Bulan Ramadhan tidak ubahnya seperti Bulan Silaturahmi dan reuni. Bulan suci itu,kini bukan hanya milik mereka yang muslim, karena mereka yang tidak puasa pun kalau yang namanya makan-makan, rasanya pantang ditolak! Hehehe.. Acara Buka Puasa Bersama seakan sudah menjadi wajib dalam 30 hari Ramadhan. Dari yang kecil-kecilan sampai gede-gedean. Selama 1 bulan, yakin deh rata-rata sepertiganya kita habiskan dengan acara buka puasa bersama. Jadi kebayang kan rempongnya kalau kegiatan ini tidak direncanakan dengan baik.

Lucunya terkadang puasanya belum mulai, panitia buka bersama sudah dibentuk dimana-mana. Namanya jadi Panitia Buka Puasa Bareng itu paling repot itu mencari venue. Jangankan untuk acara yang lebih dari 20 orang, untuk ngumpul teman-teman dekat saja, kita harus booking beberapa hari sebelumnya. Kalau datang langsung ke mall tepat saat magrib dipastikan kita tidak akan mendapatkan restoran yang diinginkan. Untuk mengakalinya, biasanya ada 1-2 orang teman yang rela datang dua jam lebih dulu sebelum beduk berkumandang.

source: http://www.kaskus.co.id/
source: http://www.kaskus.co.id/

Dalam memilih venue pun terkadang ada beberapa yang harus dipertimbangkan. Seperti lokasinya, kenyamanan, kebersihan, harga makanan, pelayanan dan keberadaan Musholla pun turut menjadi aspek penting acara ini. Mau tidak mau kita harus survei mendapatkan lokasi idaman. Nah, hari gini…survey paling mudah tentu saja lewat Embah Google. Sayangnya, belum banyak website yang menyediakan informasi tentang restoran yang oke, lengkap dan review dan fasilitas booking online.

Tapi mulai tahun ini, kalian bisa memanfaatkan qenue.launchrock.com. Untuk kamu yang setiap tahun merencanakan buka puasa bersama teman atau keluarga, Qenue adalah pilihan yang paling tepat. Qenue adalah sebuah system online yang mempermudah kamu mencari dan memesan tempat berdasarkan jumlah orang plus pendukungnya seperti fotografer dan dekorasi.

Dalam waktu dekat aplikasi/website Qenue akan segera tersedia. Namun kamu mulai sekarang sudah bisa mendaftar untuk mendapatkan spesial invitation plus promo langsung saat nanti dirilis awal Ramadhan 2016. Sila submit email kamu di email disini. Jadi nantinya tidak perlu rempong lagi untuk mencari tempat buka puasa bersama terbaik. Tinggal klik klik secara online, dan semua sudah kami yang urus.

Oya, ke depannya Qenue tidak hanya untuk booking resto loh! Dengan pakai aplikasi ini kamu juga bisa mendapatkan fasilitas acara-acara penting seperti bridal shower, baby shower, mini workshop, product launch, wedding, birthday party, family dinner dan semuanya. Nanti semuanya akan dibocorin ke kamu yang sudah daftar di Qenue

Qenue juga mengundang para pengusaha resto untuk bekerja sama. Silakan krim data resto ke email qenue.info@gmail.com. DItunggu yah!

Hits: 957

Pagi pagi, sahabat saya Munardi yang lebih tenar dengan nama Alex (gak tau asal muasalnya darimana), sudah menjemput saya di depan mess dengan motor putihnya. Setiap akhir pekan, agenda kami adalah sarapan di warung kopi, menghirup segelas (bahkan kadang hingga dua gelas) sanger dingin yang nikmat dengan nasi kuning berbumbu khas Aceh yang terenak di kota ini.  Selanjutnya bersama teman-teman  kami menyusuri Banda Aceh hingga Aceh besar mulai dari Malahayati hingga Lhok Nga. Naik apa lagi kalau bukan naik motor.

Sebagai pendatang alias anak ibukota (uhukk..) yang haus hiburan, pantai dan warung kopi adalah tempat paling indah. Sayang, seringnya kami sendiri bingung mau kemana. Dan pagi itu, tiba-tiba saja kami memutuskan untuk menelusuri Jalan Malahayati-Krueng Raya. Selain jalannya mulus selicin wajah Ibu Atut, pemandangan di sepanjang perjalanan membuat lelah di boncengan motor menjadi tidak terasa. Dulunya, jalanan ini termasuk yang rusak parah karena bencana dahsyat tsunami 2004. Kini, infrastrukturnya makin cantik, dengan pemandangan gunung, pantai dan deretan rumah-rumah lucu yang diperuntukkan donor untuk korban tsunami.

blog3

Rynal, salah satu teman saya menawarkan untuk mampir ke Benteng Indra Patra. Benteng ini nyaris seperti bangunan tua yang senyap dan tidak terjamah. Sumpah, saya juga awalnya tidak tahu, Aceh menyimpan sisa-sisa budaya Hindu. Setahu saya Kerajaan di Aceh ya cuma Samudera Pasai sebagai kerajaan Islam tertua. Namun, konon ini adalah peninggalan sejarah  Hindu dari India di Aceh.  Konon, situs ini didirikan sekitar tahun 604 M oleh Putra Raja Harsya yang berkuasa di India, yang melarikan diri dari kejaran Bangsa Huna. Benteng ini merupakan satu dari tiga benteng yang menjadi penanda wilayah segitiga kerajaan Hindu Aceh, yaitu Indra Patra, Indra Puri dan Indra Purwa. Pada masanya, benteng ini digunakan sebagai tempat pemujaan agama Hindu.

IMG_3450

Semasa Kesultanan Aceh, benteng ini berperan sebagai salah satu garis pertahanan dalam menghadapi Portugis. Penataan bangunan, ruang-ruang serta posisi dari masing-masing bangunan dalam benteng memiliki fungsi -masing-masing. Saya bersama teman-teman sempat menaiki temboknya yang tinggi, duduk dan berfoto di lubang-lubang pengintaian sambil memandang laut lepas. Arsitektur benteng ini terlihat memang sudah maju, bahkan ada beberapa bunker penyimpanan senjata di beberapa titik. Dulu juga ada sungai buatan yang mengelilingi benteng ini, untuk menjaga serangan musuh dari daratan.

lubang pengintaian
lubang pengintaian

Memang sebagian besar benteng pertahanan yang ada di Indonesia terletak di tepi pantai. Tapi bagi saya sih, Indra Patra sangat istimewa. Posisinya yang tepat di pinggir pantai yang langsung menghadap Selat Malaka mampu memanjakan mata dan membuat perasaan terasa damai. Disini kita bukan hanya belajar tentang sejarah tetapi juga menikmati indahnya alam Aceh. Kalau jalan-jalan kesini, yakin deh sepanjang jalan kita akan disuguhi pemandangan indah khas Aceh. Perpaduan perbukitan dan sedikit gunung kapur di sebelah kanan jalan, berpadu dengan pantai di sebelah kiri jalan. Tidak jauh dari sana, ada Pantai Lhok Me; pantai berpasir putih dengan pepohonan di bibir pantai. Ada juga bukit Suharto dan Pelabuhan Malahayati yang sangat instagramable.

Bersama Alex di Bukit Suharto
Bersama Alex di Bukit Suharto

So, masih ragu-ragu buat ke Aceh?

Hits: 1372

Tadi malam saya bertemu seorang pejabat sebuah provinsi di Sulawesi. Beliau ini adalah counterpart Saya di pekerjaan yang lama. Kurang lebih dua tahun tidak bertemu, Ia menawarkan berkunjung kembali ke daerahnya. Saya yang memang niat cari jalan-jalan gratisan tentu saja bersemangat!.  Asal tahu saja, ketika masih bekerja di lingkungan Istana, kami tidak diperkenankan menerima satu rupiah pun dan dalam bentuk apapun dari provinsi-provinsi yag menjadi mitra kami. Nah, sekarang sejak pindah kerja.. ceritanya sudah beda kan?  Karena tidak punya conflict of interest lagi, tawaran itu kayaknya bakal saya follow up!  Hehehe…

Eits, tapi tunggu dulu… Tentu saja tidak ada yang free kan di dunia ini. Kami ngobrol banyak tentang pariwisata di daerahnya.  Mereka punya potensi alam yang indah, kuliner yang enak-enak dan budaya yang unik. Namun sayangnya, sejauh ini kegiatan yang dibuat Pemda tersebut untuk mempromosikan daerahnya masih terbatas pada kegiatan-kegiatan “konvensional” seperti Pemilihan Putri Pariwisata, Pagelaran Tari dan sejenisnya yang lebih bersifat hiburan rakyat. Intinya kegiatan-kegiatan yang tidak memberikan dampak yang signifikan bagi perkembangan kunjungan wisatawan di daerah itu. Kemudian pembicaraan itu pun mengalir, hingga terpikir apa yang bisa saya lakukan untuk pariwisata daerah itu.

***

Pada 2015, Presiden Joko Widodo, menyebutkan pariwisata Indonesia tumbuh di atas rata-rata negara lain di dunia yang hanya 4,4%,  rata-rata pertumbuhan pariwisata negara-negara di kawasan Asean juga hanya sebesar 6%, namun pariwisata Indonesia justru tumbuh 7,2%. Indonesia menargetkan pariwisata akan tumbuh hingga 12% per tahun. Melengkapi data tersebut, Menteri pariwisata menambahkan kunjungan turis mancanegara tahun 2015 mencapai 10,4 juta orang naik sangat signifikan dan estimasi perolehan devisa di sektor ini Rp144 triliun.

Untuk menarik wisatawan, promosi gencar dilakukan oleh banyak provinsi. Namun, istilah “tourism digital media campaign” mungkin baru populer akhir-akhir ini. Pada dasarnya definisi istilah ini adalah upaya kampanye pariwata melalui format-format digital seperti website dan sosial media. Tourism Digital Campaign juga sejalan dengan kebijakan pemerinth pusat dimana salah satu stregi pemasaran yang harus diaplikasian adalah BAS (Branding, Advertising & Selling) dengan kekuatan pada aspek digital.

Menteri Pariwisata Arief Yahya bahkan mengungkapkan satu-satunya cara agar promosi wisata Indonesia bisa lebih masif adalah dengan beralih dari promosi wisata melalui media konvensional seperti TV dan media cetak menjadi media digital

Lalu, ngerjain apa saja sih kegiatan tourism digital campaign ini? Pertama saya menggarisbawahi dikelolanya akun sosial media secara khusus dan serius. Keliatannya sepele, karena sosial media masih dianggap sebagian orang sebagai ajang pamer dan selfie. Tapi kini bahkan perusahaan-perusahaan kelas dunia sudah mulai mengelola akun sosial medianya dengan serius sebagai jembatan berkomunikasi dengan pelanggannya. Untuk tourism, menurut saya hal ini mutlak dan wajib dilakukan oleh Pemda. Pengguna internet di Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Sebanyak 93% (72 juta) diantaranya merupakan pengguna Sosial Media, dimana 30 juta diantaranya anak muda (usia 18-35 tahun) yang merupakan pangsa pasar baru pariwisata.

Pada dasarnya, ada beberapa tujuan pengelolaan akun sosial media untuk pariwisata seperti: 1. Sebagai media informasi kegiatan-kegiatan pariwisata  yang digagas oleh pemerintah, swasta maupun Lembaga Non Profit(NGO), 2. media pertukaran informasi antar wisatawan dan calon wisatawan, 3.Referensi/wadah tempat bertanya tentang pariwisata daerah dan 4. media komunikasi dengan berbagai stakeholders.

Memang ada diantara kita yang menghubungi Miss Pariwisata Indonesia jika perlu informasi tentang tempat jalan-jalan yang asyik? Sekarang informasi mana yang tidak bisa diperoleh dengan jari jemari? Sementara itu, hampir seluruh aspek traveling sudah tersentuh teknologi. Dari pemesanan tiket, hotel, provider trip hingga rekomendasi perjalanan semua sangat tergantung dengan internet.

Kini, sudah menjadi trend bahwa berbagai platform sosial media, website dan blogging membuat semua orang seakan menjadi duta wisata daerahnya. Konsep kebangsaan dan nasionalisme yang selama ada di kalangan anak muda, menjadi unsur tak terpisahkan. Ada kebanggaan tersendiri, jika  bisa menayangkan foto-foto keindahan alam di sosial media mereka. Budaya latah selfie di tempat-tempat wisata yang lagi tenar memang sudah mewabah. Ada positif  ada negatifnya, sih.. tapi seharusnya Pemda sebagai pemasar utama pariwisata di daerahnya harus menganggap ini sebagai peluang besar. Kemudian ada fenomena blogging ditengarai lebih “powerful” dibandingkan beriklan secara konvensional. Bahkan biayanya pun terhitung lebih murah dibandingkan membuat satu kemasan iklan khusus di media. 

source: poweredbysearch.com
source: poweredbysearch.com

Sejatinya Pemda dapat merangkum sosial media, blogger, dan orang-orang yang konsen di bidang ini. untuk lebih banyak menulis tentang daerah kita. Caranya macam-macam. Misal undang 20 orang blogger selama beberapa hari untuk mengeksplore daerahnya. Pilih blogger-blogger kompeten dengan banyak follower dan mampu mengemas apa yang mereka lihat dalam tulisan yang apik dan mengundang (bukan mengundang birahi, ya…) Format publikasinya bisa beragam mulai dari blogging, video, foto, post update di Facebook, Instagram, Twitter, Path dll.

Eh, saya bukan promosi blogger loh! Tapi Bapak/Ibu Pejabat Yth, bugdet mengundang mereka itu jauh lebih kecil daripada Bapak/Ibu bikin event pemilihan Putri-Putrian. Serius! Seperti saya bilang, blogger itu kebanyakan mereka yang senang jalan-jalan, suka menulis, hobilah yang membuat mereka menjadi blogger. Paling penting lagi, rasa nasionalisme dan idealisme merekalah yang dengan suka rela menyebarluaskan cerita tentang Indonesia. Diundang dan dipercaya saja sudah sebuah kehormatan bagi mereka.

Masih banyak kegiatan-kegiatan lain yang bisa digagas. Tentu setiap provinsi akan tampil dalam kemasan yang berbeda tergantung kebutuhan, potensi dan berbagai pertimbangan lain. Tertarik? Saya dan teman-teman dengan semangat membangun negeri akan senang hati membantu Bapak/Ibu! Please free to contact me…

<span data-iblogmarket-verification=”bHSl68xC9WFo” style=”display: none;”></span>

Hits: 672

Diajak river tubing pada saat Famtrip Blogger yang digagas Badan Promosi Pariwisata Semarang (BP2KS), saya langsung mikir panjang. Boro-boro bisa ikutan, ngerti river tubing itu apa aja, nggak. Kebayang ini bakal mirip naik Kora-Kora di Dufan yang ujungnya jadi penyesalan seumur hidup. Bedanya river tubing ada airnya dan langsung di alam. Malas deh buat ikutan, Biarin aja dibilang katro dan gak kekinian, daripada mual dan pusing karena badan berputar putar. 

Eh, tapi pikiran itu sekejap berubah saat rombongan blogger memasuki Kawasan Wisata Desa Kandri di selatan Kota Semarang. Disana, kami disambut baik oleh Pak Zubaidi yang menyebut dirinya Pemandu Wisata Kandri. Ia mempresentasikan serunya river tubing, rute dan cara melakukan river tubing. Katanya, jalur yang akan kita lewati adalah jalur Sunan Kalijaga ketika mengumpulkan kayu jati untuk membangun Mesjid Demak, mesjid tertua di Indonesia. Hemmm, kelihatannya mulai menarik niih….

Tanpa ditanya sanggup atau tidak, tiba-tiba belasan blogger sudah berebutan pelampung, pelindung lengan dan lutut hingga helm yang dibawa oleh mobil pick up odong-odong. Yaa, kayaknya seru yaa.. Akhirnya berbekal Bismillahirrahmanirrahim, saya ikutan sibuk juga memilih perlengkapan. Toh, namanya ajal sih udah ada yang ngatur kann? Loh..loh.. Ini sumpah, soalnya saya takuttt. Masih banyak cita-cita belum tercapai, masih banyak dosa dan masih banyak utang… Hiks…

blog4
Are u ready ???!!

Dari meeting point pengarahan tadi menuju lokasi masih membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Persis sapi yang siap dikurbankan, kami diangkut dengan mobil odong-odong tadi menuju Sungai Kranji, tempat tubing dilakukan. Canda tawa sepanjang perjalanan dengan teman-teman blogger, dan pemandangan alam yang meneduhkan mata serta hati yang galau, mengalahkan rasa takut saya.  Eh, sialnya pas milih-milih ban, saya kebagian ban yang agak kempes. Duh, kepikir bakal hanyut dan  bakal tubing sendirian karena teman-teman saya sudah jalan duluan. Sementara mereka saya sudah mulai ber-tubing ria, saya masih menunggu mas-mas guide mencarikan ban baru buat saya. Rasa khawatir yang tadi membuncah, berkurang karena mas-mas ini sabar banget ngajarin dan memandu kita. Ternyata, teman-teman saya pun sebagian masih amatiran, toh setelah “berlayar” sendirian saya tetap ketemu mereka. Hehehe..

Siapa mau duluan??
Siapa mau duluan??

Jeram pertama yang kami temui adalah serupa niagara mini.  Aduh, ini sumpah atuttt banget, padahal tinggi air terjun mini ini tidak lebih dari 100 meter. Posisi yang dianjurkan oleh pendamping adalah membelakangi sungai, menerjunkan ban lebih dulu dan Hap!.. Kalau loncatanmu mantap, kamu bisa langsung duduk manis di atas ban. Tentu saja, saya tidak berhasil dan ban saya berlayar duluan dari Saya. Untungnya (masih untung…) saya bisa berenang, kemudian jadilah sinetron berjudul Jus Semangka Mengejar Ban. Hahaha..

seruuu...
seruuu…

Jeram kedua dan ketiga adalah jeram yang terjal dan cukup curam. Sama, seperti yang pertama; lagi-lagi saya terlepas dari ban. Masih untung (untung lagi….) anggota badan tidak ada yang terbentur, meski rasanya adrenalin sudah berpacu lebih cepat. Nah, pada jeram-jeram berikutnya, saya baru sadar teknik sangat diperlukan (ciyee…udah berasa expert). Posisi kaki dan posisi panggul harus diatur jika melewati jeram. Alhamdulillah setelah bisa mempraktekkannya, saya gak terpisah lagi dengan ban kesayangan saya itu. Malah jadi asyik banget bisa santai melayang-layang di atas air. Saking santainya mungkin bisa sambil ngopi-ngopi dan makan indomie. Bisa juga sambil baca koran dan nonton TV.  *Eh, yang terakhir mah lebay… Dan kami pun sukses hingga etape terakhir dengan total  waktu perjalanan sekitar 3 jam dengan jarak tempuh sekitar 3 km!. Sounds good kan buat pemula… Tau asyik begini saya menyesal kenapa sebelumnya pake acara cemas. Menyesal juga kenapa gak dari dulu ikutan olahraga air begini.

udah bisa santai kayak di pantai,..
udah bisa santai kayak di pantai,..

***

Cukup surprise juga ada  kegiatan ini, Saya pikir Semarang hanya menawarkan liburan ala kota sebagaimana ibukota-ibukota provinsi lain. Namun, hanya sekitar 30 menit dari pusat kota, sudah ada Desa Wisata Kandri yang merupakan potensi pengembangan wisata mandiri binaan Pemerintah Kota Semarang. Konsep desa seperti ini pernah saya temui di Kabupaten Bogor yang memang terletak di bawah kaki Gunung Salak. Ternyata, Kota Semarang pun punya potensi alam yang layak untuk mengundang wisatawan. Asal tahu aja, konsep ini merupakan konsep unggulan yang kini sedang digarap oleh Pemkot Semarang.

Selamat Datang di Desa Wisata Kandri
Selamat Datang di Desa Wisata Kandri

Tidak hanya river tubing, konsep agrowisata juga ditawarkan di Desa Kandri antara lain belajar bercocok tanam, beternak, mengikuti upacara-upacara ritual masyarakat dan sejenisnya. Untuk merasakan benar-benar kembali ke desa, wisatawan bisa  bermalam di rumah-rumah penduduk yang sudah disulap menjadi home stay. Biayanya cuma 50 ribu rupiah saja per kamar per malam! Soal makanan, jangan khawatir! Penduduk desa Kandri adalah masyarakat sadar wisata yang sudah membentuk kelompok-kelompok kerja termasuk kelompok penyedia ransum kita selama disana. Makanan yang disajikan pun adalah makanan tradisional khas desa. Sebagai contoh, selesai tubing yang super capek, kami disuguhi Nasi Kethek. Nasi berbungkus daun jati berisi orek tempe, sayuran dan beberapa lauk. Aroma daun jati dan daun pisang menjadi cita rasa tersendiri di santap siang kami.

Berminat? Bosen kan kalo ke Semarang cuma ke tempat yang itu-itu saja!.

Jelajah Wisata Desa Kandri

Kontak: Zubaidi (0858-7659-5211)

Baca Teman-Teman Saya!

Kak Rian Tempat Wisata dan Kuliner Asyik di Semarang & Bermain tubing di Desa Wisata Kandri
Kak Richo  dari Sam Poo Kong ke Tay Kak Sie
Kak Sinyo FamTrip Bikin #SemarangHebat jadi Trending Topik (Part1) & Famtrip #SemarangHebat jadi Trending Topik (part2)
Kak Leo Jelajah Malam di Lawang Sewu & Kulik Kuliner di Restaurant Semarang
Kak Eka  Semarang Night Carnival 2016 & Lawang Sewu Malam Hari
Kak Taufan Gio Semarang Hebat Culinary Heritage & Semarang Hebat Adventure Carnival
Kak Danan Dongeng Rasa di Restoran Semarang & MG Setos Hotel Terjebak diantara Kubikel Raksasa
Kak Imama Hantaman Jeram Kali Kreo
Kak Chan Ada Tiongkok di Semarang
Kak Titi Gebyar Fantasi Warak Ngendok di Semarang Night Carnival 2016  & Lawang Sewu Kini dan 13 Tahun yang Lalu.
kak Wira Photo Essay : Semarang Night Carnival & Photo Essay Semarang Night Carnival
Kak Luhde Kisah dibalik Kuliner Semarang
Kak Puspa Antusiasme Masyarakat di Semarang Night Carnival 2016
Kak Astin Soekanto Lepaskan Zona Nyamanmu dengan Tubing di Sungai Kreo & Ekspresikan Dirimu di Old City 3D Museum
Kak Ghana Photo Stories Semarak Semarang Night Carnival
Kak Olive Langgam #SemarangHebat Menjaga Harmoni Akulturasi Budaya dari Masa ke Masa
Kak Fahmi Pesta Rakyat Semarang Night Carnival 2016
Kak Bobby Seru-seruan River Tubing di Kali Kreo Semarang
Mas Budi Keseruan Semarang Night Carnival 2016
Kak Nunu, Satu Hari Mengenal Tiongkok di Pecinan Semarang dan Budaya Semarang dalam Fantasi Warak Ngendog

 

Hits: 1955

Pada sebuah siang yang panas di sudut kota Semarang, saya kembali belajar tentang manisnya keberagaman. Saya sebenarnya terbiasa hidup di lingkungan multikultural. Datang dari kedua orang tua yang berbeda suku, sering berpindah-pindah tempat tinggal beda pulau, beda provinsi. Pindah kerja yang juga tidak kalah sering. Semua yang membuat saya akrab dengan perbedaan. Dan siang itu, di jalan kecil bernama Gang Lombok di sudut Pecinan Semarang, mata saya kembali terbuka bahwa perbedaan itu sejatinya menyatukan bukan memisahkan.

Seorang Ibu Guru beretnis Tionghoa mengenalkan murid-muridnya yang telah terlatih memainkan barongsai. Sekitar 10 menit kami disuguhi pertunjukan Barongsai dari murid-murid SD dan SMP Kuncup Melati di bawah Yayasan Khong Kauw Hwee. Guru-guru lain yang berhijab ikut serta memberikan semangat pada murid-muridnya. Sekolah ini memang ada di kawasan Pecinan, namun sama sekali tidak ada ekslusivitas satu golongan disini. Uniknya lagi, Yayasan menerima setiap murid dari latar belakang apapun terutama dari keluarga tidak mampu dan tidak serupiah pun iuran harus dikeluarkan oleh para siswanya.

Bersama Siswa Sekolah Kuncup Mekar Foto by : kopertraveler.id
Bersama Siswa Sekolah Kuncup Melati Foto by : www.kopertraveler.id

Tidak jauh dari sana, ada Kelenteng Tay Kak Sie. Mungkin selama ini Kelenteng di Semarang yang dikenal orang hanya Kelenteng Sam Poo Kong, tapi sebenarnya di Ibukota Jawa Tengah ini ada sekitar sembilan kelenteng, dan Tay Kak Sie ini salah satu yang tertua. Kelenteng yang dibangun 1772 ini, memang lebih kecil, tapi nafas vintage-nya sangat terasa. Ornamen merah dan naga di atapnya mengokohkan posisinya sebagai tempat ibadah. Masih satu komplek berdampingan dengan Tay Kak Sie, ada Rumah Abu, sebuah bangunan serupa kelenteng untuk meletakkan pundi-pundi abu jenazah. Disini juga ada Sin Chi (papan arwah) sebuah lempengan kayu yang bertuliskan nama mereka yang sudah dikremasi. Selain untuk didoakan, Sin Chi juga seakan mengingatkan kita bahwa kematiaan adalah hal yang paling pasti terjadi. Di Tay Kak Sie kami juga disuguhi drama dengan tarian komedi  oleh perkumpulan anak-anak muda kelenteng ini. Menarik!

Bersama Pengurus dan Pemuda Kelenteng Tak Kay Sie
Bersama Pengurus dan Pemuda Kelenteng Tak Kay Sie

Masih di Kawasan Pecinan Semarang, saya juga berkunjung ke Perkoempoelan Sosial Boen Hiang Tong (Rasadharma). Saya penasaran, katanya ada Sin Chi Gus Dur disimpan di gedung tua ini. Iya,.. Gus Dur alias KH Abdurrahman Wahid, Presiden RI Ke-4.  Loh, kok bisa ? Beliau kan muslim?!  Dilala, ini adalah bentuk penghormatan warga Tionghoa di Semarang kepada Gus Dur sebagai Bapak Pluralisme yang dianggap banyak memperjuangkan hak-hak kaum minoritas.  Bahkan yang meletakkan Sin Chi itu, Ibu Sinta Nurriyah sendiri, loh! Saya sampai takjub, ternyata berbeda itu indah. Seperti air dan minyak yang tidak bisa bersatu, tetapi bisa hidup berdampingan.

Sin Chi Gus Dur
Sin Chi Gus Dur

Tidak itu saja, keberagaman juga ditunjukkan oleh sekelompok anak muda yang tergabung dalam Muda mudi Perkumpulan Sosial Rasadharma. Mereka bertekad melestarikan budaya Pecinan Semarang melalui sejumlah program-program positif. Sesuatu yang mungkin sudah agak langka di kota besar. Uniknya, anggota kelompok ini tidak hanya datang dari anak muda keturunan Tionghoa, tetapi siapa pun, etnis mana pun yang memiliki konsen pada budaya Semarang dan Pecinan pada khususnya. Tidak heran ketika kami berkunjung, seorang gadis muslim berhijab yang fasih berbahasa Mandarin  dan piawai memainkan alat musik Pecinan pun- turut serta.

Sebenarnya, sejarah memang berbicara bahwa akulturasi budaya Tionghoa, Islam dan Jawa sudah mendarah daging di Semarang. Kelenteng Sam Poo Kong yang sangat terkenal, menurut historinya adalah peninggalan Laksama Ceng Ho asal Tiongkok yang justru beragama Islam. Perjalanan Cheng Ho disebut-sebut sebagai ekspedisi yang menghasilkan Peta Navigasi Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan. Ketika ia akan melanjutkan perjalanan, banyak anggota rombongannya yang tetap tinggal di Semarang. Sebagian dari mereka sudah memeluk Islam dan sisanya masih beragama Konghucu. Mereka inilah yang kemudian hidup berdampingan hingga kini.

Sam Poo Kong, A Must Visit in Semarang
Sam Poo Kong, A Must Visit in Semarang

Masih dalam rangkaian kegiatan yang digagas Badan Promosi Pariwisata Semarang (BP2KS), malamnya saya dan teman-teman blogger menghadiri Semarang Night Carnival (SNC). Kegiatan ini digelar sebagai rangkaian dari HUT Kota Semarang ke 469. Tema kali ini tetap sama; keberagaman dalam kesatuan dengan tajuk Festival Warak Ngendog. Warak Ngendog adalah hewan rekaan mistis yang menggambarkan akulturasi budaya dan sejak dulu dipercaya oleh leluhur Semarang. Kepalanya berbentuk kepala naga merupakan simbol China, badannya adalah Bouroq, simbol warga Arab/Muslim dan kakinya adalah kaki Kambing yang menjadi perlambang suku Jawa. Ketiga kelompok itulah yang mendiami Kota Semarang sejak dulu yang hingga kini tetap rukun dan damai. Usai dibuka oleh Walikota Semarang, acara dilanjutkan dengan penampilan drumband dari PIP Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Semarang. Kemudian diikuti arak-arakan Warak Ngendog, Defile History of SNC dan diakhiri dengan defile dari Jepara Fashion Carnaval.

Semarang Night Carnival
Semarang Night Carnival

***

Di Semarang sehari merasakan indahnya perbedaan. Makin salut saya, dengan founding father negeri ini yang jauh-jauh hari sudah menjadikan Pancasila sebagai dasarnya. Sayang, kini keberagaman yang seharusnya menjadi kekayaan dan potensi dijadikan sebagian orang sebagai alat pemecah belah. Kita kurang belajar apalagi dari politik Devide Et Impera-nya Kompeni Belanda. Ayo, kembali belajar dari Semarang, belajar merasakan Indonesia yang sebenarnya!

Baca juga cerita teman-teman saya yah!

Rian, Tempat Wisata dan Kuliner Asyik di Semarang
Rian, Bermain Tubing di Desa Kandri
Richo, Dari Sam Poo Kong ke Tay Kak Sie
Sinyo, Trending Topik Semarang Hebat
Leo, Jelajah Malam di Lawang Sewu
Eka, Semarang Night Carnival 2016
Badai, Semarang Hebat Culinary Heritage
Danan, Dongeng Rasa di Restoran Semarang
Imama, Hantaman Jeram Kali Kreo
Farchan, Ada Tiongkok di Semarang
Wira, Photo Essay Semarang Night Carnival
Parahita, Gebyar Fantasi Warak Ngendog
Nunu, Satu Hari Mengenal Tiongkok di Pecinan Semarang
Luh De, Kisah Dibalik Kuliner Semarang
Puspa, Antusiasme Masyarakat di SNC
Astin, Lepaskan Zona Nyamanmu di Sungai Kreo
Budi, Keseruan Semarang Night Carnival
Ghana, Photos Stories, Semarak SNC
Olive, Langgam SemarangHebat

 

Hits: 5869

Sebenarnya saya ini bukan traveler-traveler banget. Kalau kata Rangga di AADC 2 (yang sukses bikin gagal move on), traveling itu kegiatan pergi ke suatu tempat, cenderung tanpa planning dan itinerary, mencari dan menemukan hal-hal yang orang lain tidak tahu dan lebih menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Sementara liburan lebih “nyaman” dari traveling. Tidur di hotel yang baik, itinerary-nya jelas dan lebih banyak santainya. Nah, gara-gara itu, saya tiba-tiba teringat, beberapa tahun yang lalu saya pernah traveling dari Banda Aceh ke Brastagi dan Pulau Samosir bersama beberapa orang teman. Mereka sahabat-sahabat saya sesama pekerja kemanusiaan pasca tsunami Aceh.

taksi apa besi tua ?
taksi apa besi tua ?

Bertolak dari Aceh ke Medan sih masih gaya horang kayah, alias naik pesawat. Padahal, kalau perjalanan darat Banda Aceh-Medan bisa ditempuh sekitar 12 jam saja. Nah, dari Medan ke Brastagi, kami benar-benar tidak punya clue harus naik apa. Kendaraan umum yang kami tahu cuma sejenis minibus sejenis L300.  Untuk menuju terminal L300 ini kami naik taksi  (baca: rongsokan taksi yang odong-odong banget). Kayaknya waktu itu kita lagi program pengiritan nasional.  Petualangan pertama kami dimulai dr L300 itu. Bayangin, isi mobil kecil itu penuh banget. Dari inang-inang, tulang-tulang, sayur mayur bahkan hewan ternak.  Perjalanan dengan kangkung dan ayam pernah saya rasakan beberapa tahun sebelumnya, ketika menumpang kereta ekonomi jurusan Jakarta-Pandeglang. Lumayan, dua jam menuju Brastagi sempit-sempitan di dalam kabin dan jauh dari nyaman membuat perjalanan itu menjadi tidak terlupakan.

IMG_1977

Brastagi itu, udaranya mirip-mirip Puncak Bogor. Tapi tentu saja tidak super padat dan sesak seperti Puncak. Kami hanya mampir sehari di Brastagi, sebelum melanjutkan perjalanan menuju Danau Toba dan Pulau Samosir. Dari Brastagi ke Samosir ditempuh sekitar empat jam. Kali ini, karena anggota rombongan bertambah, kami memutuskan menyewa mobil plus supir. Sepanjang jalan kami dimanjakan oleh pemandangan perbukitan yang indah banget. Selanjutnya Ajibata menuju Tomok (Samosir) kami menumpang kapal ferry standar penyeberangan nasional deh. Yah, gitu-gitu aja.. Panas, bangkunya keras, makanannya gak enak dan penuh sesak. Tapi karena jaman itu masih muda, masa yang berapi-api (emang sekarang tua banget apaah?), kami menjalani semua dengan ikhlas dan damai.

DSC_0215
Pelabuhan Tomok

Kegiatan  kami selama tiga hari di Samosir mulai dari muterin pulau pake sepeda, nonton tarian tortor, belanja sampai sholat Ied! Serius… kebetulan saat itu bertepatan dengan Lebaran Idul Adha, jadilah kami kaum minoritas di kalangan penduduk samosir yang hampir seluruhnya non muslim. Disini ceritanya!

damai di tepi toba
damai di tepi toba

Banyak cerita yang selalu saya kenang dari liburan singkat ini. Cerita tentang Aceh dan kehidupan saya dulu selama disana, tidak ada habisnya. Sahabat-sahabat Saya di Aceh dulu adalah orang-orang terbaik yang pernah saya temui. Harus diakui, mereka sudah memberi banyak warna dan mempengaruhi hidup saya. Perjalanan ke Samosir ini adalah salah satu rangkaian yang masih selalu saya kenang. Sayang kalau tidak diabadikan ke dalam satu tulisan.

Hits: 1557

Bagi sebagian wanita, bepergian kadang merepotkan karena urusan packing barang bawaan Sampe-sampe, rasanya semua isi kamar wajib dibawa. Misalnya saja, pakaian dan sepatu yang harus berbeda di setiap occasion, topi, kacamata hitam, segala macam perawatan tubuh, berbagai perangkat kosmetik mulai dari bedak, lipstik, maskara bahkan mungkin saja ada yang harus membawa bulu mata palsu anti badai. Rempong deh cyinn…. Kalau liburan kita ala Princess Syarini yang lengkap dengan dayang-dayang, mungkin over bagasi serupa pindah rumah pun tidak masalah. Tapi kalo liburan “prihatin”, alias semi backpacker, ini merepotkan sangat! Bukan saja mengurangi kenyamanan diri sendiri, tetapi juga membuat teman traveling kita ikut-ikutan gak nyaman. Saya sih kalau ngeliat teman terseok-seok membawa gembolan berat, rasanya gak tega kalau gak bantuin. Tapi setelah tau isi bawaannya, dimana daster saja ada 4 biji, baju berbagai warna dan aksesoris gak penting, jadinya malah beteee. Belum lagi, bawaan yang ribet akan memperlambat gerakan kita.

Padahal agar praktis, sebaiknya bawa saja barang yang penting untuk efisiensi dan tentunya menghemat biaya bagasi. Berikut tips dari Tiket2.com untuk mempersiapkan packing saat liburan.

Pahami kebutuhan saat travelling
Itinenary akan membantu Anda memahami kebutuhan saat travelling agar membawa barang yang penting saja. Sebagian wanita sering dihinggapi perasaan khawatir ada yang kurang atau ketinggalan seperti khawatir kurang baju, khawatir kurang peralatan mandi atau khawatir kurang duit (eh, itu mah saya). Padahal kekhawatiran seperti itu ujungnya justru membuat isi koper dipenuhi barang-barang yang akhirnya malah tidak digunakan.

Buatlah check list
Ini hal yang penting banget! Setelah memahami kebutuhan travelling, segera buat check list mengenai barang apa saja yang harus dibawa. Hindari packing mendadak sebelum hari H, sehingga masih ada waktu untuk mempertimbangkan barang apalagi yang wajib dibawa atau bahkan harus dikurangi. Sesuaikan check list dengan itinerary dan kebutuhan seperti contoh di atas. Tips lain, jika ada barang-barang yang bisa ditemukan dengan mudah di lokasi traveling, sebaiknya dibeli di tempat, contoh peralatan mandi. Jika menginap di hotel yang cukup baik, saya jarang membawa handuk. Berat satu biji handuk, lumayan loh! Hindari juga membawa banyak aksesories, bawalah yang bisa dikenakan di segala suasana.  Khusus untuk pakaian, disarankan untuk membawa pakaian yang eye catching dan mix and match. Selain bisa bikin foto kita “instagramable”, juga membuat bagasi  menjadi lebih efisien.

travel-packing

Jangan melipat baju
Biasakan menggulung baju dibandingkan dengan melipat baju. Menggulung terbukti menambah ruang di ransel atau koper kita. Agar lebih aman, taruh pakaian di dalam sebuah plastik, agar terlindung dari basah. Manfaatkan berbagai kantong atau tempat di koper/ransel untuk membuat barang bawaan menjadi “managable”. Selipkan 1-2 buah kantong kresek untuk memisahkan pakaian bersih dan kotor. Siapkan juga karet, peniti atau gunting kecil yang biasanya bermanfaat saat travelling. Tips ini cocok banget buat cewek-cewek yang berlibuar ala petualang.

Hindari membawa pakaian tebal
Jika Anda terpaksa harus membawa pakaian tebal, sebaiknya dipakai saja agar tidak menambah beban berat tas atau koper. Atau jika tidak membawa pakaian tebal, gunakan pakaian berlapis, sarung tangan, dan kaos kaki sebagai alternatif. Kalaupun berlibur ke daerah dingin, bawa hanya 1-2 buah yang berwarna netral, agar mudah dipadupadankan.

Letakkan benda berat di bawah tas
Sepatu, sandal, dan baju bisa diletakkan di bagian bawah koper atau tas traveller. Untuk barang kecil seperti tas kosmetik, perlengkapan mandi, kacamata, makanan, letakkan di bagian atas atau kantung yang terpisah dan gampang diambil.

Bawalah dua tas saja
Dua tas ini termasuk satu buah tas kecil dan tas besar. Tas kecil digunakan untuk menaruh dompet, paspor, tiket pesawat, kamera poket, kosmetik atau obat-obatan. Isi tas besar dengan semua baju dan perlengkapan liburan lainnya.

Silahkan share artikel ini jika bermanfaat untuk Anda ya, ladies traveler! Yuk Liburan !

 

Hits: 962