Ada kabar baik.. Kata Oie, beberapa waktu terakhir ini aku udah terlihat lebih “normal”. Meski agak gak nangkep arahnya kemana, mungkin bener juga. Mungkin aku udah keliatan “get real”. Gak maen sinetron lagi. Gak ujug-ujug minta ambilin tissue karena nangis yang berderai-derai. Gak mendadak kehilangan mood dan selera makan. Waktu itu, yang bercokol hanya selera makan orang alias marah-marah sama oknum yang sama. Kasian juga dia kena marah terus tiap hari.

Ke-ideal-an “how to control your emotion” lama-lama hanya ada di buku-buku tebel yang sering gue baca. Ternyata lagi-lagi gak segampang itu. Disamping emang udah bawaan orok yang udah doyan ngomel waktu masih di kandungan, ternyata ketidaksiapanku menghadapi satu kehilangan yang sudah di depan mata menambah parah penyakit itu (baca: ngomel tanpa henti). Sampe sempet diinfus dengan selang yang gak betah nangkring di nadi-ku. So…akhirnya walau penyakit itu udah tahap kronis stadium empat, I have to go.. (dun no..maybe coz “something” already left me before..). Karena obatnya memang hanya itu. Pahit, sakit, perih, sengasara jadi efek samping obat itu. Meski harganya mahalllllllllllllll banget dan gak diganti sama Askes kantor atau asuransi pribadi, tetep harus aku beli, untung aja gara-gara itu, gak jatuh miskin sampe harus tidur di mesjid.
Thanks God, aku punya dua ribu fans (halah…hiperbola sebagai artis gagal) yang rela berkorbah hingga titik darah penghabisan buat meyakinkan aku kalo,…semua hal buruk dan penyakit yang sudah terjadi adalah kewajaran biasa bukan kesalahan. Meski berdarah-darah penuh derita, merintih rintih penuh sepi, yellow mellow on the wow.. toh semua akhirnya harus jadi tidak berarti lagi. Life must go on.
Terpaksa aku kutip penggalan sajak basi dari masa lalu yang entah kenapa kerasa nyambung aja sekarang ini
Satu
Perubahan terus mengalir membanjiri lautan hati hingga
ke samudera (baru) kehidupan, agar luas seperti bumi
sehingga tidak sempit, gerah, penat..
Bila berlayar bercinta dengan ombak, karena badai yang
berselingkuh akan cemburu bersama pasang surut.. tak
perlu berhenti, cukup menunggu karena akan membawa
sang dewa, sang dewi melahirkan putri keseimbangan.
Merenung menuju malam..bermimpi akan indahnya harapan
karena bila esok menjadi kenangan,?
Apa yang telah terlewati adalah bagian menggapai nanti
Saat ini adalah semuanya, saat ini menjadi kesempurnaan.
Dua
Dia yang pernah ada, begitu dekat tapi tak tersentuh
Begitu keras, begitu nyaring, suara ini………….
tapi yah!! aku tak terdengar
Dia yang pernah ada, tapi kini tak lebih dari halogram hidup yang rancu, sistemnya telah pudar dicumbu virus berkendaraan kuda trojannnya.
Aku mematung, menjadi tak bergeming..
Dia sudah tiada, yang ada hanya halogram dengan jutaan byte kenangan berkapasitas giga. Mesin berkecepatan tinggi berbahana luas..
Tapi itu tidak berarti lagi.. (Last Cargo, 2004)