap di tengah-tengah kota artinya menjangkau banyak stasiun. 

hostel2

Fasilitas Oke

Kebayang tidur di dormitori yang kumuh, berdesak-desakan dan bau? Yang saya temui di tiga kota di Australia tadi, jauh dari kesan itu. YHA Hostel tempat kami menginap di Sydney dan Melbourne adalah jaringan hostel internasional yang cabangnya tersebar hampir di seluruh dunia. Ada pantry yang bersih dan buat yang tinggal lama, bisa masak dan menyimpan stok makanan di kulkas-kulkas besar yang sudah tersedia. Kalau butuh, ya tinggal dimasak atau dipanasi di microwave. Ruang makannya juga nyaman bahkan ada tempat ngopi santai lengkap dengan balkon yang sangat cozy. Kamar mandi nya juga -meski di luar kamar-, kebersihannya sangat terawat. Air panas lancar dan hampir tidak ada antrian, karena di setiap lantai ada beberapa kamar mandi lengkap dengan toilet dan kaca-kaca besar untuk dandan :p. Plus ada kolam renang loh! Semua itu gratis! Wifi yang menjadi nyawa para traveler pun tersedia. Memang kalau di kamar, ada biaya tambahan. Tapi di ruang-ruang publik di hostel biasanya free.

hostel3
Lobby Nyaman
hostel5
ruang makan

Harga Bersaing

Yang ini nih, paling penting. Hasil googling, memang menunjukkan banyak hotel murah di Australia. Namun biasanya yang murah, punya nama beken dan pelayananannya standar, lokasinya agak jauh di pusat kota. Di dormitori yang saya sebutkan diatas, harga per malam per orang dalam 1 kamar dengan 4 bunk beds sekitar Rp400-500/ribu per orang. Mahal? Ah, gak juga. Kita memang bisa dapat yang lebih murah dan bentuknya hotel, tapi ya itu…posisinya rata-rata agak di pinggiran kota. Silakan saja pilih yang mana. Kalau saya sih tetap pilih di dormitori dengan fasilitas hotel tapi letaknya di tengah kota- yang artinya sangat menghemat biaya transportasi plus tentu saja waktu. Kenapa begitu? Yaa, sebagai orang kampung masuk kota, tempat-tempat eksotik nan instagram-able di Australia kebanyakan memang di seputaran kota. Lagian kita memang akan lebih banyak menghabiskan waktu di luar penginapan kan? Kalau memang ada rencana ke tempat wisata di pinggir atau luar kota, tetap mudah mendapatkan akses karena pusat kota adalah pusat transportasi. Gitu.

Desain yang Cozy

Awalnya saya berpikir, hostel umumnya akan minimal dari desain dan interior tak ubahnya seperti kamar kos atau paviliun. Ternyata gak loh.. Dari semua yang sempat saya singgahi, menurut saya yang desainnya paling oke adalah YHA Melbourne. Interiornya didandani dengan sangat kekinian dengan warna-warna cerah yang jauh dari kesan murahan. Para pencinta instagram pasti akan senang mendapatkan banyak sudut-sudut yang layak unggah begini. Kamarnya pun dibuat warna-warni. Pokoknya menyenangkan, inspiring dan bikin gak bosen! Note: ini beneran bukan iklan berbayar apalagi iklan layanan masyarakat.

desain toilet
desain toilet

hostel1

Tetap ada privasi

Mungkin ini yang jadi pertimbangan banyak orang, kenapa enggan tinggal di dormitori. Yes, kita akan ketemu banyak orang baru dari berbagai negara dengan culture dan kebiasaan yang berbeda. Kita gak bisa ketawa ngakak di kamar, atau kalau yang gabung dengan lawan jenis, kita gak bisa pake baju tidur yang seksi. Tapi menurut saya sih tidak demikian. Justru dengan tinggal di hostel, kita jadi belajar banyak cara menghargai privasi orang lain dan (mudah-mudahan) dengan bersikap baik, orang lain pun akan menghargai privasi kita. Nilai plusnya, disini kita bisa kenal teman baru dari berbagai negara dengan berbagai budaya dan kebiasaan yang harus kita maklumi. Kalau mau lebih nyaman, ya pergilah rame-rame bersama teman-teman dan semuanya nginap satu kamar.

Okay, kalau mau ke Aussie, ajak-ajak saya ya! Happy holiday!

Hits: 1194

Kembali dari Amerika bulan lalu, hal pertama yang ingin saya tulis di blog adalah tentang sebuah museum yang saya kunjungi di kota kecil bernama Prescott di negara bagian Arizona. Belum sempat nge-blog, minggu lalu saya bersama Kamadig Team diundang  oleh Bupati Purwakarta untuk melihat pagelaran air mancur terbesar dan termegah di Asia Tenggara  dan menyambangi museum-museum digital yang sangat serius dibangun oleh Pemda Purwakarta.

9548a4e6-b0bd-4cd9-970c-87f35fa5b2a2
Kamadigital.Com bersama Kang Dedi Mulyadi, Bupati Purwakarta

Yes, museum! Agak kaget juga ketika tahu, di kota kecil seperti Purwakarta ada museum berkonsep digital. Lebih kaget lagi ketika masuk ke dalamnya, saya harus bilang : INI SUMPAH KEREN BANGETTT!! Penataan cahaya, posisi display materi, dan keragaman platfom digital yang digunakan membuat saya makin berdecak kagum. Gak nyangka aja, museum begini ada Purwakarta (bukan di Jakarta yang ibukota negara).

SAMSUNG CAMERA PICTURES
Tampak depan Diorama Purwakarta

Museum pertama yang kami kunjungi adalah Bale Panyewangan Diorama Purwakarta. Museum ini menyajikan arsip-arsip budaya Sunda dan Purwakarta pada umumnya. Namun, jangan dibayangkan kita akan melihat deretan arsip dalam tumpukan kertas yang menjemukan. Sama sekali tidak! Semua materi disajikan dalam format yang menarik, digital dan berbeda-beda untuk setiap segmen/setiap ruangan.

museum15

Ada sembilan segmen di museum ini, diantaranya Bale Prabu Maharaja Linggabhuwana yang, menyajikan Sejarah Tatar Sunda, Bale Prabu Ningratwangi, menyajikan sejarah Purwakarta jaman Hindia Belanda dan Bale-bale lain yang memaparkan sejarah Sunda dan Purwakarta di berbagai masa revolusi.

Bagian pertama yang membuat kami terpukau adalah buku besar digital, yang bisa bersuara dan memunculkan video pada tiap halamannya. Buku ini memuat beberapa sejarah Sunda dan Purwakarta yang sangat  interaktif. Seru banget! Sisi-sisi lain yang juga ditampilkan interaktif adalah media busana adat sunda, yang bagian kepalanya sesuai degngan kepala orang yang terkena sensor di depannya, plus bisa joget! Tidak kalah menarik, ada juga foto digital bersama Pak Bupati yang juga bekerja dengan sensor. Saat kita bersiap di depan kamera, tiba-tiba sosok Pak Bupati pun muncul di tengah-tengah, mengajak berfoto bersama.  Sedikit komedi, tapi tetap keren!

museum3

SAMSUNG CAMERA PICTURES

Koleksi arsip yang disajikan di museum ini pun sangat lengkap, disusun dengan menarik dan jauh dari kesan membosankan. Banyak kata-kata bijak yang membangkitkan semangat dan nasionalisme di berbagai sudut. Berderet pula koleksi wayang golek yang kaya cerita dan tersimpan dalam ruang-ruang kaca yang berkesan mewah. Di bagian terakhir, ada platform sepeda ontel, yang jika dikayuh maka layar besar di depannya akan berpindah tempat. Persis seperti jalan-jalan pake sepeda biasanya. 

c0d0bbf8-e808-4b91-9e68-5b5ca5630c10

SAMSUNG CAMERA PICTURES

Nah, tidak jauh dari Diaroma Purwakarta baru saja dibangun Diorama Nusantara. Museum satu ini lebih seru lagi, kalau yang tadi hanya miniatur Tanah Sunda dan Purwakarta, Diorama Nusantara seolah menjadi miniatur Indonesia. Pasti akan lebih banyak kejutan disini! Museum ini sudah siap dibuka untuk umum, tinggal menunggu pembukaan secara resmi oleh Menteri Pariwisata RI. 

museum6

Selain dua museum itu, Purwakarta memang tengah berbenah menumbuhkan wisata kreatif di wilayahnya. Ada Museum Indung, Museum Ki Sunda, Diorama Islam Nusantara dan Galeri Wayang. Museum yang dianggap sebagian besar masyarakat kita sebagai wisata yang kurang populer, justru dikemas edukatif, menarik dan ramah untuk seluruh usia. Sering juga dilakukan pagelaran-pagelaran budaya baik berskala nasional maupun internasional. Semua itu tetap dengan mengedepankan budaya Sunda yang kental dengan kedamaian dan penuh cinta.

museum7

Kata sebuah riset, 60% wisatawan datang ke sebuah tempat yang tertarik akan budayanya. Kemudian disusul dengan keindahan alam, kuliner dan lain-lain. Hemm, sepertinya, Purwakarta sangat menyadari itu, lalu dibungkuslah wisata-wisata kreatif dengan balutan budaya Sunda. Patut jadi contoh daerah lain.

Ayo ke museum!

 

 

 

 

 

 

 

 

Hits: 1149

Would you like to eat, madam? We have chicken with rice and beef with potatos…

Belum sempat saya menjawab, pramugari cantik itu meralat: Oh, I think you’d better get moslem meal? We have that one too..

Ok, moslem meal, please ..

Saya tidak tahu ini makan malam, makan siang atau mungkin sarapan. Perpindahan waktu yang begitu cepat dari benua Amerika menuju benua Asia terkadang membuat disorientasi waktu terjadi. Jendela pesawat masih tertutup rapat, mungkin dimaksudkan agar penumpang juga tidak bingung ini siang atau malam. Karena masih kenyang, santapan itu tidak saya habiskan. Belum lagi moslem meal yang disajikan sangat otentik Timur Tengah lengkap dengan bumbu rempah menyengat dan porsi yang cukup besar.

IMG20170223032926

Saya mencoba memanjangkan kaki, mengurangi rasa pegal yang mulai menyerang. Lama dan sungguh perjalanan yang melelahkan. Layar monitor sekaligus pusat hiburan di depan saya menunjukkan masih tersisa 8 jam 40 menit lagi di perjalanan ini. Artinya baru kurang dari sepertiga periode terlalui dari total waktu 12 jam 45 menit penerbangan. Masih jauh, pikir saya. Namun setahun yang lalu saya pernah menempuh penerbangan selama 17 jam nonstop dari Los Angeles menuju Riyadh di Arab Saudi. Katanya itu adalah salah satu rute pesawat terpanjang di dunia. Jadi, perjalanan kali ini belum apa-apa dibandingkan tahun lalu.

Beberapa penumpang nampak masih menghabiskan hidangan, sementara para awak kabin mulai masih meneruskan melayani penumpang. Sesaat kemudian, lampu sabuk pengaman mendadak menyala. Kapten pilot meminta seluruh penumpang untuk kembali ke tempat duduknya. Saya masih santai, sesuatu yang sangat biasa terjadi di sebuah penerbangan. Tiba tiba seluruh awak pesawat berlari-lari kecil ke bagian belakang pesawat, menyusul pengumuman tambahan dari Kokpit, untuk menghentikan seluruh pelayanan karena turbulensi yang semakin kencang. 

Cepat-cepat saya menegakkan sandaran kursi, guncangan yang sangat keras membuat saya harus menutup laptop mini saya. Entah kenapa tiba-tiba kecemasan menelusup ke sendi sendi tubuh. Saya mencoba memejamkan mata, sembari kedua tangan berpegang kuat pada sandarannya. Guncangan kian kencang, terasa sekali pesawat terhempas ke bawah berkali kali. Untung saja masker oksigen belum meluncur dari posisinya. Tak berapa lama dari balik kemudi kapten pesawat memohon maaf atas ketidaknyamanan yang diprediksi akan berlangsung selama satu jam ke depan. “We do ensure that everything is under control”, ujarnya.

IMG20170224044729

Badan ini seperti membeku, entah berapa banyak doa yang tiba-tiba begitu saja meluncur. Dalam keremangan kabin, beberapa penumpang terlihat tegang, beberapa diantaranya masih tertidur atau berusaha tidur. Begitu saja termemori beberapa kejadian di kepala saya. Sepuluh tahun lalu dalam sebuah penerbangan Jakarta-Makassar, pesawat saya terpaksa mendarat di Bandara Ngurah Rai. Cuaca sangat buruk, membuat penerbangan tidak memungkinkan untuk dilanjutkan. Lima tahun lalu, pesawat saya menuju Aceh terpaksa kembali ke Jakarta, akibat ada salah satu bagian pesawat yang tidak berfungsi. Kami pun terpaksa mendarat di luar landasan pacu Bandara Soekarno Hatta, disambut puluhan pemadam kebakaran dan ambulans. Saya tidak ingat dengan pasti perasaan saya di dua peristiwa itu, namun kecemasannya mungkin tidak sekuat kali ini.

Turbulensi kian kencang. Entah kenapa begitu saja muncul pikiran, bisa jadi ini adalah akhir hidup saya. Mungkin, sangat mungkin. Terlintas apa saja yang sudah saya siapkan untuk pindah ke dunia yang berbeda? Ibadah sepertinya belum banyak peningkatan, berbuat baik untuk sesama juga masih di derajat yang seperti dulu. Terbayang satu-satu wajah orang-orang di sekeliling saya. Keluarga yang penuh cinta, sahabat-sahabat yang selalu menanyakan kapan saya kembali, relasi yang sudah menunggu dengan setumpuk pekerjaan dan semuanya.

Apa yang akan mereka kenang dari saya? Beberapa menit ke depan mungkin saya akan hilang. Samudera atlantik biru pekat kehitaman ribuan mil di bawah sana menanti saya. Apakah saya juga akan hilang dari ingatan mereka? Rasanya Saya belum berarti apa-apa. Rasanya Saya belum banyak berbuat kebaikan. Rasanya saya belum banyak bermanfaat untuk mereka. “Ah, tenang.. sepertinya tidak perlu khawatir, saya toh menumpang salah satu maskapai terbaik di dunia dengan tingkat keamanan nomor satu”

Sloppp…tiba-tiba pesawat turun drastis dari posisinya. Saya tersentak. Ternyata Ini bukan masalah saya menumpang pesawat terbaik di dunia, bukan masalah teknologi paling canggih yang digunakan di burung besi bermerek terkenal yang katanya nyaris tanpa histori kecelakaan. Tapi ini urusan nyawa, bahwa semua bisa diambil Tuhan kapan saja Ia berkendak. Mungkinkah Ia menghendaki Saya sekarang?!

Ya, Tuhan…darah saya tiba-tiba berdesir, saya lupa apa yang sudah saya siapkan untuk “masa depan’ saya. Amalan baik? Mana?! Saya juga tidak yakin dengan ibadah Saya. Ya, Allah tolong.. saya tidak tahu lagi kemana meminta pertolongan. Mungkin inilah masa dimana saya menyerahkan seluruhnya kepadaMu. Seluruhnya. Saya sungguh tidak tahu lagi.  

Dalam masa-masa yang mendebarkan itu, entah doa apa saja yang sudah saya lantunkan. Saya coba pejamkan mata, apa yang akan terjadi, terjadilah. Inilah titik terendah kepasrahan saya kepadaMu, sang pencipta.

Kemudian hening, guncangan terasa mulai mereda. Pelan tapi pasti pesawat makin seimbang. Beberapa menit kemudian, Pilot memberikan instruksi kepada awak kabin dan semua kembali normal.

Saya berucap syukur. Dua puluh menit mencekam yang baru berlalu membuat saya makin menyadari tipisnya jarak antara hidup dan mati. Akhirat sejatinya ada di depan mata kita, semua bisa mati dimana pun kapan pun dengan cara apapun. Maka… Tuhan, ampuni kami….

Incheon Airport, 23 Februari 2017

 

Hits: 5098

Macet lagi, macet lagi!! Bosan atau sudah biasa?! Bayangkan, setiap hari terkadang kita bisa menghabiskan empat jam perjalanan pulang pergi dari rumah. Kalau bisa dihemat menjadi 2 jam saja, sudah berapa banyak waktu produktif yang lahir. Yah…buat kerja, nongkrong sama temen, olahraga, berkumpul dengan keluarga atau buat tidur lagi juga boleh! Asal tahu saja, jika tidak diatasi maka Jakarta akan macet total pada 2020 dengan sumbangan 80% polusi udara. Nilai kerugian total mencapai Rp 65 Triliun/tahun yang meliputi tambahan biaya operasional kendaraan dan hitungan waktu yang hilang di perjalanan. Gila kan?!

mrt
Sydney Central Station

Cerita lain, kalau jalan-jalan ke negara maju, yang bikin saya iri bukan fasilitas serba canggih, bukan kefasihan mereka berbahasa internasional dan bukan juga kota-kota menterang penuh taburan cahaya. Pastinya, tidak juga iri dengan alam mereka. Percayalah tidak ada tempat yang paling mendamaikan hati kecuali memandang birunya laut nusantara dan hijaunya pegunungan Indonesia. Tapi, yang bikin saya sirik adalah fasilitas transportasi mereka. Tidak usah jauh-jauh ke Eropa, Amerika atau Jepang yang punya shinkansen, Singapura, Malaysia bahkan Filipina (yang menurut saya secara ekonomi dibawah Indonesia) sudah punya sejenis Mass Rapid Transportation (MRT).

Bagaimana dengan Jakarta? Saat pertumbuhan jumlah kendaraan tidak sebanding dengan jumlah jalan, transportasi umum belum memadai ditambah lagi dengan sebagian masyarakat yang masih gengsi naik kendaraan umum, kita memang butuh sebuah terobosan transportasi. Harus diakui, selama dua tahun terakhir Pemda DKI Jakarta sudah banyak sekali melakukan pembaharuan, walaupun hasilnya belum bisa dikatakan optimal. Misalnya, jalur busway Trans Jakarta (TJ) terus menerus ditambah, PT KAI memperbanyak jaringan stasiun dengan fasilitas yang lebih memadai. Kemudian ada bis-bis penghubung dengan kota satelit yang terintegrasi dengan jalur TJ. Lalu, kebijakan ganjil genap, yang lumayan mengurangi kepadatan kendaraan di wilayah-wilayah tertentu. Belum lagi “bantuan” dari sektor swasta akan transportasi online. Eh, soal transportasi online ini juga bisa jadi tantangan sendiri sih buat Pemda DKI. Mungkin yang belum adalah mengubah budaya masyarakatnya yang masih sering bepergian dengan mobil berpenumpang satu orang saja.

IMG_0729
The future is here…

Ah, panjang yaa kalo bahas transportasi Jakarta, kayaknya sampe dua kali Pilkada pun gak bakal habis-habis!!

Nah, minggu lalu,.. Yes, finally.. permohonan untuk melihat-lihat proyek MRT Jakarta yang tengah berlangsung disetujui. Kenapa sih penting banget melihat proyek ini? Saya dan teman-teman hanya ingin menjadi bagian dari perubahan bahwa nantinya kita (Jakarta) akan punya MRT yang tidak saja menjadi solusi namun kebanggaan tersendiri. Kami juga ingin memberi pesan; dua tahun ke depan akan banyak yang berubah dalam keseharian masyarakat Ibukota. Mungkin transportasi pribadi tidak lagi populer, mungkin kemacetan yang berkurang akan membuat ritme hidup kita pun berubah. Di sisi lain, kesiapan masyarakat juga perlu diantisipasi. Mulai dari sekarang membiasakan diri dengan transportasi cashless, belajar memelihara fasilitas umum dan lain-lain yang intinya menjadi social society seperti di negara maju.

Setelah melalui proses panjang, akhirnya ground breaking MRT Jakarta dilakukan pada Oktober 2013 lalu. Ssst, asal tahu saja, sebenernya rencana awal pembangunan MRT Jakarta ini bersamaan loh.. dengan MRT Singapura (sekitar tahun 1976). Biarpun telat, gakpapa yang penting sekarang semua sudah di depan mata. 

blog1

Kami diajak berjalan-jalan di proyek MRT yang terletak tepat di Bundaran HI. Rasanya sangat senang bisa turun ke 20 meter di bawah permukaan bumi. Disini tonggak-tonggak sejarah masa depan Jakarta terpampang nyata. Peron mulai nampak wujudnya, tiang-tiang beton tinggi membuat stasiun Bundaran HI ini nantinya akan terlihat megah dan mewah. Fasilitas untuk para penyandang disabilitas pun dibangun, bahkan saya melihat pembangunan ruangan khusus untuk Ibu menyusui.

Fase pertama adalah Lebak Bulus -Bunderan HI sepanjang 16 km yang dapat ditempuh dalam 30 menit saja. Ada 13 stasiun dengan jarak masing-masing antara 0,8-2,2 km dengan tempo keberangkatan setiap 5 menit sekali (pada tahun pertama beroperasi). Ditargetkan akan ada 173,400 penumpang terangkut setiap hari. Sepertinya akan sangat membantu mengurai kemacetan ya?!

Setelah berkeliling, tempat yang paling instagramable, apalagi kalau bukan the tunnel. Jreng jreng.. disini semua rebutan foto, sampai-sampai dikasih peringatan oleh panitia kalau waktu sudah habis. Wah, dua tahun lagi, saat sudah beroperasi, jalan-jalan di proyek MRT ini akan menjadi sangat memorable. 

blog4
kamadigital.com di depan tunnel

 

Selanjutnya segera menyusul Fase II yang menghubungkan Bundaran HI dan Ancol. Tenang, semua wilayah Jakarta nantinya akan terjangkau oleh MRT. Jalur-jalur pun terintegrasi dengan jalur TJ dan bis kota yang sekarang sudah eksis. Bahkan pada 2020 akan dimulai konstruksi koridor Timur Barat, Cikarang-Balaraja sepanjang 87 km. Wow!

MRT Jakarta merupakan proyek pertama di Indonesia yang mengimplementasikan skema three sub level agreement antara JICA (lender) dan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan BUMD (PT MRT Jakarta). Sementara secara struktur kepemilikan, Pemda Provinsi DKI memiliki 99,98% saham. Hingga Desember 2016, progres proyek ini secara overall sudah mencapai 62%. Secara komersial akan mulai beroperasi Maret 2019. Sabar yaa, masih dua tahun lagi.

mandor
mandor

Oleh karena itu, mulai dari sekarang ayo kita siapkan diri untuk lebih ramah dengan transportasi publik. Membiasakan diri naik kendaraan umum, pelan-pelan gunakan kendaraan pribadi untuk saat-sata tertentu saja. Supaya nanti jika MRT sudah beroperasi kita sudah terbiasa dan terlatih untuk berbagi.

Salam, untuk Indonesia lebih baik!

 

 

Hits: 1279