Menandai masa purnabakti, tadi malam nyaris semua personil BRR tumplek blek menikmati saat-saat kebersamaan terakhir dalam satu pekerjaan di bumi Naggroe ini. Inilah waktu dimana tidak kurang dari 450 karyawan akhirnya harus kembali ke pangkuan “ibu pertiwi”, kembali berkiprah di institusi sebelumnya atau mencoba mengais rejeki di tempat lain. Alhamdulillah aku masih dipercaya mengerjakan beberapa tugas hingga awal 2009 nanti yang membuatku gak harus buru-buru eksodus dari Banda Aceh.

Ada rasa sedih, pasti.. Biar bagaimanapun diantara mereka ada sahabat sahabat terdekatku yang sudah berbagi dan bersama dalam segala suka dan duka selama kurang lebih 1,5 tahun ini. Akhirnya toh, waktu yang mempertemukan dan waktu pula yang memisahkan. Namun begitu, masa-masa kebersamaan ini bagiku tetap salah satu tonggak penting dalam sejarah hidupku..

Aku “kehilangan” empok..temen sebelah kamar, yang setia tanpa henti mendengarkan segala curhat dengan tetek bengek yang gak penting. Selalu siap saat aku butuh tempat untuk ketawa dan nangis di malam dan siang hari, Kehilangan temen yang rajin nguras bak. Hiksss… Kita tetep bisa ketemu di Jakarta selalu ya, mpok.. Makasih dengan penuh cinta selalu buat dirimu.

 

…dan yang pasti… aku kehilangan “mie kocok”, “mouse hello kitty”, 1031,pulsa IM2, ngomel-ngomel, protes gak jelas, mie kepiting dan susu beruang. Karena yang tersisa hanya tapak tapak jalan sepanjang Lueng Batadengan semua memori gak penting di dalamnya dan catatan , 3 Juli 2007 ketika aku minta tanda tangan untuk approve permohonan email, kau tandatangani tanpa menoleh sedikit pun kepadaku. Ending ini adalah sungguh di luar dugaan. Sedih. Kecewa. Kaget. Lega. Bahagia. Semua bercampur jadi satu. Tapi aku yakin ini adalah pasti pasti yang terbaik untuk semuanya.

Tidak ada yang perlu disesali, pasti ada blessing in disquise dari semua ini. Biar Dian Piesesha aja yang bilang : bukan perpisahan yang kutangisi, namun pertemuanlah yang aku sesali..

teurimòng geunaséh..

Hits: 2106

Ada kabar baik.. Kata Oie, beberapa waktu terakhir ini aku udah terlihat lebih “normal”. Meski agak gak nangkep arahnya kemana, mungkin bener juga. Mungkin aku udah keliatan “get real”. Gak maen sinetron lagi. Gak ujug-ujug minta ambilin tissue karena nangis yang berderai-derai. Gak mendadak kehilangan mood dan selera makan. Waktu itu, yang bercokol hanya selera makan orang alias marah-marah sama oknum yang sama. Kasian juga dia kena marah terus tiap hari.

Ke-ideal-an “how to control your emotion” lama-lama hanya ada di buku-buku tebel yang sering gue baca. Ternyata lagi-lagi gak segampang itu. Disamping emang udah bawaan orok yang udah doyan ngomel waktu masih di kandungan, ternyata ketidaksiapanku menghadapi satu kehilangan yang sudah di depan mata menambah parah penyakit itu (baca: ngomel tanpa henti). Sampe sempet diinfus dengan selang yang gak betah nangkring di nadi-ku. So…akhirnya walau penyakit itu udah tahap kronis stadium empat, I have to go.. (dun no..maybe coz “something” already left me before..). Karena obatnya memang hanya itu. Pahit, sakit, perih, sengasara jadi efek samping obat itu. Meski harganya mahalllllllllllllll banget dan gak diganti sama Askes kantor atau asuransi pribadi, tetep harus aku beli, untung aja gara-gara itu, gak jatuh miskin sampe harus tidur di mesjid.

Thanks God, aku punya dua ribu fans (halah…hiperbola sebagai artis gagal) yang rela berkorbah hingga titik darah penghabisan buat meyakinkan aku kalo,…semua hal buruk dan penyakit yang sudah terjadi adalah kewajaran biasa bukan kesalahan. Meski berdarah-darah penuh derita, merintih rintih penuh sepi, yellow mellow on the wow.. toh semua akhirnya harus jadi tidak berarti lagi. Life must go on.

Terpaksa aku kutip penggalan sajak basi dari masa lalu yang entah kenapa kerasa nyambung aja sekarang ini
Satu
Perubahan terus mengalir membanjiri lautan hati hingga
ke samudera (baru) kehidupan, agar luas seperti bumi
sehingga tidak sempit, gerah, penat..
Bila berlayar bercinta dengan ombak, karena badai yang
berselingkuh akan cemburu bersama pasang surut.. tak
perlu berhenti, cukup menunggu karena akan membawa
sang dewa, sang dewi melahirkan putri keseimbangan.
Merenung menuju malam..bermimpi akan indahnya harapan
karena bila esok menjadi kenangan,?
Apa yang telah terlewati adalah bagian menggapai nanti
Saat ini adalah semuanya, saat ini menjadi kesempurnaan.

Dua
Dia yang pernah ada, begitu dekat tapi tak tersentuh
Begitu keras, begitu nyaring, suara ini………….
tapi yah!! aku tak terdengar
Dia yang pernah ada, tapi kini tak lebih dari halogram hidup yang rancu, sistemnya telah pudar dicumbu virus berkendaraan kuda trojannnya.
Aku mematung, menjadi tak bergeming..
Dia sudah tiada, yang ada hanya halogram dengan jutaan byte kenangan berkapasitas giga. Mesin berkecepatan tinggi berbahana luas..
Tapi itu tidak berarti lagi.. (Last Cargo, 2004)

Hits: 1880

Gak perlu jauh-jauh kalo pengen ngerasain gimana lebaran di negri minoritas muslim. Gak perlu ke belahan dunia bermusim empat seperi Zimbabwe atau Nicaragua (loh.. ??). Cukup ke Pulau Samosir yang menurut David Sitanggang terletak di tengahnya Danau Toba. Pulau dengan luas sekitar 1,265 km2 ini dihuni tidak kurang 131.000 jiwa dimana setidaknya 90% diantaranya adalah non muslim.

Ceritanya, lebaran Idul Adha kemarin dalam rangkaian liburan, aku dan teman-teman terdampar di Pulau ini. Walau begitu, mengingat pesan leluhur, yang namanya sholat Ied tetep sebisa mungkin dijalankan meski hukum-nya sunnat. Sejak hari pertama saja seingatku tidak pernah sekalipun mendengar suara azan. Kami agak sedikit was was, jangan-jangan emang gak ada mesjid yang bisa jadi artinya besok pun gak bisa Sholat Ied. Sehari sebelum lebaran, Lala Cs berkelana di daerah seputaran penginapan untuk nge-cek keberadaan mesjid atau musholla dengan harapan besoknya bisa ada acara sholat Ied. Alhamdulillah ada,..dan setelah tanya-tanya Sholat Ied-nya akan dimulai pukul 7.30 pagi besoknya.

Malamnya boro-boro ada aroma khas kambing yang siap dikurban-kan esoknya, suara takbir pun gak ada. Sepi. Memang pas hujan sih, tapi baru kali ngerasa lebaran yang bener-bener gak ada bau bau lebarannya. Di Bogor, meski aku beberapa kali kelewatan sholat Ied karena kesiangan bangun, tetep ada nuansa hari raya-nya. Paginya, jam 6 kami sudah siap-siap, takut gak dapet tempat. Jam 6.30 kami sudah bertolak menuju mesjid. Walah, ternyata jalannya becek mana abis ujan pula dan yang pasti gak ada ojek (ini beneran, gak niru Cinta Laura). Udah gitu, ngelewatin rumah-rumah penduduk di gang sempit. Ketemulah mesjid yang dimaksud. Mesjinya kecil banget, aku kira-kira luasnya gak lebih dari 7 x 8 m. Sempit dan agak pengap. Pas kita sampe masih sepi. Ustadz-nya pun belum eksis. Menjelang 7.30 baru umat-umat lain berdatangan. Aku inget yang ngatur saf-saf para jamaah dandanan dan muka-nya persis Muklas sohib-nya Amrozi yang baru aja kepancung. Kirain yang model begitu cuman ada di Lamongan aja, ternyata udah happening juga di Tuk Tuk. Hehehehe..
Alhamdulillah makin lama makin penuh. Mesjid kecil yang sempit itu akhirnya sesak dengan sekitar 100an orang jamaah. Bahkan posisiku yang semula di dalam harus ikhlas bergeser ke luar untuk member space bagi makmum yang lain. Pulangnya tetep ada lontong dan santan khas lebaran meskipun kita ketemu-nya setelah di Medan.

Hits: 2113

Rencana awal aku dan teman-teman akan sedikit berlibur menjelang masa purna bakti di bumi atjeh-nesia ini. Kita udah bikin plan jauh-jauh hari, desember ini akan melancong ke Danau Toba. Good news-nya sepertinya kita harus menunda lagi atau membuat farewell baru ini mengingat kemungkinan pekerjaan yang masih bisa diteruskan hingga April 2009. Mendekati hari yang dituju, ternyata sebagian anak-anak gak penting itu ada acara kantor di Brastagi. Alhasil di hari H bersama Qadrie yang tak seberapa itu, aku menyusul mereka ke Brastagi dan lanjut 3 jam perjalanan menuju Prapat. Awalnya crew Pusdatin hanya gue, Lala, Rynal dan Alex. Tapi H-4, si Kamerad Atod mendadak pengen ikutan juga. Sementara Oie, yang bener-bener gak minat (mungkin takut sama mami-nya) tau-tau H-3 jam menyatakan siap bergabung. Dan perjalanan setengah gila itu pun dimulai meski dengan bekal minim dan modal ngutang.
So, kalo biasanya liburan dengan gank 7bi (7 biawak maksudnya), kali ini dengan 7ba (7 basri). Basri jadi nama generic si Qadrie, manusia sejuta nama. Segala nama dipanggil ke dia mulai dari Basri, Nasir, Sarip , Munir sampe Zainuddin.

Menyenangkan, lumayan refreshing banget. Bersama  cowok-cowok gak penting yang penampakannya lebih mirip celengan ayam masuk kampung tapi merasa jadi cowok paling laku sedunia.Oie (ada apa dengan perut ?), pls..deh, udah kayak bawa gagang telpon aja tuh kemana-mana. Sementara Atod dengan gaya-nya yang sangat standar tiba-tiba berpenampilan bak PS (penduduk setempat) lengkap dengan kantong kresek belanjaan buat anak istri di rumah. Hahahahha… Rynal yang membosankan dari jaman onta gigit besi dan ngakunya pernah nolak Luna Maya tetep aja narsis bin najis tralala. Sementara my best idol is Alex Nardy. Gila lex, ..gue selalu salut sama gaya coo-lu (kul-kas maksudnya) yang tahan segala cuaca dan kondisi. Manusia gila terakhir, Basir bin Sarip Zen, mahluk hidup selundupan satu-satunya dari Mercy Corps. Entah aku agak lupa sejarahnya tiba-tiba dia mencalonkan diri dengan mantap untuk ikutan (kayaknya kita gak pernah ngajak elu deh…!) . Lumayan karena ada dia jadi banyak bahan celaan. Terlebih lagi dia bawa kamera pinjemen yang nilainya lebih berharga dari dirinya sendiri. Hehehhe..

The only two girls adalah gue dan Lala.. Huaaaaaaaaaaaa… ucapan gue cuman satu la,…jangan nambah belang-belang di kulit-mu! Karena kau nyaris mirip kucing berbelang 3-nya si Harun di Laskar Pelangi..
Ok..next..kita bikin beneran farewell yang beneran yah.. (loh.??!!)

Hits: 1809

Setelah H2C lalu, termehek-mehek, akhirnya hari ini buku terakhir dari Tetralogi Laskar Pelangi itu sampe juga ke Aceh. Launching sih baru 28 Nopember lalu di Jakarta. Iklan di Kompas, beredar pertama masih Jabotabek. That means kalo gue nunggu buku itu eksis di Aceh, bisa jadi gue baru baca abis taun baru Imlek. Lama beeng… Hari itu, Alhamdulillah Shinta Hamel alias NTa, alias Ocha bersedia nangkring ke salah satu Gramedia di Jakarta dan bela-belain cuti (hiperbola gak sih).. Dia mendukung banget niat gue yang kalo bisa..jadi pembaca pertama Maryamah se-Aceh-nesia. Dan gak tanggung-tanggung gue pesen 6 ex. Buat anak-anak Pusdatin gak penting sedunia yang pake ngutang pula!!

Dia kirim pake TIKI yang katanya YES (Yakin Esok Sampe), nyatanya Sabtu gak sampe juga. Dodol tuh TIKI. Padahal udah bayar yang mahal. Pas ditelpon, katanya nyampenya Sabtu malem, 29 Nov, jadi gak bisa dianter. Wong, dia gak bilang YES itu gak ngitung hari libur. Gimana sih!! Gues sampe bela-belain ke kantor sabtu-minggu, eh nyampenya senen..siang pulak!

Anyway…Ini buku ke-6 yang berkorelasi dengan Laskar Pelangi, yang gue punya. Selain Tetralogi-nya gue juga sempet beli Laskar Pelangi The Phemonenon dan yang kemarin Behind The Scene-nya yang lux edition yang gue beli di Bogor minggu lalu.

So, dua malem ini gak ada agenda lain selain menuntaskan si bibik Maryamah ini.

Hits: 2071

Di Bogor minggu lalu, seperti sebelum-sebelumnya kalo pulang gue pasti belanja beberapa buku buat pelipur duka lara nestapa di Banda Aceh. Kali ini lumayan banyak, padahal yang dibeli sebelumnya dan belum juga dibaca gak kalah banyak. Dasarnya aku suka sama buku-buku manajemen dan self improvement, self development dan kolega koleganya. Tapi lama-lama bosen juga, secara hampir semua buku type itu yang pernah gue baca sebenernya intinya itu-itu aja. Muter-muter aja disitu, hanya disajikan dengan cara yang beda.

Yang kedua yang bikin gue jadi males adalah segala buku-buku tersebut kek-nya sekarang ini gak ngaruh-ngaruh banget ama gue. Karena gue pikir diri gue emang udah terbentuk apa adanya begini. Tetep aja jadi diri sendiri yang bisa sedih dan kecewa meskipun kata buku A kita harus selalu bisa being happy di segala suasana, buku B bilang positif thinking is the best way, buku C bilang: maju terus untuk mencapai tujuan, buku D bilang: Gak boleh marah-marah, itu tandanya gak bisa ngontrol diri sampai buku Z bilang : Budi dan Wati sedang berlibur ke rumah nenek, menjolok jambu.. (loh???)… Namanya juga manusia, dimana pikiran itu juga seperti kehidupan yang up & down, jadi kalo sekali-kali ngerasain sedih, kecewa, marah, benci ya wajar aja. Wong semua rasa itu diciptakan Tuhan untuk kita nikmati. So,manusiawi banget.. Gimana kita me-manage-nya aja. Ciee…ciee.. udah kayak motivator deh gue.

Lama-lama buku-buku model begitu cuman jadi “pengingat aja” kalo gue lagi butuh pencerahan atau istilah kerennya refreshing atau recharge aja untuk menepiskan segala gundah gulana resah gelisah di dunia fanah ini. Halah.

Sekarang aku lagi demen buku-buku cemen yang kalo baca-nya gak usah pake mikir 10 kali baru bisa ngerti. Gak usah pake mengerutkan kening yang sudah berkerut-kerut dan gak usah ngambil kalkulator biar paham apalagi pake buka primbon Jawa buat nyari kecocokan. Pun lagi males baca buku yang penuh romantika cinta biru membara atau merah merona (yang buat gue udah basi semua) atau buku sedih yang membuatku daku meneteskan air mata hingga berdarah-darah penuh derita. Pokoknya, prinsip gue sekarang (sekarang loh..), baca buku itu buat fun, buat seneng-seneng, hepi hepi seperti kalo kita naek Istana Boneka di Dufan (soalnya gue takut banget naek kora-kora, halilintar apalagi kicir-kicir). Seperti juga kalo kita nonton film Dono, bukan film yang bikin merinding seperti Beranak Dalam Kubur, Sundel Bolong atau Kuntilanak yang seri-nya dibuat sampe Kuntilanak 3. Btw, film yang terakhir ini gue nonton deng, sampe yang kedua. Ini mah sumpah gak serem, soalnya kuntilanaknya berbadan mirip kuda. Hahahaha.. Kalo dipasangin sama delman, pasti disebelahnya ada pak kusir yang sedang bekerja, mengendali kuda supaya baik jalannya. Hehehehe…

Seperti contoh tiga buku sinting yang gue beli minggu lalu. Kambing Jantan-nya Raditya Dika, Cado-Cado (Catatan Dodol seorang Calon Dokter) dan TIKIL (Titipan Kilat) Kami Antar Kami Nyasar. Semuanya bener-bener bikin gue serasa naek komidi puter di pasar malem. Bawaannya mau ketawa mulu. Meski mungkin ketawa gue penuh kepalsuan (hihihi…), secara di dalam hati sekarang lagi teriris-iris sembilu. Halahh.. Buku pertama, buku-nya si Raditya gue beli, karena buku itu diangkat dari blog-nya si Radith sendiri dan FYI buku ini dinobatkan sebagai Best Indonesian Blog Award 2003.

Bahasa-nya bener-bener bahasa suka-suka (good bye to Purwadarminta & JS Badudu), nulisnya semau-mau dia, ceritanya juga ancur-ancur bahkan kadang-kadang nyaris gak memperdulikan “norma-norma” kehidupan orang normal bahkan cenderung tidak berperikemanusian. Tapi biar begitu, kaidah SPOK (Subyek, Predikat, Obyek, Keterangan) sebagai unsur standar supaya satu kalimat bisa dimengerti tetep dia pake. Gue rasa gue gak perlu banyak-banyak promo-in buku dia ini disini, secara di gak kenal gue karenanya dia gak mungkin bayar gue.. heheheh.. Tapi kalo ada waktu, bisa juga deh main-main ke blog-nya dia di www.radityadika.com.

Dari buku kedua yang emang ditulis sama dokter (waktu ybs masih jadi calon dokter), gue baru tau kalo dalam dunia kedokteran, sunat itu istilahnya sirkumsisi. Tuh kan,..siapa bilang baca buku-buku cemen begini kita gak bisa nambah pinter. Emang Iwan Gayo doang yang bisa bikin pinter… Bagi anak-anak muda masa kini, FYI Iwan Gayo itu yg ngarang Buku Pintar yang jaman 80-90an yang sempet happening alias ngetop banget di republik ini.

Balik ke sirkumsisi, entah jujur entah dusta, katanya sunat itu ada model-modelnya juga loh. Ini bagus jadi referensi buat yang belum disunat atau dengan ikhlas, ridho serta tawakkal bersedia di sunat lagi. Pertama; model jengger ayam; yaitu model dengan sisa sedikit daging dibawah si burung. Kedua; model guli guli kelereng: sama kayak model pertama cuman bentuknya bulet-bulet. Ketiga; model dasi ikan cupang (kenapa mesti cupang sehhh, kenapa gak ikan mas koki,kan ekornya sama aja!!!), mirip seperti yang pertama dan kedua tapi dagingnya dibuat bercabang. Dan yang keempat model dilophosaurus (bintang pelem Jurassic Park) dimana kulit lehernya bisa mengembang kalo kaget. Hahahah.. meski gue ngebayaginnya setengah mati susah, tetep aja gue ketawa. Bener-bener gak nyangka kalo sunat bisa punya fashion juga. Kapan-kapan kalo nganggur, gue mo bikin survei ah, ..kira-kira 2009 model apa yang paling in dan bagaimana perkembangan fashion sirkumsisi ini di kemudian hari… Ada yang mau jadi responden ? Cepetan daftar ! Berhadiah voucher nginep di kantor (masing-masing) 3 hari 3 malem plus bonus piring plastik cantik. Hehehehehe…Buku ketiga juga gak kalah kocaknya, cuman gue belum abis bacanya.

Walau demikian, buat menghilangkan jejak ketidaknormalan gue gara-gara baca buku begitu dan mengembalikan ingatan gue akan kenyataan hidup yang sebenernya atau bahasa orang pinter-nya: balancing, gue tetep beli juga buku-buku yang buat re-charge seperti yang gue sebutin di awal. Sumpah. 😀

Hits: 657